Si Tabungan Bulat

2 0 0
                                    


                    Shoma melirik Cami sembari mengangkat alis kemudian ditegakkan posisi duduknya, badannya yang tegap segera berjalan mendekati Cami. Disambarnya benda menyerupai kompas yang tergeletak malas di atas meja. Di luar dugaan Cami hanya diam tak bereaksi.

"Kau tidak marah aku ambil ini?" tanya Shoma dengan nada menyelidik.

"Kalau mau boleh ambil...." ujar Cami santai.

Mata Shoma terbelalak, ditatapnya bocah kecil di hadapannya itu. Tangannya mulai melempar-lempar benda bulat itu ke udara ringan dengan satu tangan.

"Kalau rusak ga ada gantinya lho!" ujar Cami lagi sembari kembali meneguk susu di gelasnya.

Sesaat kemudian Shoma segera menangkap benda bulat itu dengan canggung, takut benda itu tiba-tiba jatuh ke tanah. Dari sofa Gau siap melempar bantal duduknya ke muka Shoma.

"Apa itu?" tanya Gau.

"Tempat penyimpanan referensi Author, namanya Tabungan Bulat" Shoma dan Gau membeku mendengar nama itu, sungguh mereka tak habis pikir kenapa penulis mereka begitu buruk memberi nama. Sedangkan disisi lain Cami berusaha menggoyang-goyangkan gelasnya yang kosong. Kemudian tangan kecilnya menggoyang-goyangkan tubuh Gau memintanya mengisi kembali gelasnya yang kosong. Gau yang masih setengah sadar menyentuh gelas itu tanpa melihat dan gelas itupun kembali terisi. Mata bulat Cami bersinar bahagia dengan segera dirinya kembali meneguk cairan manis itu, sampai jejak kumis putih terlihat di sisi atas bibirnya.

"Ok...jadi benda bulat ini..."

"Tabungan bulat!!" sanggah Cami cepat.

"Ya...ya...tabungan bulat," sambar Shoma cepat sembari menggelengkan kepalanya berusaha kembali sadar, "bagaimana mengoprasikannya?" tanyanya lagi.

"Tekan tombol yang tengah sampai kaca pembesarnya keluar, trus geser aja mau liat apa." Jawab Cami santai. Tangannya kembali menarik-narik lengan baju Gau, kali ini dia meminta kue kejunya yang dibikin ulang. Gau segera menekuk wajahnya dan menggelengkan kepala menolak. Jari telunjunknya bergoyang ke kanan dan ke kiri, seakan-akan bilang anak kecil tidak boleh banyak makan yang manis-manis nanti gemuk. Cami segera memalingkan wajahnya cemberut.

                 Shoma segera mempraktekkan apa yang diajarkan Cami. Saat tombol bintang kristal di tengan di tekan akan keluar sebuah kaca pembesar berbentuk panah dari bagian bawah. Shoma berusaha membidik ke sekeliling ruangan. Tidak terjadi apa-apa. Namun, saat dia mengarahkan kaca pembesarnya ke arah Gau terlihat gambaran buku perak yang di keluarkan Cami barusan. Anehnya saat kaca pembesar itu di arahkan ke arah Cami semuanya kosong. Shoma menjauhkan matanya dari kaca pembesar. Shoma mengambil pena di tangannya dan mengarahkan kaca pembesar ke arah pena tersebut. Dai pena tersebut tertulis kata "build". Shoma menekuk wajahnya, dia mundur beberapa saat dan bersandar pada meja kerja.

"Sebutkan apa saja yang di perlukan untuk membangun sebuah cermin?" tanya Shoma tanpa melepas pandangan dari penanya.

"Tergantung apa yang kau mau buat, biasanya aku membuat dengan gagang baja dan sebuah lensa pantul." Jawab Gau.

"Deskripsikan bentuknya..." ujar Shoma lagi sembari mengambil ancang-ancang di tempat kosong.

"Mau yang seperti apa?" tanya Gau lagi, "kalau ingin buat sesuatu biar aku yang bikinkan." tawar Gau bersiap untuk bangkit dari duduknya.

"Jangan...deskripsikan saja dari sana!" cegah Shoma lagi.

"Ah...kalau githu silahkan sebutkan kriterianya..." ujar Gau lagi.

"Aku ingin cermin seukuran tubuhku dengan desain penopang estetik yang terbuat dari baja." Jawan Shoma sambil bertolak pinggang. Gau menatap tatapan Shoma, merasa ditantang diapun segera mendeskripsikan apa yang di mau Shoma.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 29, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Blank Spot ~Dear Author Where Are You ~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang