47. Epilog

181 30 27
                                    

Selamat membaca readers ku 🥰🎉🎉
Ceritanya Sia selesai dipart ini yaa😌🤧

--------------------------------------------



Beberapa tahun kemudian.


"Sayang, makanannya cepet dihabisin nanti keburu telat loh sekolahnya."

Sia menasihati putranya yang berumur 5 tahun.

"Iya ma," balas putra Sia sembari memepercepat tempo makannya.

Ia memasukkan sendok makan ke dalam mulutnya lebih cepat dari sebelumnya.

Keadaan rumah Sia pagi ini begitu sepi, hanya ada dirinya dan putra semata wayangnya yang bernama Ghazy.

Sia berjalan dari arah dapur dan menghampiri putranya di meja makan.

Sia mengelus kepala putranya sayang kemudian menciumnya. Ia tersenyum melihat tingkah putranya.

Lihatlah, Ghazy berusaha secepat mungkin menghabiskan sarapannya. Begitu menggemaskan di mata Sia.

"Kenapa ma? Belepotan ya Ghazy makannya?"

Ghazy mengusap sekitar mulutnya, mencari-cari apakah ada nasi yang tertinggal di dagunya.

Sia tersenyum manis dan menggelengkan kepala.

Sia menatap Ghazy gemas sekaligus sedih, betapa mirip Ghazy dengan sang ayah. Membuat Sia rindu akan sosok yang selama ini ada untuknya.

"Yaudah gih berangkat, nanti keburu telat."

Selesai sarapan Ghazy mencium tangan mama nya dan bergegas menuju sekolah diantar oleh supir pribadi.

Saat mobil yang ditumpangi Ghazy lewat didepan Sia, Ghazy melambaikan tangan dan balas oleh Sia.

"Aku kangen kamu," lirih Sia sembari menatap mobil yang ditumpangi Ghazy keluar dari area rumah.

Sia menghela napas kasar, hari ini dirinya sedikit tak bersemangat. Mungkinkah akibat dari ditinggalkan oleh orang yang selama ini sangat berharga dalam hidupnya? Atau yang lain?

Sia melangkahkan kaki menuju kamar. Ia melihat sebuah pigura yang terpampang diatas lemari kecil samping kasur.

Ia menatap lama foto itu, nampak dirinya tengah tertawa bahagia bersama sang suami. Ya, suaminya yang dulu pernah ia tusuk, lebih tepatnya tak sengaja ia tusuk. Hingga menyebabkan darah mengalir keluar dari dalam tubuhnya.

"Kangen...." ujar Sia lirih.

"Kamu nggak kangen kah sama Ghazy?" Sia menatap sendu foto tersebut kemudian mengelusnya.

"Aku pingin cerita banyak ke kamu, tapi kamu nggak disini."

Memori serta kejadian demi kejadian masa lalu terputar dalam benak Sia.

Ia terdiam cukup lama, mata Sia menatap kosong ke arah depan dan perlahan memejam, menikmati kerinduan yang tiba-tiba hinggap bagai semerbak harum bunga yang perlahan memenuhi paru-paru.

Sekelibat terlintas sesuatu dalam benak Sia.

Ia pun segera berdiri, menaruh kembali pigura yang semula ia pegang dan mengganti pakaian. Setelahnya Sia bergegas turun menuju garasi mobil.

Dalam perjalanan menuju makam Sia membuka setengah jendela kaca mobil.

Ia menikmati segarnya udara pada pagi hari ini. Jalanan begitu sepi dan rumput-rumput hijau menambah keasrian sepanjang mata melihat. Sesampainya di makam Sia memarkirkan mobil dan mencari sebuah nisan yang bertuliskan Brama

AFTER SAD [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang