Bab 46 - Menuju World Tree

157 27 10
                                    

Karma Pov

Sesuai kesepakatan, Aku dan Nakamura akan menunggu di restoran kemarin. Kami akan berangkan ke pohon dunia sesuai rencana.

Harusnya sih gitu. Aku sudah datang dari tadi, tapi Nakamura belum juga kelihatan. Sial! Dia pasti terlambat.

Aku duduk di kursi sambil menghentakkan kaki dengan geram, menunggu kedatangan Nakamura dengan tidak sabar. Aku harus buru-buru ke pohon dunia, tapi sudah terlambat di hari pertama. 

"Papa, sabarlah, sebentar lagi Nakamura pasti datang," Ritsu yang duduk di pundakku mencoba menenangkanku.

Melihat Ritsu, aku menghela nafas, tenang. 

Tidak apa, aku pasti bisa menyelamatkan Nagisa. Semua akan baik-baik saja, pikirku, melupakan perkataan ibu Nagisa sebelumnya.

Tepat setelah itu, suara derit pintu restoran membuatku kembali sadar. Nakamura menghampiriku.

"Kau lama," keluhku saat Nakamura duduk di depanku.

"Tidak ya, kau saja yang datang terlalu cepat. Lagi pula aku belanja dulu tadi," Nakamura membela dirinya sendiri tanpa rasa bersalah karena membuatku menunggu lama. Sial!

"Ngomong-ngomong belanja, aku juga sepertinya harus beli beberapa barang," kataku sambil melihat pedang di punggungku. "Senjataku juga harus di ganti."

"Memangnya kau ada uang?" Nakamura menatapku dengan sedikit mengejek. "Aku tidak akan meminjamkanmu sepeserpun. Aku tidak kaya."

Aku tidak tersinggung dengan ejekan Nakamura. Kami sudah biasa seperti ini di Knight of the Blood Oath dulu. Apalagi sejak aku menikah dengan Nagisa. Nakamura dan yang lainnya selalu mengejekku. Ya, tidak masalah sih, toh aku bisa melihat ekspresi malu Nagisa yang sangat imut.

Membuka layar menu, aku mangambil sesuatu di storage item. Sebuah kantong yang cukup besar dan berat jatuh ke tanganku. "Tenang saja, aku tidak akan minta uang darimu. Aku punya ini."

"Jangan-jangan," Nakamura menatapku curiga.

"Hahahaha, aku mengambilnya dari salamander kemarin. Lumayan, mereka cukup kaya," aku berkata sombong, sementara Nakamura menatapku dengan jijik.

Nakmura mengantarku ke pusat pembelajaan di Kota Swilvane. Aku membeli pedang hitam yang pas dan beberapa barang lain untuk perbekalan di jalan nanti. Selain itu Nakamura juga memperkenalkan beberapa tempat lain. Terakhir, Nakamura mengantarku ke sebuah menara hijau.

"Kenapa ke sini?" tanyaku.

"Kalau mau terbang jauh, lebih enak dari tempat tinggi," Nakamura memberitahu.

Aku bersenandung pelan, mengerti.

"Ayo, lebih baik kita melewati hutan sebelum matahari terbenam," Nakamura melangkah masuk ke dalam menara. Aku mengikuti di belakang.

"Lewat sini," Nakamura menunjuk ke arah lift. 

Ketika seseorang menghampiri kami. "Nakamura!" Itu adalah pria berambut hijau muda panjang yang mengenakan jubah sampai kaki. Di belakangnya ada dua kacung—maksudnya dua orang lainnya; yang satu seorang wanita berambut biru, sedangkan yang satunya lagi seorang pria berambut hijau tua. 

"Halo, Sigurd!" sapa Nakamura.

"Kau benar-benar ingin keluar dari grup, Nakamura?" tanya pria berambut hijau muda yang dipanggil Sigurd.

Nakamura mengangguk, tidak mengelak.

Sigurd mengerutkan keningnya, berkata, "Apa kau tidah sadar seberapa besar masalah kau timbulkan bagi anggota yang lainnya?" Dia tidak puas dengan Nakamura.

SAO X ACTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang