Prolog

5 2 0
                                    

Jakarta, 15 April 2030 diperingati sebagai Art World Day, perusahaan Cakrawala Wijaya menyelenggarakan pameran seni besar-besaran setiap tahun nya karena putra sulung keluarga Wijaya pemimpin perusahaan saat itu, Sean Azariel Wijaya sangat amat menyukai seni.

Pameran ini terbilang sangat begitu besar dan luas banyak jenis-jenis karya seni yang terpajang dari mulai lukisan, patung pahat, seni grafis dan masih banyak lagi hampir semua jenis karya seni ada di sini, di selenggarakan dengan megah disebuah museum Art yang terdapat di ibu kota, siapapun bisa berpartisipasi dalam kegiatan pameran ini.

Aku berdiri disini memandangi sebuah potret lukisan pria yang ku pajang sendiri, ya aku berpartisipasi dalam kegiatan pameran tahun ini.

Aku sangat merindukan pria yang berada dilukiskan itu, pria dengan senyuman lembut dan mata coklat teduhnya, menurutku dia seperti rusa di musim gugur begitu menawan.

Namun aku tidak bisa bertemu dengannya lagi secara langsung dia pergi terlalu jauh, lebih tepatnya aku hanya bisa menunggu, menunggu Tuhan memanggil ku dan dipersatukan kembali di kehidupan yang lebih abadi.

"Mama.." Panggil nya pelan kepada seorang wanita muda disampingnya sambil menarik-narik baju lengannya.

Seorang anak laki-laki berusia 5 tahun menatapnya dengan rasa bingung, terlihat raut wajah mama nya yang sedih dengan mata yang berkaca-kaca sambil memandangi lukisan di depannya.

"Yaa.. sayang," ucapan nya sambil menyeka air di kelopak mata yang hampir saja menetes, dia tidak boleh terlihat sedih di depan anaknya sendiri lalu mengganti ekspresi dengan senyuman ceria.

"Mama rindu Papa ya..? Rain juga rindu Papa" ucapnya memandang lukisan sambil memeluk tangan mama nya.

Mama nya menunduk mensejajarkan tinggi dengan anak tersebut sambil mengelus lembut rambutnya.

"Hmz.. kamu lapar gak?" Dia berusaha mengalihkan topik pembicaraan agar anak semata wayangnya tidak ikut larut dalam kesedihannya.

"Lapar!" Serunya sambil memeluk mama nya.

"Ya udah yuk kita cari makan, kamu pasti pegel ya nemenin mama berdiri terus disini?" Ucapnya dengan gemas sambil mengelus-elus punggung kecil anak itu membalas pelukannya.

"Iya pegel lama banget ngeliatin Papa nya, hihi Papa ganteng ya ma?" Ucap anak itu sambil tertawa cekikikan menggoda mama nya.

"Nggak," balas mamanya sambil tersipu malu.

"Gantengan kamu deh, hihi" lanjutnya sambil mencubit hidung anak itu sampai merah.

"Aaww.. sakit tau ma.." omelnya sambil mengelus-elus hidung kecil nya yang merah karena cubitan mamanya sendiri.

"Ayo pergi keluar, kamu mau makan apa?" Tanya mamanya sambil berdiri dan menggandeng lengan mungil anaknya yang masih mengelus-elus hidung.

"Mau spaghetti bolognese!" Serunya sambil bersemangat mengeratkan gandengan tangan mamanya.

"Woke..." Seru mamanya sambil berjalan menuju pintu keluar museum.

Tak terasa 10 tahun berlalu semenjak aku menduduki bangku perkuliahan, saat itu aku benar-benar tidak bisa menebak seperti apa hidupku di masa depan beban dan masalah seperti apa yang akan aku hadapi nanti, apakah aku bisa jatuh cinta lagi dan menikah lalu memiliki keluarga dengan orang yang kucintai? semua rasa takut itu berangsur-angsur memudar dengan berjalannya waktu.

Semenjak saat aku bertemu dengan mu Sean Azariel Wijaya semua rasa takutku sirna begitu saja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 31, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ocean Promise Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang