3

773 153 3
                                    

Sebulan kemudian, Matilda berhasil membujuk suaminya untuk membawa Mia tinggal dalam kastil mereka. Jelas permintaannya itu membuat Jeremy kebingungan dan menolak, tetapi Matilda tak menyerah. Hingga akhirnya, Jeremy memutuskan untuk membicarakan hal itu kepada Mateo. Ia sedikit khawatir karena membawa Mia tinggal bersama mereka sementara keduanya belum sah menikah merupakan sebuah penghinaan bagi Mateo. Seolah-olah ia tak mampu mengurus Mia.

Namun, Mateo memang tidak mampu mengurus putrinya sendiri.

Tiga minggu kemudian, Mia datang dengan membawa pakaian seadanya. Bawaannya sama sekali tak banyak, bahkan Mia tak punya apapun untuk dibawa. Gadis itu tiba di sana, mengenakan gaun yang sama dengan gaun saat ia pertama kali datang ke kastil klan harimau. Wajahnya pucat, dengan sudut bibir robek dan lebam di tulang pipi kirinya. Langkahnya tertatih dan ia jatuh pingsan ketika memberi salam kepada Jeremy.

Hal itu membuat Aldrich merasa sedikit kasihan kepadanya. Kondisi Mia begitu buruk. Ia tak bangun selama empat hari, terluka di berbagai tempat di tubuhnya dan mengalami malnutrisi. Mia sepertinya dibuat kelaparan dan disiksa habis-habisan. Sedikit banyak, Aldrich merasa bersalah karena mencurigai Mia.

"Mengkhawatirkan Lamia?" tanya Eirene membuat Aldrich yang mengunjungi Mia berbalik menatapnya.

Ini adalah hari keempat Mia masih tertidur. Gadis itu terbaring di atas ranjang dengan tubuh masih babak belur. Eirene setiap hari datang berkunjung atas permintaan Matilda untuk memeriksa Mia yang masih tak sadarkan diri.

"Kondisi tubuhnya mulai membaik," kata Eirene sambil tersenyum lebar. "Tunanganmu akan baik-baik saja."

Aldrich terdiam, tak mengatakan apapun. Ia menatap Mia yang masih tak sadarkan diri. Lamia Willard memang begitu kasihan, tetapi Aldrich pikir ia masih belum mempunyai perasaan kepada perempuan itu. Ia melirik Eirene yang nampak cantik seperti biasanya. Daripada Mia, Aldrich pikir ia menyukai Eirene yang seperti matahari.

"Eirene," panggil Aldrich yang membuat Eirene menatapnya penuh tanya. "Andai aku tak bertunangan dengannya, akankah kau mau menjadi tunanganku?"

Eirene menatap Aldrich kebingungan. Ia melirik Mia yang masih tak sadarkan diri. Ah, apa yang Aldrch pikirkan? "Mengapa kau berbicara begitu padaku di depan tunanganmu yang kritis?"

"Aku menyukaimu," kata Aldrich pelan. "Mungkin itu hanyalah perasaan kekanakan yang akan hilang, tetapi kupikir kau sebaiknya tahu jika aku menyukaimu."

Eirene menatap Aldrich. Raut wajahnya nampak begitu serius, tetapi juga kaku. Ia mengenal Aldrich sejak mereka masih kecil. Namun bagi Eirene, Aldrich sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri. Tak peduli setampan dan semenawan apapun pria itu.

"Ayo kita bicarakan ini di luar," kata Eirene seraya melangkah lebih dulu keluar dari kamar tempat Mia tertidur.

Aldrich membalikkan tubuhnya dan berjalan keluar dari kamar Mia untuk bicara dengan Eirene. Seperginya kedua insan itu, Mia yang tertidur membuka matanya perlahan, menatap ke arah pintu kamarnya yang terbuka dan tersenyum pahit. Ia bahkan tak diinginkan oleh tunangannya sendiri. Mia tak tahu apa yang mereka bicarakan, tetapi selang dua puluh menit kemudian mereka kembali ke kamarnya. Eirene nampak terkejut, tetapi penuh semangat begitu melihat Mia yang tersadar.

"Aku akan memanggil Bibi dan meminta pelayan membawakan makanan untukmu! Kau bicaralah dengan Aldrich!" kata Eirene lalu berlari keluar meninggalkan Aldrich dan Mia berdua.

Mia tak mengatakan apa-apa, sementara Aldrich berdiri diam di tempatnya dan menatap Mia yang masih nampak lemah. "Apa yang terjadi padamu?" tanya Aldrich.

Mia melirik Aldrich sejenak, mengedipkan matanya beberapa kali mencoba mengingat mengapa ia bisa dalam kondisi seperti ini. Ah, Mia ingat.

"Aku tak sengaja mendengar Tuan Mateo dan beberapa sekutunya merencanakan untuk menyerang klan harimau," kata Mia pelan. "Mungkin Anda harus memberitahukan ini kepada Tuan Jeremy."

Aldrich mengerutkan kening menatap Mia yang nampak lemah. "Apa kau berbohong?"

"Tidak, Tuan," kata Mia pelan. "Mereka memukuli saya, memberikan racun supaya saya tak bisa berbicara lagi tetapi seorang pelayan dari klan serigala memberikan penawarnya. Anda harus memberitahu Tuan Jeremy untuk menyiapkan pasukan."

"Mereka tak akan bisa mengalahkan kami."

"Tuan Mateo bersekutu dengan klan rubah dan juga klan hyena."

Sial. Aldrich beranjak hendak pergi, tetapi menghentikan langkahnya dan menatap Mia yang masih terbaring lemah. "Kita akan bicara lagi setelah masalah ini selesai."

Dan seperti yang Mia katakan, malam itu juga klan harimau dikepung oleh tiga klan sekaligus. Peperangan tak terelakkan. Pasukan terbaik klan harimau bertarung mati-matian malam itu, menghantam seluruh pasukan klan sekutu yang menyerang. Namun, dalam setiap peperangan selalu terjadi banyak hal-hal tak terduga dan juga kerugian.

Kastil milik klan harimau berhasil ditembus. Beberapa serigala peliharaan klan serigala menyerang penghuni kastil. Serigala-serigala itu menjadi begitu ganas tanpa sebab. Dan mereka semua mencari satu orang, Lamia Willard.

Dengan kondisinya yang lemah dan bahkan tak mungkin berlari, Mia dipaksa oleh Matilda untuk berlari dan bersembunyi. Namun, Matilda lupa jika serigala-serigala itu memiliki kemampuan untuk melihat dalam gelap. Percuma bagi Mia untuk bersembunyi. Ujung-ujungnya, ia berhasil dikepung oleh belasan serigala, termasuk Silver dan Moon yang dipelihara oleh Maryana Willard.

"Mereka terlalu banyak!" kata Matilda yang berusaha bertarung dengan belasan serigala itu.

Mia melirik Matilda yang kelelahan. Russel mendatanagi mereka, memberikan bantuan yang berhasil mengalahkan serigala-serigala yang lain kecuali Silver dan Moon. Kedua serigala itu memang lebih besar dan lebih kuat. Matilda dan Russel akan terluka parah atau lebih buruk, mati jika mencoba melawan keduanya.

"Kedua serigala itu ingin membunuh saya," kata Mia memberitahu keduanya. "Jika kalian melemparkan saya kepada mereka, kalian bisa pergi dan mencari bantuan."

"Bagaimana kami bisa melemparkanmu kepada serigala itu?" pekik Russel marah. "Kau pikir kamu tak punya hati?"

"Tapi, itulah yang bisa kita lakukan untuk saat ini, Tuan Russel," kata Mia pelan. "Saya hanya manusia yang tidak berguna. Jika saya menjadi umpannya, kalian bisa menyelamatkan diri."

"Dan membiarkanmu mati dicabik-cabik oleh mereka?" balas Matilda mendelik pada Mia.

Mia ingin membalas, tetapi Silver dan Moon sudah menyerang lebih dulu. Baik Matilda maupun Russel kesulitan menghadapi Silver dan Moon yang punya ukuran lebih besar dan tenaga yang jelas lebih kuat dibanding serigala-serigala lainnya. Matilda hampir mati diserang oleh Silver dan Russel terdesak oleh Moon. Jika Mia diam saja, kedua orang itu akan mati.

"Silver, Moon!" teriak Mia keras membuat kedua serigala itu berhenti menyerang Matilda dan Russel, lalu menatap Mia tajam. "Kejar aku!"

"Tidak!" teriak Russel mencoba menghentikan Mia.

Namun, Mia sudah berlari menuju keluar dari kastil. Silver dan Moon mengejarnya. Mia tak punya pilihan selain berlari menuju hutan. Itu adalah kali terakhir semua orang melihat Mia. Ia dipercaya mati dimangsa oleh Silver dan Moon yang kembali ke arena peperangan.

Peperangan hari itu berlangsung selama dua hari penuh, berakhir dengan kemenangan klan harimau. Seluruh otak pencetus pengepungan klan harimau dipenggal, begitu juga Silver dan Moon yang diracun hingga mati. Kastil klan harimau mengalami kerusakan parah. Banyak penghuninya yang terluka parah hingga kritis, tetapi syukurnya tidak ada yang sampai kehilangan nyawa kecuali Mia.

Kematian Lamia Willard menjadi pukulan besar bagi Matilda. Ia mencoba menyelamatkan anak itu dengan membawanya ke kastil, tetapi bahkan Mia tak sempat menikmati satu hari yang tenang di sana dalam keadaan sadar. Ia justru mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan Matilda dan Russel, dengan kondisi terluka parah dan malnutrisi. Tak ada yang tersisa dari tubuh Mia. Bahkan tulang-belulangnya tak pernah ditemukan. Silver dan Moon pasti dengan mudah melahap tubuh kecil Mia.

Akhirnya, hanya barang-barang yang Mia bawa yang dimakamkan. beberapa disimpan oleh Matilda sebagai kenang-kenangan karena Mia tak memiliki banyak peninggalan. Sejak kejadian itu, klan harimau bertumbuh menjadi lebih besar. Anggota-anggota klan sekutu yang tak terlibat dalam peperangan itu memutuskan untuk bergabung dengan klan harimau. Dengan aset-aset yang mereka miliki, Jeremy Fallon membangun kota bagi orang-orangnya. Dan untuk mengenang pengorbanan dan jasanya, patung Mia didirikan di pusat kota.

Lamia Willard menjadi manusia yang ikut berperan dalam berdirinya Kota Rothnia yang didirikan oleh Jeremy Fallon.

Love That HurtsWhere stories live. Discover now