||Manusia Aneh

15 4 0
                                    

Bogor, 13 Februari 2016

Dear, My Friend! Boo ...

Aku mau cerita! Mau cerita!

Tadi, di sekolah. Ada yang berusaha mendekatiku, Boo. Mengajakku berkenalan tapi aku tidak mau, aku tidak mau berteman dengannya. Aku takut, jika nanti sudah berteman baik, dia akan pergi seperti Zara.

Lalu apa kamu tahu, Boo? Dia tidak menyerah Boo, dia terus mengekoriku kemanapun aku pergi. Bahkan dikelaspun dia memilih duduk sebangku denganku meskipun teman teman lainnya menawarkan tempat duduknya, mengomporinya dengan berbagai kalimat buruk akan asumsi mereka terhadapku tetapi dia seolah menulikan pendengarannya.

Jelas saja aku tidak merasa dispesialkan, aku malah merasa risih. Dan kamu tahu apa yang dia lakukan saat aku membaca buku dikursi taman sendirian sembari memakan roti yang dibuatkan ibu?

Dia bilang, "Kenapa kamu di sini sendirian?"

Apakah dia tidak tahu bagaimana pandangan teman teman terhadapku. Apa dia tidak bisa mengetahuinya lewat wajah wajah mereka yang menatapku sinis?

Aku tersenyum menanggapinya saja kemudian fokus kembali pada bacaanku yang entah kenapa keinginan membacaku telah berkurang 50%. Jujur saja, aku sangat tidak menyukai kehadirannya. Dia benar benar mengganggu waktuku menyendiri.

Dan kamu juga tahu sendiri, Boo. Kalo aku paling suka membaca disuasana yang sunyi dengan rindangnya pepohonan atau disekitar tanaman yang tumbuh subur tampak segar kehijauan, ya ... yang menyejukkan mata lah pokoknya.

Oh iya, aku belum memberitahumu gendernya, dia laki laki. Dia sosok lelaki jankung, aku hanya selehernya mungkin jika berdiri berdampingan. Alisnya sedikit tebal, hidungnya mancung tapi tidak seperti orang arab, mancungnya itu langka, kalo kamu tahu sudut segitiga siku siku, nah seperti itu tetapi ditumpulkan sedikit bagian lancipnya. Untuk bibirnya merah alami, sepertinya dia tidak mengenal rokok. Oho jangan kira aku tidak tahu bagaimana bibir seorang perokok apalagi yang menjadi pecandu, perlu kamu tahu, kakak sepupuku pecandu rokok dan bibirnya coklat kehitaman.

"Terpesona dengan ketampananku?" katanya langsung menyugar rambut coklatnya ke belakang. Sok kegantengan!

Tentu saja hal itu memicu alisku berkerut. Tidak habis pikir dengan tingkat kepedeannya, padahal akukan hanya menilai proporsi bentuk wajah dan tubuhnya.

Oh ayolah, akupun tidak tertarik dengan wajah tampannya itu yang sudah bikin para perempuan berdempul itu teriak histeris bahkan mungkin sudah menghalu jadi istrinya. Ya kuakui dia tampan tapi dia lebih cocok masuk ke dalam kategori daftar hitam orang menyebalkan bin aneh, bagiku.

Kamu tahu Boo? Saat aku hendak pergi, dia dengan lancangnya memegang pergelangan tanganku. Sontak aku menepisnya kasar yang anehnya dia malah tersenyum bukannya marah. Sudah kubilang dia itu aneh. Entah dia manusia keluaran mana aku tidak tahu. Kemungkinan dia penduduk transmigrasi dari planet mars kali.

Kamu tahu sendiri aku tidak bisa bicara, Boo😔 sekalipun membuka mulut yang ada hanya gerakan tanpa suara. Jadi aku hanya menatapnya marah dan pergi ke perpustakaan untuk kembali melanjutkan bacaan bukuku. Aku sangat bersyukur karena dia tidak mengikutiku apalagi mengejarku.

Oh astaga, ibu memanggilku. Terpaksa kusudahi dulu ceritaku, kusambung setelah makan malam jika rasa kantuk belum menyerangku. Oke Boo, temanku! ;)

Bye, love you friend, muah, hehe.

_________

Sayang sekali Asma dengan Boo wkwkwk

Jadi, kalian tahukan bagaimana kondisi Asma 🙃

Dear, My Friend!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang