➳ Prolog

8.6K 942 77
                                    

Normal pov

Hari itu seperti biasanya, seorang gadis bernama (Name) (fullname) duduk diruang tamu rumahnya sambil asik membaca salah satu manhwa kesukaannya, tak lupa dengan beberapa camilan yang memang sudah ia siapkan.

Seraya bersenandung pelan, tiba-tiba saja ia langsung melempar ponselnya kesofa didepan dan berteriak histeris seperti orang gila setelah melihat panel terakhir yang menampakan sang karakter favorit.

"AKHHH FELIX!!!" (Name) menghentakan kedua kakinya bergantian dengan semangat, wajahnya memerah padam dan dadanya tak berhenti berdebar.

Rambut yang merah itu, tatapan lembut itu, dan senyuman hangat itu, membuat (Name) benar-benar jatuh cinta pada sesosok Felix Rovein.

"Astaga.. Tante coba liat ini anaknya. Udah kayak sendal kesetanan." dalam sekali gerak, (Name) menoleh kesamping dan mendapati Naya, teman baiknya yang berkacak pinggang sambil menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkahnya.

"Nghehe, bisa aja. Makasih."

"Bukan pujian gobloq!!"

Naya mendengus kesal. Dirinya pamit pulang sambil meninggalkan bekas telapak tangan merah dipipi temannya itu.

"SAKIT HEY!!!"


ೋ❀❀ೋ═══ ❀ ═══ೋ❀❀ೋ

Waktu berjalan begitu cepat. Langit senja yang berwarna oranye kemerahan menandakan bahwa hari mulai gelap.

Setelah selesai makan malam bersama keluarganya, (Name) memilih berbincang sebentar sebelum akhirnya pergi kekamar.

"Mhm.. Sejuknyaaa.." semilir angin yang baru saja masuk dari jendela kamar yang ia buka langsung menyambar kulitnya. Membuat gadis itu menghirup oksigen sebanyak mungkin lalu menghembuskannya kasar.

Tenang.. gadis itu merasa sangat tenang sekarang.

"Sampai tamat pun tidak diceritakan kalau Felix punya pasangan.." kata (Name) dengan nada sendu. Dalam hati hanya bisa meringis meratapi kenyataan dimana dirinya hanya bisa berimajinasi untuk membuatnya bahagia bersama seorang Felix Rovein.

Ia mengepalkan tangan kemudian menaruhnya didada kiri.

"Minimal nyatalah.."

"Tidak. Jangan nyata. Minimal aku yang akan menyusulmu disana."

Ia tersenyum kecut. Menertawai diri sendiri karena menginginkan hal yang benar-benar tidak masuk akal. Ia lemas dan menutup jendela lalu berbaring diatas kasurnya.

Iris (e/c) milik gadis itu berkaca-kaca. Ia menangis tersedu-sedu.

Hati kecilnya terus bertanya-tanya kenapa ia tidak bisa bersama dengan Felix ataupun mereka.

"Sudahlah.. Tidak ada gunanya..." ia menarik selimut sampai batas lehernya. Memejamkan mata dan mulai menari dalam pikirannya sendiri.

(Name) pov

Apa aku harus mati dulu supaya bisa bertemu Felix?

Tidak. Apa-apaan itu. Walau segitunya cinta aku mana mau mati.

Tapi, kalau tidak dicoba tidak akan tahu hasilnya kan?

Aku mengganti posisiku menjadi telentang. Mataku menatap kosong langit-langit kamar yang penuh dengan poster-poster unreal boyfriend ku.

"Nona.. Apa yang nona lihat?" tiba-tiba saja suara seseorang muncul tepat ditelingaku. Aku terkejut lalu menoleh kesumber suara dengan cepat.

Deg

Hey.. Ini mimpi kan....?

Iya. Ini mimpi. Tak mungkin sekarang Felix berada disampingku.

"Jarang-jarang sekali aku mimpi begini. Rasanya tak ingin bangun selamanya.." aku tersenyum. Atensiku benar-benar tertuju pada dirinya.

Kulihat, Felix kebingungan. Tangan miliknya tergerak mengelus suraiku. Matanya menatapku dengan sangat lembut membuatku tercengang sementara.

"Ada masalah? Ehm.. Nona bisa ceritakan pada saya. Karena saya adalah kekasih Nona." mendengarnya aku merona hebat dan mataku mulai memanas.

Aku kembali menangis dan memeluk Felix dengan sangat erat.

"Tidak.. Tidak ada masalah.." pelukanku padanya terasa sangat nyata. Aku bisa merasakan detak jantungnya sampai suhu tubuhnya yang membuatku nyaman.

Aku menenggelamkan wajahku didadanya dan sepertinya aku akan tertidur sebentar lagi.

Eh..

Tertidur?

Aku.. AKU KAN DARI TADI BELUM TIDUR!!!
B-Berarti ini bukan mimpi dong?!

Sesegera mungkin aku mendongak menatap wajah Felix. Menepuk pelan pipinya, maksud ingin memastikan bahwa makhluk bersurai merah ini nyata atau tidak.

"Ng? Nona.. A-Apa ada yang aneh dengan w-wajah saya?" ucap Felix menggenggam tanganku.

Aku menggeleng. Dengan cepat aku menarik tanganku dari Felix dan langsung menutup mulut tak percaya. Sekejab aku kembali menatap langit-langit kamar dan semuanya sudah berubah 180°.

 Sekejab aku kembali menatap langit-langit kamar dan semuanya sudah berubah 180°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kejadian ini.. Kejadian yang kualami ini seperti dalam cerita-cerita lapak oren saja.

Aku mengerjab beberapa kali memproses apa yang terjadi saat ini.

"Felix.. Tadi katamu aku ini kekasihmu?"

"Iya. Nona (Name) adalah kekasih saya dan kita berdua sudah sah dalam hukum Obelia."

Kulihat matanya berbinar dan ia merona. Manis sekali.

AKHHH JANTUNGKU!!!!

𝐑𝐞𝐝 𝐊𝐧𝐢𝐠𝐡𝐭 [END] || F. RoveinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang