PROLOG

447 15 0
                                    

-7 Saudara Anak Bapak-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-7 Saudara Anak Bapak-

♡♡♡♡

AJUN JUNAIDI IBRAHIM

Lahir : 17 mei 1979
Wafat : 18 mei 2019

Sebuah nisan berbahan keramik dengan warna merah tua itu tertulis rapih seperti dipahat. Keramik agak retak mungkin karna sudah hampir 3 tahun bapak mereka pergi jauh. Tujuh punggung melingkari pusaraan sepetak makam sang bapak dengan sebuah punggung yang terlihat rapuh namun, nyatanya kokoh karna dari punggung itulah dia bisa menghidupi tujuh punggung lainnya.

" Bapak, anak-anak kita sudah tumbuh sebesar ini loh!Jelo sekarang sudah masuk SMA kelas satu, satu sekolahaan sama Chandra dan dia sekarang kelas tiga SMA. Bentar lagi lulus, " cerita Bunda kepada makam bapak. Bunda matanya agak berkaca-kaca tapi, sudah biasa bagi Bunda menahan air mata. Dia tidak ingin menjatuhkan setetes air matanya didepan anak-anaknya. Rasanya mereka ikut gabung dalam hanyut kesedihaan yang ada nanti suasana malah makin menyedihkan.

" Kalo Bang Mahen, dia sudah bekerja. Sudah bisa ngasih jajan adek-adeknya, " cerita Bunda lagi sambil menggenggam tangan Bang Mahen disebelahnya. Wajah banggaBunda terhadap putra sulungnya tidak bisa disembunyikan. Siapa yang tak bangga pada si sulung yang kini sudah berhasil bekerja dan sudah mampu memberikan adek-adeknya sedikit uang jajan untuk sekolah.

" Dan Aksara  sekarang kuliah, doain supaya cepet lulus, " kini beralih kepada anak ketiga yang ada sebelahnya. Anak yang satu ini sedikit agak pecicilan sekaligus suka menjadi orang yang meramaikan. Kalo gak ada ini orang rasanya rumah sepi seketika makanya, Bunda sekarang tahu arti dari setiap kehadiraan anak-anaknya.

" Selain Mahen yang kerja ada Radja sama Jendral yang kini juga sudah bekerja. Jendral sekarang jadi TNI, loh pak. Kalo Radja sekarang kerja kantoraan kaya Mahen. "

" Dan kalo anak keempatmu, Anan kini baru masuk kuliah bareng abangnya Aksara. "

Cerita Bunda ke bapak telah selesai. Kini Bunda dan ketujuh putra berpamitan kepada bapak untuk pulang kerumah. jiarah kemakam bapak seminggu sekali di hari minggu adalah hal wajib bagi keluarga mereka karna dihari itu mereka banyak yang libur.

" Bapak, Abang sama adek-adek dan Ibu pamit pergi dulu. Bapak disini jaga diri, ya?sampai ketemu hari minggu depan, Assalamualaikum, Pak. "

Setelah berpamitan akhirnya mereka meninggalkan tempat istirahat bapak. Melepas rindu dengan memberi beberapa bait doa membuat rasa rindu mereka tentang sebuah kehadiraan bapak sedikit agak terobati walau nyatanya mereka rindu akan pelukkan bapak dan beberapa nasehatnya. Bapak ini laki-laki tegas terhadap putra-putranya. Walau galak tapi, nyatanya setelah kehilangan bapak justru itu yang paling dirindukan oleh mereka. Marahnya bapak selalu punya arti baik bagi mereka jadi, sekarang mereka paham kegalakan bapak bukan bentuk kebencian melainkan rasa kasih sayang bapak dengan caranya sendiri.

MAHEN DAN 6 SAUDARANYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang