Sasuke baru saja selesai mandi, laki-laki sedang dalam perjalanan menuju dapur sembari mengeringkan rambutnya dengan handuk hingga ia menghentikan langkah kakinya di depan ambang pintu.
Sasuke terdiam, melihat Hinata memasukkan sesuatu ke dalam gelas anggur yang belum lama ia tuang. Sasuke tersenyum miring, tampaknya kini ia paham akan sesuatu, alasan mengapa ia selalu tak ingat tentang hubungan seksual mereka.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Sasuke.
Tubuh Hinata menegang selama beberapa saat namun tak lama kemudian tubuhnya kembali rileks. Secara perlahan, ia memasukkan bungkusan putih yang sebelumnya ia taburkan ke dalam anggur ke dalam saku celananya.
Hinata memegang gelas anggur lalu berbalik, menatap Sasuke dengan senyuman hangatnya. "Aku menyiapkan anggur, bukankah kita harus merayakan ulang tahunmu?"
Hinata menyodorkan gelas anggur itu membuat Sasuke menatapnya hingga selang beberapa saat kemudian Hinata mendekat, memeluknya dengan satu tangan, meraba punggungnya dengan gerakan sensual yang membuat Sasuke mual.
Sasuke mendorong tubuh Hinata sedikit kasar berhasil membuat Hinata terkejut, ia tak pernah mendapati perlakuan kasar Sasuke sekalipun. Sementara Sasuke menutup mulutnya, berusaha menahan dirinya agar tidak muntah.
"Sayang? Sayang? Ada apa?" tanya Hinata dengan ekspresi khawatirnya namun saat ia mendekat, Sasuke mengangkat tangannya, mengisyaratkan agar perempuan itu tidak mendekat.
"Ada apa?" tanya Hinata sekali lagi.
Sasuke tak menjawab, laki-laki itu meletakkan handuknya di atas meja lalu bergegas pergi, meninggalkan rumah dengan mobilnya, meninggalkan tanda tanya besar di benak Hinata.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" ucap Hinata bertanya-tanya, ia terlalu aneh bagi dirinya. Mengapa Hinata merasa jika Sasuke berubah sejak kembali dari Korea Selatan? Apa yang sebenarnya terjadi di sana?
°°°
Ting tong ting tong. Suara bel pintu membuat Sakura kembali mendudukkan dirinya di saat ia berusaha tidur selama lebih dari setengah jam.
"Aku seharusnya benar-benar membunuhnya," ucap Sakura dengan kesal, berpikir jika Sai kembali untuk mengusiknya.
Sakura beranjak dari kasurnya, pergi ke dapur dan segera mengambil pisau. Dengan langkah terburu-buru perempuan itu membukakan pintu hingga ia mengerutkan keningnya, orang yang berada di depan pintu apartemennya bukan Sai yang ingin ia bunuh.
"Presdir Uchiha?" ucap Sakura yang terlalu terkejut, terkejut mendapati keberadaan laki-laki itu di depan pintu apartemennya. Seingatnya, ia tak pernah memberi tahu laki-laki itu dimana ia tinggal.
"Aku ingin menanyakan satu pertanyaan, mengapa kau membantuku?" tanya Sasuke dengan suara datarnya membuat Sakura terdiam.
Tentu saja, pertanyaan itu, mengapa ia membantunya? Mengapa harus repot-repot mengurus hidup orang lain? Itu bukan sesuatu yang dengan senang hati ia lakukan. Karena itu, mengapa? Apa karena itu mengingatkannya dengan apa yang terjadi pada keluarganya?
Tidak, bukan karena itu. "Sepertinya aku mencintaimu."
"Cinta?" ucap Sasuke tak percaya. Jelas laki-laki itu tak percaya, kalimat itu bisa keluar dari mulut perempuan cerdas seperti Sakura. Benarkah? Perempuan itu jatuh cinta pada dirinya? Pada seseorang yang sudah beristri.
"Sakura, kau membuatku gila. Aku tak bisa menahannya lagi," ucap Sasuke membuat Sakura yang mendengarnya kebingungan. Namun sebelum Sakura bertanya apa maksud ucapan laki-laki itu, laki-laki itu sudah terlebih dahulu menerobos masuk ke dalam apartemennya.
Sasuke mengangkat tangannya, menyentuh wajah mungil Sakura dengan telapak tangannya yang besar hingga Sakura bisa merasakan bibir lembut laki-laki itu menempel pada bibirnya. Sakura terkejut membuat ia melebarkan matanya bahkan tanpa sadar melepaskan genggaman tangannya pada pisau di tangan kanannya.
Sasuke menjauhkan wajahnya, menatap wajah Sakura yang tampak sangat terkejut. Sasuke tak mengerti mengapa perasaannya seperti ini? Rasanya seperti ia akan menggila.
Alih-alih merasa menjadi seseorang yang dikhianati, Sasuke justru merasa ini adalah sebuah kesempatan, kesempatan bagi dirinya untuk tidak menjadi satu-satunya orang brengsek dalam pernikahannya. Karena sejak kali pertama bertemu, Sasuke sudah menginginkan perempuan ini, perempuan dengan mata yang memancarkan keyakinan.
"Presdir Uchiha? Apa ya-" Belum sempat rasanya Sakura menyelesaikan kalimat tanyanya, saat Sasuke kembali mencium bibirnya, melumatnya dengan sedikit lebih ganas dibandingkan sebelumnya.
Sakura memejamkan matanya, menikmati ciuman Sasuke yang membuat tubuhnya mulai panas dingin. Hingga Sasuke mendorongnya ke dinding, menghimpit tubuhnya tanpa melepaskan ciuman mereka.
Sakura menyentuh dada Sasuke, mendorong dada laki-laki itu sedikit hingga Sasuke melepaskan ciumannya, memberi sedikit ruang bagi perempuan itu.
Sakura menatap Sasuke dalam keheningan dengan nafas yang tersengal-sengal dan bibir yang sedikit bengkak, terbuka dengan gerakan yang terbilang sensual di manik onyx hitam kelam Sasuke.
Sakura bersemu sembari memalingkan wajahnya. "Panas."
"Panas?" tanya Sasuke, menarik dagu Sakura secara perlahan untuk menatapnya kembali hingga perempuan itu menganggukkan kepalanya.
"Kalau begitu, angkat tanganmu," ucap Sasuke membuat Sakura menatapnya lama dalam keheningan.
Sakura mengangkat tangannya tinggi-tinggi ke atas usai lama dalam keheningan. Hingga secara perlahan, Sasuke mengangkat kaos yang dikenakan oleh Sakura, membuat perempuan itu bertelanjang dada karena tak menggunakan bra sama sekali.
Sasuke menundukkan kepalanya, menatap payudara perempuan itu yang tampak besar dengan puting kemerahan yang menggemaskan.
Sakura menundukkan kepalanya, ia malu karena Sasuke menatap payudaranya begitu lama. Perempuan itu ingin protes namun sebelum ia protes, Sasuke kembali menciumnya namun kali ini, tangan laki-laki itu secara aktif meraba payudaranya sambil sesekali meremasnya membuat Sakura harus mendesah disela-sela ciuman mereka.
Malam yang seharusnya menjadi malam yang terasa dingin itu kian menjadi panas, rasanya benar-benar panas sampai keduanya berkeringat hanya karena berciuman.
Sasuke dengan nafas yang tersengal-sengal menatap Sakura yang tampak menggoda di matanya. Hingga laki-laki itu mengangkat kedua tangannya membuat Sakura menatapnya lama sebelum perempuan itu mendekat lalu menarik kaos yang dikenakan laki-laki itu ke atas dan membuang ke lantai.
Sakura terdiam, menyentuh perut atletis laki-laki itu cukup lama. Darahnya berdesir ketika ia merasakan bagian tubuh yang berotot itu hingga ia mendongakkan kepalanya, menatap onyx hitam kelam yang tampak mabuk karenanya.
"Mau melihat kucing di kamarku?" tawar Sakura dengan nada yang sensual, mengusap perut atletis Sasuke yang melenguh karenanya.
Sasuke kembali menyentuh wajah mungil Sakura, menciumnya hingga Sakura mengalungkan lengannya pada leher laki-laki itu. Sampai akhirnya laki-laki itu mengangkat tubuh Sakura yang mungil baginya, membiarkan perempuan itu melingkarkan kedua kakinya pada pinggangnya.
"Dimana tempat aku bisa melihat kucing?" tanya Sasuke, berbisik tepat di telinga Sakura hingga perempuan itu menunjukan jalan menuju kamarnya.
Sasuke dengan hati-hati menurunkan Sakura di atas ranjang perempuan itu dalam kondisi kamar yang gelap. Malam itu tampak indah, dengan wajah Sakura yang terus ia belai dengan kedua tangannya, di bawah cahaya rembulan yang masuk melalui jendela yang tak tertutup tirai.
"I want to see the pussy," ucap Sasuke.
KAMU SEDANG MEMBACA
An Affair
FanficPernyataan paling gila yang pernah Sasuke dengar adalah pernyataan cinta Sakura kepadanya. Awalnya Sasuke berpikir bahwa perempuan itu hanya bercanda karena tak mungkin perempuan cerdas sepertinya menyatakan itu dengan sungguh-sungguh kepada laki-la...