"Dan kurasa, kita butuh berbicara lebih lanjut, Holly."
Holly terdiam sebelum akhirnya berdiri dari pangkuan Harry. Sejujurnya, Harry terlihat sedikit berantakan. Itu terlihat saat rambut Harry terlihat tidak teratur, serta matanya yang sedikit berair dan memerah.
"Baiklah. Kita bicarakan ini di luar." ujar Holly yang kemudian menarik pergelangan tangan kananku. Aku hanya menurutinya pasrah, sekaligus menahan gejolak amarah, serta kekecewaan dalam diriku.
Holly membawaku pada sebuah taman kecil yang letaknya di luar rumah Turner. Cahaya remang-remang dari lampu taman membuatku sedikit menyipitkan mata.
"Kau tahu, Leana. Kau mengganggu aktivitasku bersama Harry,"
Aku tercengang atas ucapan Holly dan menatapnya secara tidak percaya. Ucapan Holly bagaikan sebuah pisau belati yang mulai menancap di dadaku.
"Jadi, apa yang kau ingin bicarakan? Aku tidak mempunyai waktu banyak." Sambung Holly.
Aku menarik mapasku perlahan, dan memggigit pelan bawah bibirku. "Bolehkah aku menanyakan suatu hal kepadamu?"
Aku tidak tahu harus memulai ini darimana. Dan secara spontan, pertanyaan tersebut terlontar dari bibirku. Holly menatapku intens, dan menganggukkan kepalanya.
"Siapa lelaki itu? Maksudku, siapa lelaki yang selalu kau ceritakan padaku akhir-akhir ini?"
Holly menghirup oksigen lebih banyak sebelum kembali angkat bicara. "Tidakkah kau tahu siapa lelaki yang sedang bersamaku? Ya, Leana. Aku tahu kau punya mata, bukan? Aku tahu kau bisa melihatnya dengan jelas, bukan? Kau bisa menyimpulkannya sendiri kurasa."
Otakku terasa lebih sulit mencerna kalimat dari Holly. Aku masih terdiam di tempatku. Membeku. Tidak tahu harus bebuat apa.
"Aku menyukainya, Leana. Mungkin sebentar lagi aku akan mencintai dia. Kau tahu, bukan? Harry. Kurasa, aku mulai mencintai Harry."
Bagaikan sebuah ribuan panah mulai menghujam tepat ke arah dadaku sehingga aku merasa sesak. Napasku tertahan sesaat. Cukup menyakitkan rasanya saat mendengar ucapan Holly.
"Leana?"
Aku melihat ke arah sorotan mata Holly. "Aku tidak tahu harus berbuat apa, Holly. A-aku--kurasa, aku mencintai seseorang. Seseorang yang sangat mustahil untuk membalas perasaanku, karena seseorang itulah sebentar lagi akan dimiliki orang lain."
"Aku tidak mengerti, Leana." Jawab Holly polos.
Oh, sungguh. Ingin rasanya aku memukul wajah cantik Holly dengan tongkat baseball dengan kencang.
"Kau tidak perlu mengerti. Well, lanjutkan aktivitasmu tersebut dengan Harry. Mungkin aku akan pulang terlebih dahulu dengan taksi. Maaf telah mengganggu waktumu."
Aku memutar arah tubuhku untuk berbalik, namun sebelum itu Holly menahan pergelangan tanganku.
"Apa kau mencintai Harry?"
**Ku kerjapkan mataku perlahan hingga pandanganku semakin jelas. Aku melihat jam di dinding menunjukkan pukul 7 pagi. Aku memposisikan badanku senyaman mungkin untuk duduk di kasur setelah bangun tidur.
Kantung mataku terlihat jelas saat aku melihat pantulan diriku sendiri dikaca rias. Tidak. Aku tidak menangis semalaman. Aku hanya tidak bisa tidur. Dan berkali-kali aku mencoba tidur, akhirnya aku terlelap pada pukul 5 pagi.
Aku kembali mengingat apa yanh terjadi saat malam hari. Tepatnya, di pesta Turner. Bagaimana aku melihat kejadian itu, masih tercetak jelas di dalam memori pikiranku.
Ingin rasanya aku menghapus apa yang terjadi. Tapi, aku tidak bisa. Aku bukanlah Tuhan yang bisa membuat rencana indah. Aku hanyalah seorang manusia yang hanya menuruti arah takdir.
Kurasa, Harry hanyalah memberiku setitik harapan kecil. Sebuah harapan yang mampu mengubah segalanya. Perlakuan manisnya, serta sifat-sifatnya yang membuatku tersenyum, mampu membuatku melambung tinggi.
Bukan.
Ini bukanlah kesalahan Harry untuk menjatuhkanku di saat posisiku melambung tinggi.Ini adalah kesalahan terbesarku. Aku membiarkan diriku sendiri jatuh hati karena pesona indahnya.
Jika aku bisa mengulang waktu, maka aku akan kembali pada masa saat aku berjalan di lorong, dan lebih berhati-hati untuk tidak menabrak seseorang.
Lamunanku kembali hilang saat sebuah pesan singkat masuk ke dalam ponselku.
From: Harry Styles
Aku tidak melihatmu saat di pesta Turner. Apa kau tidak datang? Kuharap kau bisa datang tepat waktu pada pukul 8. Karena pagi ini, kita memiliki kelas yang sama.
Panjang umur.
Aku hanya menghela napasku pasrah, dan membalas pesan Harry.
To: Harry Styles
Mungkin kau harus segera menukarkan bola matamu dengan yang lebih bagus, Styles.
Aku tersenyum puas atas hasil balasan pesanku pada Harry yang terkesan sangat sarkas. Dan dengan itu, aku segera masuk ke dalam kamar mandi untuk bersiap.
Sedikit rasa kekesalan menyelimuti diriku.
Bagaimana bisa Harry tidak melihat keadaanku? Sedangkan saat aku memanggil nama Holly secara tidak sengaja di sofa rumah Turner, Harry melihatku.Kurasa Harry mulai kehilangan sedikit akal sehatnya malam itu.
Dan aku berjanji pada diriku sendiri untuk menghindar dari Harry.
**HOW IS IT GOING?
tau kok agak kurang greget
chapter selanjutnya Insya Allah bikin greget.kalo udah mau selese tuh, biasanya makin gregetan sendiri. mungkin abis ini bakal editing kata-kata lagi huhe
pas baca, klik tanda bintang ya!:)x
btw, between us ga srek gt ya cuma berempat:(
KAMU SEDANG MEMBACA
Sadness
Cerita PendekSemua ini tentang kisah kesedihan di dalam hidupku. Aku selalu berusaha untuk menutupinya. Hingga akhirnya aku sadar, bahwa ini semua adalah kesalahan fatal yang ku perbuat. Pada akhirnya, aku hanya bisa membiarkannya, dan mulai menerima kenyataan p...