Happy reading 💐
Semua murid di gemparkan dengan kejadian ponsel yang tiba-tiba saja eror. Mereka semua kebingungan karena ponsel mereka sama sekali tidak menyala, sekalinya menyala hanya terlihat garis-garis berwarna hijau,hitam, dan merah.
Awalnya hanya satu atau dua siswa yang ponselnya eror, tapi setelahnya merembet hingga ke semua ponsel murid di silhouette high school. Ada yang sampai menangis karena ada beberapa dokumen penting yang tersimpan di ponselnya, dan tugas-tugas sekolah.
Karena kejadian ini, para guru dan OSIS berusaha menenangkan mereka semua. Ketua osis menyuruh semua murid untuk mengumpulkan semua ponsel ke wali kelas masing-masing. Setiap kelas di ramaikan dengan suara isakan beberapa murid. Mereka merasa putus asa jika ponsel masih tetap sama, dan tidak di perbaiki pastinya mereka akan kehilangan kontak komunikasi dengan keluarga.
"Gimana nih hiks, hpnya mati gak bisa nyala, kalo orang tua gue nelfon giman? Mereka pasti khawatir"
"Mana banyak dokumen penting sama tugas-tugas sekolah lagi"
"Gak bisa nih, gue cuman punya itu hp satu-satunya. Gimana gue bisa nelfon keluarga kalo kayak gini"
Ruangan kelas di penuhi oleh keluhan-keluhan mereka. Entah bagaimana nasib jika ponsel masih tetap tidak menyala. Rata-rata para remaja lebih banyak menggunakan ponsel untuk sekedar membuat konten hiburan, atau mengerjakan berbagai tugas sekolah. Hal itu di permudah dengan adanya ponsel.
Semuanya terjadi begitu saja, secara tiba-tiba. Mereka sama sekali tidak memprediksikan akan terjadinya hal ini.
"Hueeee gimana nih Abe, gue gak bisa kalo gak ada hp, 99% gue kalo belajar selalu fokus pas lagi dengerin lagu. Semua tugas-tugas sekolah juga ada di hp semuaa" Barra merengek sembari membolak-balik kan hp nya. Dia tengah menunggu giliran untuk menyerahkan hpnya ke wali kelas.
Semua murid kelas 11 IPS 1 berbaris rapi, mengantri untuk menyerahkan ponsel mereka ke wali kelas. Di meja guru sudah tersedia sebuah kotak wadah plastik, berjumlah sekitar dua kotak. Mereka meletakkan ponselnya dengan rapi di dalam kotak.
Seperti biasa Abe terlihat santai-santai saja, padahal dalam benaknya dia juga tengah bingung, dan gelisah. Bagaimana nanti jika dia ingin menghubungi geng epiphany? Bagaimana jika kedua orang tuanya menelfon, lalu tau jika Abe tidak menjawab mereka pasti akan khawatir.
"Semuanya tenang, kami pihak sekolah akan segera mendiskusikan akar masalah dari penyebab semua ponsel murid eror. Kami akan melakukan pemerbaikan, jadi kalian tidak perlu khawatir" seru Bu Lestari selaku wali kelas 11 IPS 1, memberi kalimat penenang bagi para anak didiknya. Setelah mengatakan hal itu Bu Lestari langsung membawa kotak wadah berisi ponsel ke ruang osis, di bantu oleh salah satu anggota osis.
Kelas kembali riuh dengan kegelisahan akan nasib ponsel mereka masing-masing. Abe hanya diam dengan wajah tenang, tak mempedulikan rengekan Barra, dia membiarkan cowok itu memeluknya sambil merengek menahan tangis. Pikirannya menerawang jauh, semua keanehan ini semakin membuat Abe tak tenang.
Kegelisahan yang ada dalam dirinya sama sekali tidak menyatu dengan ekspresi wajahnya yang tenang. Orang pasti mengira bahwa Abe seperti tak peduli, tapi siapa sangka jika sebenarnya dia sedang berargumen dengan pikirannya sendiri.
"Pembahasan kemarin" lirihnya dengan suara kecil, tapi Barra bisa mendengarnya. Refleks Barra langsung mendongak menatap Abe tanpa ada niatan melepaskan pelukannya. Mereka berdua saling pandang seperkian detik. Abe langsung menyikut tubuh Barra agar melepaskan pelukannya.
"Maksud lo? Semua ini ada hubungannya sama pembahasan kita kemarin?" Tanya Barra setelah melepaskan pelukannya.
"Bisa jadi. Lo masih inget kan sama apa yang di bilang Eric, mereka tau jika ada orang yang membobol akun sosial media silhouette high school. Otomatis pasti mereka tengah mencari tau siapa pelaku yang membobol akun sosial media itu. Mungkin mereka telah merencanakan hal ini, dengan begitu mereka bisa nge cek satu per satu setiap hp murid di sekolah ini"
KAMU SEDANG MEMBACA
Silhouette (slow update)
Mystery / ThrillerAbercio seorang remaja laki-laki berusia 16 tahun si biang kerok, panggil saja Abe. Dia terkenal bandel dan susah di atur, banyak guru di sekolahnya yang angkat tangan menghadapi sikap dan kelakuan Abe. Kedua orang tuanya sibuk dengan pekerjaan masi...