Haruno Sakura, perempuan berusia 26 tahun yang kerap disebut-sebut memiliki kecerdasan yang setara dengan Albert Einstein. Masuk dalam daftar 30 under 30, orang-orang muda berprestasi yang diliris Forbes.
Pada tahun 2012 lulus dari Illinoyais Mathematics and Science Academy dan melanjutkan pendidikannya ke salah satu univeristas paling bergengsi di dunia, Massachusetts Institute of Techonolgy (MIT). Dia berhasil lulus hanya dalam waktu tiga tahun dan meraih nilai tertinggi dengan IPK 5,0.
Berkat kecerdasannya yang amat luar biasa, ia pun mendapatkan tawaran sebagai Direktur Operasional sebuah perusahaan franchise nomor satu di Jepang dan di sinilah ia sekarang, menapaki Bandara Udara Internasional Tokyo dengan bots hitam selutut yang menutupi kaki jenjangnya. Perempuan dengan rambut merah muda pendek sebahu itu pun tampak mengenakan sebuah kacamata hitam, menutupi tatapan tajam dan aura mengintimidasi dari balik manik emerald hijaunya.
Seseorang tanpa sengaja menabrak bahu Sakura dari belakang, berhasil membuat tubuh perempuan dengan tinggi 177 sentimeter itu bergeser sedikit ke kiri. Kepala perempuan itu tampak sedikit tertunduk usai penabrakan itu, dengan perlahan ia pun mendongakkan kepalanya. Manik emerald hijaunya pun melihat seorang perempuan dengan rambut indigo berlarian menghampiri seorang laki-laki berambut kuning.
Rasa geram menyelimuti hati perempuan muda itu, ia lantas melangkahkan satu langkah kakinya ke depan hendak menjambak rambut perempuan yang sibuk berpelukan dan berciuman dengan laki-laki kuning itu. Namun sebelum semua itu terjadi, seorang laki-laki menahannya. "Sakura, apa yang mau kau lakukan?"
Suara teguran itu membuat Sakura menolehkan kepalanya, melihat seorang laki-laki dengan kulit pucat menatap kearahnya dengan tatapan khawatir, bukan untuk dirinya melainkan untuk perempuan indigo itu.
"Dia tidak minta maaf," ucap Sakura datar.
"Sudahlah lupakan saja, dia mungkin tak sengaja dan tak sadar menabrakmu," ucap laki-laki itu dengan tatapan setengah memohon, belum ingin berurusan ke kantor polisi karena aksi gila perempuan itu.
"Lepaskan aku, Sai." Kata-kata yang bagaikan perintah itu membuat Sai melepaskan lengannya setelah ia yakin perempuan itu tak akan melakukan aksi gila yang membuat ia harus berurusan dengan polisi.
Tanpa suara perempuan itu berjalan meninggalkan Sai bersama sebuah koper hitam di sana. Sai, laki-laki yang tahun ini berusia 27 tahun itu pun menghembuskan nafasnya kasar. Laki-laki itu mengambil koper hitam itu dan mulai menyeretnya, menyusul Sakura yang sudah berada jauh menuju pintu keluar bandara.
°°°
"Berapa lama kau akan berada di Tokyo?" Pertanyaan itu adalah pertanyaan pertama yang Sai ajukan untuk memecahkan keheningan yang tercipta di dalam mobil itu. Diliriknya Sakura yang tengah sibuk dengan ponselnya.
"Entahlah, mungkin selamanya," sahut Sakura enteng.
"Hei?!" Sai berteriak kencang mendengarnya membuat Sakura menatapnya, menurunkan sedikit kacamatanya sambil menatap Sai.
"Ada apa? Masalah untukmu?" tanya Sakura membuat Sai menghembuskan nafasnya, laki-laki itu lantas mengibaskan tangannya isyarat agar Sakura tak perlu menghiraukannya lagi.
"Oh ya langsung ke perusahaan saja," ucap Sakura membuat Sai menyipitkan matanya, menatap perempuan itu dengan heran.
"Lihat saja jalannya," ucap Sakura acuh saat menyadari Sai menatapnya dengan tatapan heran.
°°°
Sai memberhentikan mobilnya di depan sebuah gedung pencakar langit. Laki-laki itu lantas turun dari mobil, membukakan pintu untuk Sakura dan membiarkan perempuan itu untuk keluar dari sana. Sai menutup pintu mobil itu kembali, memberikan kunci mobil kepada satpam yang bertugas di depan.
Seorang perempuan berambut pirang panjang yang dikuncir pony tail pun menghampiri mereka dengan terburu-buru. Perempuan itu lantas berdiri di hadapan Sakura sambil membungkukkan tubuhnya. "Selamat siang Nona Haruno Sakura, saya Yamanaka Ino yang akan bekerja sebagai sekretaris Anda."
"Oke," sahut Sakura membuat perempuan dengan nama panggilan Ino itu mendongakkan kepalanya, menatapnya dengan tatapan bingung namun Sakura justru meninggalkannya.
"Ayo Ino," ucap Sai membuat Ino menolehkan kepalanya, menatap laki-laki pucat yang tengah tersenyum ke arahnya berhasil membuat ia terpesona selama beberapa saat.
"Hei cepatlah," ucap Sakura.
Sai tersenyum mendengarnya, mengajak Ino untuk menyusul perempuan itu hingga mereka berada di dalam lift. Ino pun tampak malu, sesekali melirik Sai yang berdiri dengan tegap menatap pintu lift yang tertutup.
'Astaga dia tampan sekali kyaaaaaa!!' batin Ino berteriak histeris, meneriaki betapa tampannya laki-laki pucat itu.
"Ino, apa menurutmu Sai tampan?" tanya Sakura menebak Ino yang tampak tertarik dengan Sai. Rasanya siapapun juga bisa menebaknya jika perempuan itu terus menunjukkan ekspresi malu-malu dengan wajah memerah sambil melirik laki-laki itu.
"Eh?!" Ino tampak kaget setelah mendengar pertanyaan itu sementara Sai kini menatapnya, membuat rasa malu Ino bertambah berkali-kali lipat.
"I-iya," sahut Ino malu-malu.
Sakura hanya mengangguk-anggukkan kepalanya setelah mendengar jawaban Ino, memilih keluar lebih dulu saat pintu lift itu terbuka. Ino dan Sai pun menyusul hingga Ino berjalan satu langkah di depan keduanya, memimpin mereka menuju ruangan Presdir.
Ketiganya tiba di depan ruangan dengan pintu besar. Ino dengan hati-hati mengetuk pintu hingga mendapati sahutan suara dingin dan datar dari dalam sana. Dengan hati-hati Ino membuka pintu, mempersilahkan Sakura dan Sai untuk masuk.
Di dalam ruangan itu terdapat dua orang laki-laki. Seorang laki-laki berambut kuning yang sebelumnya Sakura lihat di bandara, laki-laki dengan senyuman konyol yang terkesan norak di matanya dan satu lagi, laki-laki dengan rambut berwarna hitam kelam. Dari tatapan, wajah serta postur tubuhnya Sakura bisa menebak jika laki-laki itu merupakan Presdir perusahaan ini.
Sakura hendak memperkenalkan diri namun sebelum itu terjadi, suara pintu yang kembali terbuka menghentikannya. "Oh sepertinya ada tamu, maaf aku tak tahu."
Sakura menghembuskan nafasnya kasar mendengar suara perempuan itu, suara orang tak sopan yang bahkan masuk ke ruangan tanpa mengetuk pintu itu. Hingga perempuan itu melewati Sakura dan menghampiri laki-laki berambut hitam itu.
Sakura mengerutkan keningnya, melihat perempuan indigo yang menabraknya tadi di bandara justru bergelayut manja di lengan laki-laki berambut hitam kelam itu. Padahal saat di bandara tadi ia berpelukan dan berciuman dengan laki-laki berambut kuning itu.
Sudut bibir Sakura terangkat, membentuk sebuah senyuman miring saat ia menyadari hal menarik yang baru saja ia temukan. "Menarik."
"Sayang ini siapa?" Perempuan itu bertanya dengan suara lembut, menatap Sakura dengan tatapan yang terkesan ramah.
"Direktur Operasional yang baru," ucap laki-laki berambut hitam itu dengan ekspresi datarnya, menatap Sakura yang berdiri selurusan dengannya.
Sakura memiringkan kepalanya, tersenyum dengan manis dan mulai memperkenalkan dirinya. "Halo, saya Haruno Sakura Direktur Operasional baru Taka."
"Ah halo, saya Hyuga Hinata. Senang berkenalan denganmu, mohon bantuannya," ucap perempuan bernama Hinata itu ramah sambil membungkukkan sedikit tubuhnya.
"Saya pasti akan sangat membantu," ucap Sakura masih mempertahankan senyuman manis yang membuat Sai mulai merasakan firasat buruk, seolah dirinya akan kembali berurusan dengan polisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
An Affair
أدب الهواةPernyataan paling gila yang pernah Sasuke dengar adalah pernyataan cinta Sakura kepadanya. Awalnya Sasuke berpikir bahwa perempuan itu hanya bercanda karena tak mungkin perempuan cerdas sepertinya menyatakan itu dengan sungguh-sungguh kepada laki-la...