5

872 173 21
                                    

Mia menatap Eirene yang sedari tadi memeriksanya bersama dengan tabib kerajaan.

Sesaat usai Russel mengumumkan identitas Mia, situasi menjadi kacau. Semua orang berebutan ingin melihat Lamia Willard yang selama ini hanya bisa mereka lihat patungnya di pusat kota. Aldrich sampai harus turun tangan dan membawa Mia sendiri bersamanya. Mia dibawa ke istana untuk dirawat. Walau tak nampak terluka, Mia terlalu kurus untuk ukuran perempuan dewasa. Selain itu, tubuhnya masih saja kecil.

Aldrich tak berbicara sepatah katapun kepada Mia. Berbeda dengan Russel dan Eirene yang terus merong-rongnya dengan berbagai pertanyaan. Mia dibuat tak berhenti bicara oleh keduanya, juga tak berhenti mendengarkan cerita Russel dan Eirene tentang apa yang terjadi setelah malam itu.

Russel dan Eirene menikah. Iya, bukan dengan Aldrich, tetapi dengan Russel. Matilda sudah lama meninggal karena serangan Silver ternyata memberi efek tak baik bagi tubuhnya. Ia juga kesulitan untuk pulih kembali karena terus merasa bersalah atas kematian Mia. Sementara Jeremy meninggal dua puluh tahun yang lalu karena usia yang memang sudah tua. Russel bilang, Jeremy meninggal di usianya yang ke-312.

Aldrich yang menjadi raja, menggantikan ayahnya yang mangkat. Ia tak pernah memiliki tunangan lain setelah kejadian itu, memutuskan untuk tidak terlibat dengan perempuan mana pun meski berulang kali Jeremy mencoba menjodohkannya.

Mia tak tahu harus bereaksi bagaimana. Ia merasa bersalah atas rentetan kejadian yang menimpa klan harimau.

"Apa saya seharusnya tidak usah berada di sini?" tanya Mia pelan membuat Eirene menghentikan pergerakannya. "Saya rasa, saya hanya menjadi beban."

Eirene mengerutkan keningnya. Ia melirik tabib kerajaan, mengisyaratkannya supaya meninggalkan mereka berdua. Ditatapnya Mia yang nampak muram. Ah, apakah Mia masih menganggap dirinya sebagai seorang anak haram yang begitu rendah? Mateo Willard bahkan sudah mati, kenapa Mia masih seperti ini?

"Memangnya ada yang berkata begitu kepadamu?" tanya Eirene.

Mia menatap Eirene sejenak, menggeleng lemah dan tertunduk. "Tapi, saya merasa seolah membebani semua orang."

Eirene menggenggam tangan Mia, menatapnya sambil menghela napas panjang. "Kau tak pernah membebani siapapun. Jika ada yang bicara seperti itu, aku akan memotong lidah mereka!" Eirene menatap Mia lekat dan tersenyum. "Jadi, jangan berpikiran seperti itu lagi."

Mia membalas senyuman Eirene dan mengangguk. Pintu ruangan tempat ia berada terbuka. Aldrich masuk ke dalam bersama dengan Russel dan seorang pria tampan di belakang mereka. Eirene berdiri, menyambut kedatangan mereka dengan ceria.

"Aku sudah memeriksanya. Lamia baik-baik saja dan aku tidak menemukan yang aneh-"

"Bagaimana caramu selamat dari serigala-serigala itu?" tanya Aldrich memotong ucapan Eirene.

Mia mengerjap, melirik Aldrich yang tatapannya tertuju langsung kepadanya. Aldrich nampak lebih dewasa dari sebelumnya, tetapi ia juga kelihatan sedikit menyeramkan. Walau Mia tak menampik kenyataan jika pria itu tetaplah tampan. Akan tetapi raut wajah Aldrich menjadi lebih keras dan garis wajahnya nampak lebih tegas dari sebelumnya.

"Saya diselamatkan oleh pelayan dari klan serigala, Yang Mulia," jawab Mia pelan. "Ia adalah seorang penyihir yang menolong persalinan Ibu saya dan memutuskan untuk bekerja di klan serigala sembari melindungi saya."

"Apakah kau berbohong?" tanya Aldrich lagi dengan nada yang lebih berat.

"Saya tidak berani, Yang Mulia," jawab Mia pelan.

"Kenapa kau selalu mencurigainya?" desis Eirene sembari mengerutkan keningnya. "Ayolah, ini sudah seratus tahun! Apakah kau akan terus menaruh curiga karena ia putri pemimpin klan serigala?"

Love That HurtsWhere stories live. Discover now