Hati Kecil ingin memaafkan

31 5 0
                                    

Lapangan Perbakin senayan ...

Disinilah Miya berada sekarang bersama pria bernama Rendra yang mengajaknya lalu menjemputnya, Miya sedang memperhatikan Rendra yang sedang fokus membidik tergetnya lalu mengarahkan pistol tersebut hingga tepat sasaran hanya dengan sekali tembakan. Miya menyunggingkan sedikit senyum mengejek dibibirnya, ia yakin pria di hadapannya ini sedang berusaha mengambil perhatiannya.

"Ok giliran ku"Miya membidik targetnya lalu hanya dalam waktu beberapa detik peluru Miya sudah melesat sempurna di sana,

"Wow ternyata kamu memang sehebat yang dikatakan orang, bagaimana kalau kita bertarung bila kau kalah maka kau harus menuruti 3 permintaanku" pertarungan macam apa yang di tawarkan pria dihadapannya ini namun ia yakin pria ini pasti memiliki maksud lain, Miya bukan seorang yang mudah takut dan jelas ia menerimanya karena ia yakin ia pasti akan menang.

"Oke dan begitupun sebaliknya bila aku menang!!" apapun niat Rendra itu tak akan terwujud karena Miya akan mengalahkan pria itu, permainan yang cukup mudah mereka harus membidik beberapa target yang bergerak dan pemenangnya akan ditentukan atas kecepatan waktu serta kesempurnaan hasil bidikan. Rendra mempersilahkan Miya memulai terlebih dahulu, namun Miya berkata bahwa ia ingin Rendra duluan dan pria itu mulai membidik target lalu melesatkan pelurunya ke semua target dengan sempurna.

"Not bad ... namun 4 lawan dalam 7 menit itu terlalu lama Komandan" ejek Miya bahkan Miya bisa lebih cepat daripada itu.

DORRR ... DORR .... Miya menembak dengan begitu sempurna dan dengan waktu yang begitu cepat namun ketika ia hendak menembak target selanjutnya fokusnya buyar setelah mendengar suara yang tidak asing baginya.

"Garendra!!!" Panggil pria paruh baya yang baru saja sampai di lapangan itu dengan ajudan dan anak laki-lakinya dari istrinya yang sekarang.

"Siap Jenderal!!!" Rendra memberikan penghormatan pada Irjen Yahya yang baru saja tiba,

DORRR ... DORRR ... DORRRR... DORRR Miya menebaki semua target hingga hancur tak bersisa, persetan bila ia harus kalah karena fokus Miya hancur mendengar suara pria itu. Miya membayangkan bila semua targetnya adalah pria itu yang tak lain dan tak bukan yaitu ayah kandungnya sendiri.

"Apa kamu menganggap targetmu aku nak?" Tentu saja tebakan pria itu benar, Miya menatapnya dengan tatapan tajam. Pria itu bersama dengan ajudan dan Farel rekan satu angkatan Miya yang Miya tahu pria itu anak ayahnya juga.

"Aku yakin kalian sudah saling mengenal namun apa salahnya aku memperkenalkan lagi, Farel ini kakakmu Miya dan Miya ini adikmu Farel" Yahya menyadari Miya menatapnya dengan tatapan tajam terlebih lagi setelah melihat Farel bersama dengannya, Yahya tahu Miya tidak peduli namun sebagai ayah ia perlu memperkenalkan kedua saudara satu nasab ini.

"Tidak perlu aku sudah tahu dan sudah mengenalnya namun ia bukan adikku" ia begitu sakit hati melihat pria ini sangat dekat dengan ayahnya bahkan ia tidak pernah berjalan melakukan hobby bersama ayah kandungnya, Miya berjalan meninggalkan mereka semua karena berada disini akan membuatnya sesak.

"Miya!!!" Panggil Rendra hendak mengejar Miya namun Farel melarang pria itu karena ia sendiri yang akan mengejar kakaknya itu, Miya kembali mengingat bagaimana masa kecilnya sebelum ia memiliki ayah sambung tak terasa itu membuat Miya lemah dan melayangkan tinju ke dinding.

"Miya bisa kita bicara" Farel menarik tangan Miya

"Tidak ada yang perlu kita bicarakan!!!" Ujar Miya sambil menghempaskan secara kasar tangan Farel, namun pria itu malah menariknya dalam pelukannya.

"Miya tolonglah aku selalu ingin kita berbagi seperti adik dan kakak seharusnya, aku tidak mengerti kejadian dimasalalu yang membuatmu membenci Papa namun aku mohon setidaknya jangan benci aku!!!" Miya melemah mendengarkan kalimat dari adiknya ini, dia benar tidak seharusnya Miya membenci anak yang tidak tahu apa-apa tentang kejadian di masalalu namun bagaimana pun pria ini anak dari wanita yang merebut ayahnya. Miya dan Farel sama tidak bisa memilih darimana mereka dilahirkan, Miya melepaskan pelukan hangat adiknya itu.

Teman HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang