Sasuke mematikan mesin mobilnya, keluar dari mobilnya hingga ia mendapati istrinya baru saja keluar dari rumah. Namun penampilan rapih perempuan itu membuat Sasuke menyadari bahwa perempuan itu keluar bukan untuk menyambutnya.
"Sayang kau mau kemana?" tanya Sasuke dengan begitu lembut, berjalan menghampiri Hinata yang menatapnya dengan tatapan tak enak.
"Sayang maafkan aku, sepertinya aku harus pergi. Aku meninggalkan naskah dramaku di rumah Shion padahal besok aku harus syuting. Aku harus menghapal dialogku, kau kan tahu debut akting itu impianku," ucap Hinata membuat Sasuke tersenyum mendengarnya.
"Iya Sayang, aku tahu itu impianmu dan aku juga tidak melarangmu. Ini kan sudah malam, jadi biarkan aku mengantarmu ke sana," ucap Sasuke sambil mengelus kepala Hinata dengan sayang.
Hinata buru-buru menggelengkan kepalanya, menarik tangan Sasuke dari atas kepalanya dan menggenggamnya. "Aku akan mengambilnya sendiri, aku tahu kau lelah sebaiknya kau istirahat saja. Aku tidak mau merepotkanmu."
"Sayang, sejak kapan urusanmu merepotkan aku?" tanya Sasuke dengan hati-hati, menatap Hinata dengan tatapan penuh cinta.
"Sayang tolong jangan membuat aku merasa bahwa aku ini egois. Aku ingin kau istirahat sekarang, aku benar-benar tidak ingin mengganggu waktu istirahatmu," ucap Hinata dengan tatapan memohon membuat Sasuke akhirnya memilih untuk mengalah, laki-laki itu pun menganggukkan kepalanya pelan.
Hinata tersenyum melihat Sasuke menganggukkan kepalanya, ia lantas tiba-tiba teringat sesuatu. "Sayang, kau sudah makan?"
"Belum, aku pulang karena ingin menjemputmu untuk makan di luar. Aku tahu kau sibuk seharian pasti tidak punya waktu untuk memasak," ucap Sasuke membuat Hinata menampilkan ekspresi tak enak kembali.
Sasuke tersenyum, menarik tangannya dari genggaman tangan Hinata lalu mengelus pelan pipi perempuan itu dengan jari telunjuknya. "Sudah, tidak apa-apa. Aku mengerti, aku bisa keluar sebentar untuk pesan makan malam."
"Maaf ya Sayang," ucap Hinata sedikit merengek membuat Sasuke sekali lagi menganggukkan kepalanya, seolah hal itu benar-benar bukanlah masalah baginya.
"Kau mau makan sesuatu? Biar sekalian aku beli nanti," ucap Sasuke membuat Hinata buru-buru menggelengkan kepalanya.
"Tidak usah, aku sudah makan lagipula aku harus diet agar terlihat tidak terlalu gemuk di depan kamera," ucap Hinata membuat Sasuke geleng-geleng mendengarnya.
"Baiklah, tapi aku lebih suka kau tidak diet," ucap Sasuke.
"Iya Sayangku," jawab Hinata dengan tawa pelannya.
"Kalau begitu aku pergi ya," pamit Hinata membuat Sasuke menganggukkan kepalanya. Hingga laki-laki itu mendapati kecupan singkat di bibirnya dari sang istri.
Sasuke menatap kepergian istrinya menggunakan mobil dalam keheningan. Hingga beberapa saat kemudian ia kembali memasuki mobilnya, melajukan mobilnya menuju salah satu cabang restoran makanan Taka miliknya
Setibanya di parkiran, hujan tiba-tiba turun meskipun belum deras. Sasuke yang lupa membawa payung di mobilnya pun pada akhirnya lebih memilih menerobos hujan itu hingga tiba di dalam restoran itu.
Sasuke tanpa sengaja melihat Sakura duduk di salah satu meja seorang diri, memakan makanannya dengan ekspresi yang begitu dingin dan entah kenapa Sasuke tertarik untuk menghampirinya.
"Sakura?" Panggilan itu membuat Sakura menolehkan kepalanya, melihat Sasuke yang berdiri di hadapannya dan buru-buru berdiri.
"Presdir Uchiha?" ucap Sakura spontan.
"Kau makan sendirian di sini?" tanya Sasuke berbicara dengan bahasa santai tanpa ia sadari sama sekali. Sementara Sakura yang mendengar pertanyaan itu segera menganggukkan kepalanya.
"Presdir juga mau makan di sini? Seorang diri?" tanya Sakura mencari keberadaan istri dari laki-laki itu namun ia tak menemukannya.
"Istri saya sedang ada urusan jadi saya makan sendiri," ucap Sasuke membuat Sakura mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Presdir mau satu meja dengan saya?" tawar Sakura membuat Sasuke memikirkannya selama beberapa saat. Di malam yang sedikit lebih dingin dari biasanya itu tampaknya akan sangat menyedihkan jika ia makan seorang diri.
Setelah banyak pertimbangan Sasuke pun menganggukkan kepalanya, Sakura pun mempersilahkan Sasuke untuk duduk di hadapannya. Sasuke duduk di hadapan Sakura yang akhirnya duduk kembali.
Sakura dengan hati-hati memanggilkan pelayan, membantu Sasuke untuk memesan makan hingga pelayan itu bertanya kepada Sasuke. "Mau pesan apa Presdir Uchiha?"
"Seperti biasa saja," sahut Sasuke.
"Baik, silakan ditunggu paling lama lima belas menit ya," ucap pelayan itu membuat Sasuke hanya menganggukkan kepalanya, membiarkan pelayan itu pergi bersama pesanannya.
Suasana tiba-tiba menghening, kali ini Sakura tak lagi menyuarakan hal-hal yang terdengar aneh bagi Sasuke. Perempuan itu terlampau tenang dan terasa sedikit lebih dingin dari biasanya. Namun saat Sasuke menatapnya, laki-laki itu tak bisa melupakan ucapan perempuan itu mengenai istrinya.
Tak lama berselang pesanan Sasuke tiba, disaat Sakura baru saja menyelesaikan makanannya. Kini pun giliran Sasuke yang makan dengan tenang, sementara Sakura menyeruput minuman matcha favoritnya.
"Apakah Anda bahagia dengan kehidupan Anda?" tanya Sakura tiba-tiba membuat Sasuke menatapnya, merasa pertanyaan yang diajukan perempuan merah muda itu terlalu tiba-tiba.
"Tentu saja saya bahagia," jawab Sasuke seadanya.
"Kenapa?" tanya Sakura.
Sasuke terdiam selama beberapa saat usai mendengar pertanyaan itu, pertanyaan tentang mengapa dirinya bahagia hingga akhirnya ia kembali bersuara. "Karena saya menikahi perempuan yang saya cintai."
"Apakah semua orang akan bahagia jika bersama dengan orang yang mereka cintai?" tanya Sakura membuat Sasuke menganggukkan kepalanya pelan, bukankah itu sudah pasti?
"Cinta adalah sumber kebahagiaan," ucap Sasuke membuat Sakura terdiam, karena cinta yang ia lihat seumur hidupnya adalah cinta yang manipulatif, sebuah perasaan yang pada akhirnya hanya akan membuat dua orang yang memiliki perasaan itu saling melukai.
"Bagaimana denganmu? Apakah kau bahagia?" tanya Sasuke yang entah kenapa merasa penasaran membuat Sakura terdiam lama, memikirkan jawaban dari pertanyaan itu.
"Saya tidak boleh bahagia," ucap Sakura tenang.
"Mengapa?" tanya Sasuke menaikan satu alisnya, jawaban itu jelas terdengar aneh baginya. Bagaimana bisa seseorang tak boleh bahagia?
Suasana di antara mereka tiba-tiba menjadi hening. Pertanyaan itu seolah menghentikan waktu Sakura selama beberapa saat, membuatnya bisa memikirkan alasan mengapa dirinya tidak boleh bahagia.
"Saya...," ucap Sakura.
"Hanya terlahir seperti itu, terlahir untuk tidak bahagia," lanjutnya membuat Sasuke terdiam menatapnya, merasa bahwa perempuan dingin di hadapannya itu begitu rapuh seperti kaca yang jika ia sentuh langsung hancur berkeping-keping.
"Tidak ada manusia yang terlahir di dunia ini untuk tidak bahagia," ucap Sasuke membuat Sakura menatapnya.
"Untuk terlahir di dunia ini saja rasanya sudah begitu aneh. Mengapa manusia terlahir ke dunia jika pada akhirnya mereka akan mati juga? Mengapa harus repot-repot menjalani kehidupan jika mereka sudah tahu akhirnya adalah kematian. Hidup yang seperti itu rasanya begitu lucu, kehidupan hanyalah omong kosong," ucap Sakura sambil menatap gelas minumannya. Sementara Sasuke kali ini tak bisa berkata-kata, menatap perempuan di hadapannya yang terasa begitu tak ingin hidup, seolah dunianya begitu menyesakkan, seolah baginya tak pernah ada hari esok.
"Mereka hidup untuk membuat kenangan," ucap Sasuke pelan membuat Sakura kembali mendongakkan kepalanya, menatap Sasuke yang juga menatapnya.
Kalimat itu terdengar begitu sederhana namun ada sebuah perasaan di lubuk hati Sakura yang tergerak, tergerak dengan kalimat sesederhana mereka hidup untuk membuat kenangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
An Affair
FanfictionPernyataan paling gila yang pernah Sasuke dengar adalah pernyataan cinta Sakura kepadanya. Awalnya Sasuke berpikir bahwa perempuan itu hanya bercanda karena tak mungkin perempuan cerdas sepertinya menyatakan itu dengan sungguh-sungguh kepada laki-la...