Nafas Sai memburu, mengumpulkan seluruh amarahnya yang bergemuruh di dalam dadanya. Tidak, kali ini Sai harus bertemu dengan Sakura setelah perempuan itu mengabaikan semua pesan dan panggilan telepon darinya.
"Korea Selatan? Jangan konyol," ucap Sai, pasalnya Sakura beralasan jika ia masih di Korea Selatan padahal jelas-jelas sudah pulang, mereka juga sudah bertemu.
Bukannya apa-apa, Sai sudah berusaha datang ke apartemen Sakura namun selalu dihalangi oleh petugas keamanan maka dari itu hari ini Sai mengancam petugas keamanan sedikit mengguncangkan trik andalan Sakura, ia tak percaya akan meniru perempuan itu namun sudahlah itu tidak penting.
Sai hendak meraih gagang pintu apartemen Sakura, berniat untuk membukanya namun sebelum tangannya berhasil menyentuh gagang itu, pintu itu sudah terlebih dahulu dibuka sampai onyx hitam Sai menangkap sosok yang berhasil membuat ia berteriak. "Presdir Uchiha?!!"
"Hn," sahut Sasuke dengan acuh, berdiri di depan pintu yang terbuka lalu berlalu melewati Sai yang masih syok.
Tak butuh waktu lama sampai Sai mengumpulkan kesadarannya, menatap Sakura yang berdiri di dalam apartemennya sambil menaikkan satu alisnya.
Sai menerobos masuk ke dalam apartemen Sakura, menutup pintu rapat-rapat dan bersiap mencerca Sakura habis-habisan. "Kau gila?!"
"Apa?" tanya Sakura acuh.
Sai mencengkram dadanya, merasa sesak setelah mendapati keberadaan Sasuke di apartemen Sakura. Bukankah ini terlalu pagi untuk sebuah kunjungan dari atasan, terlebih lagi ada apa dengan pakaian perempuan itu. "Tunggu dulu, ini tidak mungkin kan? Tidak seperti yang aku pikirkan kan?"
Sai tertawa dengan aneh bersama pemikirannya yang gila. Tentu saja, tidak mungkin kan permasalahan yang akan ia hadapi adalah semacam perselingkuhan Sakura dengan bos mereka yang sudah beristri? Tidak kan? Tidak mungkin, lebih baik ia terjun dari gedung saja jika itu benar.
"Apa?" tanya Sakura sekali lagi, kali ini perempuan itu melipat tangannya di depan dada, menatap Sai dengan tatapan jengah.
"Sakura, kau tidak tidur dengannya kan? Tentu tidak kan? Tidak dengan laki-laki beristri kan?" ucap Sai berusaha memastikan dengan senyuman yang penuh pengharapan.
"Ah itu, benar. Aku tidur dengannya, rasanya luar biasa." Sakura tersenyum lebar namun tidak dengan sai.
Duk. Sai jatuh bersimpuh dengan lututnya, ini benar-benar mimpi buruk baginya. "Semua orang akan membunuhku."
"Ada apa denganmu?" ucap Sakura jengkel.
Sai menegakkan kepalanya, menatap Sakura yang tampak jengkel namun berhasil membuat laki-laki itu marah. "Hei, kau sudah gila?! Bagaimana bisa kau tidur dengan suami orang?! Terlebih, istrinya itu model dan akan dikenal sebagai aktris!! Kalau skandal kalian terungkap, kau benar-benar akan hancur!! Ah tidak, harusnya kau bunuh saja aku."
"Bolehkah? Tunggu, aku ambil pisaunya," ucap Sakura yang kemudian berbalik, hendak mengambil pisau di dapur sementara Sai berteriak frustrasi, jalan hidupnya memang benar-benar berat.
°°°
Suara mobil yang berhenti terdengar, mengundang Hinata untuk menutup majalah di tangannya sampai akhirnya ia melihat Sasuke memasuki rumah. Kali ini perempuan itu bangkit dari duduknya, melipat tangan di depan dada dengan wajah penuh amarah.
"Kemana saja kau selama seminggu? Tiba-tiba pergi dan tak pulang, tak mengabari bahkan membalas pesan!!" cerca Hinata, menatap Sasuke sengit namun Sasuke mengabaikannya sepenuhnya.
"Sayang!!" teriak Hinata, menahan tangan Sasuke saat laki-laki itu melewatinya.
Sasuke menghembuskan nafasnya kasar, menghempaskan tangan Hinata disaat perempuan itu mencium aroma perempuan yang amat pekat di tubuh Sasuke. Manik lavender Hinata bergetar, mendongakkan kepalanya dan menatap Sasuke dengan tidak percaya.
"Minggir," ucap Sasuke begitu dingin membuat Hinata membeku di tempatnya, sebenarnya apa yang tengah terjadi? Mengapa Sasuke jadi berbeda.
Tidak, ini tidak benar. Sasuke tidak seperti ini, dia laki-laki lembut yang sangat menyayanginya. Walaupun mereka bertengkar, Sasuke tak pernah seperti ini. Hinata pikir saat pergi dari rumah Sasuke hanya marah sesaat namun ia pergi terlalu lama.
Sasuke tak biasanya begini, Hinata pikir jika ia menyambut Sasuke dengan marah maka laki-laki itu aku mendekat dan membujuknya namun kenyataannya laki-laki itu mengacuhkannya, terlebih lagi kini tercium aroma perempuan yang amat pekat darinya. Sasuke yang amat mencintainya itu tidak mungkin berselingkuh dan tidur bersama perempuan lain kan?
"Katakan padaku, kemana kau pergi seminggu ini," ucap Hinata menuntut sebuah jawaban namun Sasuke sudah terlalu muak hanya untuk melihatnya.
Sasuke membuang muka membuat Hinata tak punya pilihan lain selain membuka paksa kancing kemeja laki-laki itu, mendapati banyak bekas kemerahan di tubuh laki-laki itu. Hinata terkejut, menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya.
"Brengsek!! Aku pikir kau mencintaiku tapi beraninya kau!!" teriak Hinata marah, hendak memukul Sasuke namun Sasuke segera menahan tangannya.
Onyx hitam kelam itu menatap tajam, melemparkan tatapan penuh penghinaan terhadap lawan bicaranya. "Kenapa? Aku memang tidur dengan perempuan lain dan rasanya sangat luar biasa."
Manik lavender Hinata bergetar, menarik tangannya secara paksa dari cengkraman tangan Sasuke. Hatinya berdenyut sakit, bukankah ia tak mencintai laki-laki itu? Namun mengapa hatinya begitu sakit? Apakah karena laki-laki itu bahkan tak menyangkal semuanya?
Tes. Liquid bening itu meluncur dari pelupuk mata Hinata, perempuan itu tak lagi marah dan berteriak. Pada kesempatan kali ini, perempuan itu menangis membuat Sasuke semakin muak melihatnya. Bagaimana bisa perempuan itu menangis saat mengetahui jika ia tidur dengan perempuan lain sementara ia bahkan berselingkuh dengan sahabat baiknya sendiri.
"Hinata, kau benar-benar membuatku muak," ucap Sasuke dengan dingin disaat Hinata menatapnya sambil menggelengkan kepala.
"Sasuke, kini tidak benar. Kau mencintaiku, bagaimana bisa kau berselingkuh dariku? Memangnya, apa kurangnya aku? Aku selalu menjadi istri yang baik untukmu namun kau, kau justru main gila dengan perempuan lain? Aku selalu setia padamu!! Ini kah balasannya? Padahal aku sangat sangat mencintaimu!!" teriak Hinata membuat Sasuke mengepalkan tangannya, marah mendengar semua kebohongan itu.
"Jangan bicara omong kosong," ucap Sasuke muak, berlalu meninggalkan Hinata yang jatuh terduduk di atas lantai yang dingin.
Hinata mengangkat tangannya, mencengkram erat helaian rambut panjangnya. Ini tidak benar, pasti ada sesuatu yang salah. Tidak mungkin Sasuke berpaling darinya, itu tidak mungkin namun siapa perempuan itu? Siapa perempuan brengsek yang berani-beraninya tidur dengan suaminya padahal ia saja tak pernah menyentuhnya karena sudah berjanji dengan Naruto.
"Mungkinkah perempuan gila itu?" ucap Hinata yang tiba-tiba teringat akan Sakura, satu-satunya perempuan yang terus berkeliaran di sekeliling Sasuke.
"Jika memang benar dia, berani-beraninya perempuan buruk rupa itu kepadaku," gumam Hinata sembari mengepalkan erat tangannya, penuh akan amarah yang berkecamuk di dalam hatinya, ia benar-benar harus mencari tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
An Affair
FanficPernyataan paling gila yang pernah Sasuke dengar adalah pernyataan cinta Sakura kepadanya. Awalnya Sasuke berpikir bahwa perempuan itu hanya bercanda karena tak mungkin perempuan cerdas sepertinya menyatakan itu dengan sungguh-sungguh kepada laki-la...