Mia terbangun pagi-pagi sekali. Ia segera merapikan tempat tidurnya dan membersihkan diri. Ia mengenakan pakaian yang pantas untuk berjalan di sekitar istana. Ia tak bisa keluar dari sini. Semalam, Mia mendengar beberapa penjaga dan pelayan mengintipnya setiap beberap jam untuk memastikan jika ia tak melarikan diri. Ia langsung menyadari jika ia tak bisa pergi tanpa izin dari Aldrich.
Pagi itu, Mia memutuskan untuk membantu pelayan-pelayan yang bekerja. Mereka tak menyadari identitas Mia, menyangka jika ia pelayan baru yang mulai bekerja hari ini dan membiarkan Mia bekerja. Mia menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan cepat, ia juga membantu pelayan menyapu dan mengepel, serta membersihkan perapian. Pelayan-pelayan yang merasa terbantu dengan keberadaan Mia memberikan sarapan ekstra kepadanya sebagai ucapan terima kasih.
"Dari mana kau berasal?" tanya seorang pelayan bernama Jollie ketika Mia melahap sarapannya dengan penuh semangat.
"Aku dulunya pelayan di klan serigala," jawab Mia pelan.
Jollie mengangkat alis dan menatap Mia terkejut. "Oh, kau pernah kerja di sana? Kudengar, mereka sudah memperlakukan pelayannya lebih baik?"
"Apa?" Mia menatap Jollie kebingungan.
"Klan serigala itu kan asal-usul Lamia Willard! Kata pelayan-pelayan terdahulu, mereka sering memukuli pelayan dan juga memukuli Lamia Willard seperti binatang!" kata Jollie berapi-api. "Aku tidak mengerti kenapa mereka bisa berbuat sejahat itu!"
"Hei, berhentilah menyebarkan kebencian kepada klan serigala! Mereka sekarang bagian dari kerajaan dan juga pemimpin mereka kan sudah dieksekusi," tegur seorang pelayan lain yang bernama Rachel.
Mia menatap Rachel dan Jollie sejenak, tak membalas dan kembali melahap sarapannya.
"Apa kau mengalami hari yang sulit ketika bekerja di sana?" tanya Jollie pada Mia.
Mia menatap Jollie yang menatapnya penasaran, tersenyum tipis dan menggeleng. Mau menjawab iya pun tidak ada gunanya. Penyiksanya sudah mati, yang tersisa hanya sakit hati dan bekas luka di tubuhnya, juga kenangan-kenangan menyedihkan kala ia tinggal di sana. Mia menarik napas, merasa sesak hanya dengan mengingat kenangan masa lalunya.
Dulu, ia diperlakukan lebih rendah dari binatang peliharaan. Mia menunduk dan diam-diam tersenyum pahit. Sudah lama ia tak memikirkan hari-harinya di klan serigala. Namun hari ini, kenangannya mengalir deras. Mia merasa menyedihkan. Seumur hidupnya, ia tak pernah memanggil Mateo dengan sebutan ayah. Pria itu juga sama sekali tak menganggap keberadaannya. Mia menghabiskan sarapannya, tersenyum untuk berpura-pura tegar dan bersikap tenang.
"Aku sudah selesai makan. Ada lagi yang bisa kukerjakan?" tanya Mia menatap Jollie dan Rachel.
"Ah, memangnya kau tak mau istirahat?" tanya Rachel menatap Mia tak percaya. "Kita baru saja membersihkan koridor!"
"Anak baru kan biasanya memang penuh semangat!" sambar Jollie. "Kita masih punya cucian, jangan khawatir."
"Kalau begitu, aku kan mencuci dulu! Sampai jumpa!"
Mia kemudian melangkah mengikuti pelayan lain yang sudah selesai makan. Mereka beranjak menuju halaman belakang istana untuk mencuci pakaian. Mia membantu mengambilkan air karena rat-rata tidak kuat membawa ember. Lalu ketika cuciannya selesai, ia membantu mengangkat bakul-bakul pakaian itu untuk dijemur.
Tempat menjemur pakaian terletak dekat dengan kebun istana. Ada beberapa tukang kebun yang sedang menanam bunga di sana. Mia dulu sering membantu tukang kebun menyirami tanaman. Ia mendekati mereka dengan langkah ceria.
"Selamat pagi!" kata Mia menyapa.
"Oh, selamat pagi!" seorang tukang kebun menatap Mia heran. "Aku tak pernah melihatmu."

YOU ARE READING
Love That Hurts
General FictionLamia Willard selalu mengalami kemalangan dalam hidupnya. Mulai dari ibunya yang meninggal usai melahirkannya, ayahnya yang tak menganggap keberadaannya dalam klan serigala, ibu tirinya yang menyiksanya seperti budak dan tunangan yang tidak menyukai...