1. Flashback On

634 108 70
                                    


Happy reading guys.🎉🎉

--------------------------------------


Flashback On.

"Kak, Anya mau beli eskrim disebrang jalan itu ya?" pinta seorang gadis perempuan pada kakak laki-lakinya ketika melihat pedagang eskrim gerobak.

"Iya, hati-hati ya nyebrang nya."

Sang kakak berkata lembut sembari mengelus pucuk kepala Sia. Entah mengapa Alden merasa was-was sekali pada Sia takut sesuatu akan terjadi pada adiknya.

Alden memang memanggil Sia dengan sebutan Anya, bagi Sia itu adalah panggilan yang berbeda dari siapapun karena yang memanggil dirinya Anya hanya Alden Saja.

"Yeay, siap kak," ujar Sia girang dan tangannya bergerak layak orang tengah hormat.

Hari ini keluarga Sia menghabiskan waktu berlibur mereka di kota berjuluk The Sunrise Of Java. Setelah menempuh jarak yang lumayan jauh dari pantai yang tadi mereka kunjungi kini mereka tengah berada di taman kota untuk beristirahat.

Sia yang kegirangan segera melangkahkan kaki menuju pedagang eskrim. Sangking senangnya ia sampai tak memperhatikan kanan kiri ketika  menyebrang jalan. Hingga...



Tin....

Tinn........

ANYA! AWASSSS!!!

Brakkkk

Braakk braakkkk

"ALDEEEN!!!!"  teriak Mama Sia. Syok melihat tubuh putranya yang terpental akibat tubrukan dari sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi.

Sedangkan Sia sendiri terkejut karena Alden yang tiba-tiba mendorong tubuhnya dengan kencang ke pinggir jalan, namun beberapa detik kemudian ia menyadari semuanya dan melihat Alden berada ditengah jalan dengan keadaan yang mengenaskan.

Darah segar mengalir di kepala dan sekujur tubuh Alden.

Sia terdiam cukup lama, berusaha meyakinkan dirinya bahwa yang ia lihat bukanlah kakak nya.

Papa Sia tak kalah terkejut melihat putra sulungnya nekat dan tiba-tiba berlari kencang untuk menyelamatkan putrinya. Dengan tindakan gegabah dan tanpa pikir panjang Alden berhasil membuat hancur mama, papa dan adiknya.

Mereka segera berlari menghampiri Alden yang sudah tak sadarkan diri.

Tanpa pikir panjang papa Sia menghubungi ambulans dan membawa Alden menuju rumah sakit setelah ambulans itu datang.

Ia tak memikirkan apa-apa lagi selain nyawa putranya saat ini.

Sepanjang jalan menuju rumah sakit mama Sia terus menangis, ia tak sanggup melihat keadaan putranya.

Sesampainya di rumah sakit Alden segera ditangani oleh dokter serta dibantu beberapa suster.

"Pa... Alden pa... hiks...." Reta tersedu-sedu  dipundak suaminya.

"Udah ma sekarang mending kita do'a yang baik-baik buat Alden, semoga dia nggak kenapa-napa." Reno berusaha menenangkan istrinya walaupun jauh di lubuk hatinya juga merasakan hal yang sama.

Disisi lain seorang gadis perempuan tengah duduk sendirian, ia menangis dalam diam.

Pandangannya menatap lurus ke dalam kamar dimana kakak nya tengah ditangani oleh dokter dan suster.

Memori nya memutar kembali kejadian ketika Alden menyelamatkan dirinya dari mobil yang seharusnya menabraknya.

Air matanya terus menetes dan ia tak mengeluarkan suara sejak sampai di rumah sakit.

Ia bahkan mengabaikan luka tubuhnya akibat terjatuh oleh dorongan Alden tadi.

Yang ada dipikirannya saat ini adalah Alden. Ia hanya bisa berdoa dan meminta kepada Tuhan, semoga kakak nya baik-baik saja dan segera membuka mata. Ia tak siap jika harus kehilangan seorang kakak yang begitu menyayanginya.

Ia juga tak mampu membayangkan apa yang akan terjadi padanya jika Alden tidak baik-baik saja.

Dan sampai kapanpun Sia akan selalu salah di mata kedua orang tuanya.

Plakkk

Sebuah tamparan berhasil membuyarkan Sia dari lamunannya, ia terkejut, ia meringis dan memegangi pipinya yang terasa perih. Sia mendongak dan melihat mama nya yang berdiri di depannya dengan wajah memerah, siap untuk meluapkan semua amarahnya pada Sia.

"Mama...." ujar Sia lirih tetap dengan memegangi pipinya.

"INI SEMUA GARA-GARA KAMU! SIA!" Bentak Reta.

Sia menundukkan kepalanya, air matanya semakin menetes deras bersamaan rasa takut yang menyelimutinya. Bahkan tanpa mengatakan itu pada Sia, ia juga sudah tahu jika penyebab semua ini adalah dirinya.

"Ma-afin Si-sia ma... hiks...." Isak Sia dan dengan tiba-tiba Reta menarik rambut Sia ke belakang sekencang mungkin hingga membuat Sia mendongak menatapnya sembari meringis kesakitan.

"M-ma s-sakit maa...."

"COBA KAMU NGGAK CEROBOH!!!SEMUA INI NGGAK BAKAL TERJADI SAMA KAKAK KAMU!!!" Bentaknya lagi.

Sia bergetar hebat, ia sungguh takut dengan mama nya.

"Jika kakak kamu sampai kenapa-napa jangan harap hidupmu akan baik-baik saja." Dengan emosi yang mulai reda Reta mengatakan hal tersebut dengan penuh penekanan.

Papa Sia yang melihat pemandangan ini segera saja mengajak istrinya untuk pergi.

Setelah mengurus keperluan rumah sakit tadi Reno melihat Sia tengah dikasari oleh istrinya dan ia tak enak jika sampai istrinya membuat kegaduhan disini.

Tak berbeda jauh dari Reta, Reno merasa semua ini terjadi karena kecerobohan Sia. Jika mereka berada di rumah dapat dipastikan mereka berdua akan memarahi Sia dan meluapkan emosi mereka pada Sia.

Sia menatap nanar kepergian mama dan papa nya. Ia hanya bisa meringkuk sendirian berteman tangisnya, dipojokan rumah sakit yang besar, seorang diri, memikirkan nasib kakak laki-laki yang ia sayangi, menyalahkan dirinya atas kejadian ini, mengabaikan beberapa luka ditubuhnya, yang seharusnya gadis kecil seusia Sia mendapat kasih sayang dan perhatian dari kedua orang tuanya justru hidupnya berbanding terbalik.






_--------------------------------------------------------------------------_

Waduh  itu kira² Gimana ya Alden? tunggu part selanjutnya yaaa. By byyyyy semua :) Jangan lupa tinggalkan jejak 🥰🥰

Selesai revisi pertama ✅

AFTER SAD [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang