ACDD 07# APRIL

27.1K 2K 28
                                    

ACDD 07# APRIL

"Allah itu pencemburu hebat. Tidak mau cinta hambanya lebih besar kepada selain-Nya. Saking sempurnanya cinta Allah, Allah telah mewanti-wanti hambanya agar tidak mencintai ciptaannya secara berlebihan. Karena yang selain Allah itu tidak sempurna dan berpeluang besar untuk mengecewakan."

~Aisfa (Cinta dalam Doa)~

🕊🕊🕊

"Apakabar, Ning?" tanya Gus Alfatih menoleh sosok gadis yang berjalan beriringan beberapa meter disampingnya.

Tujuan mereka saat ini adalah warung sate  kesukaan Ning Izza, sepupu Gus Alfatih sekaligus sahabatnya dari kecil.

"Alhamdulillah, baik, Gus. Gus, sendiri?" tanya Ning zza tanpa mengalihkan pandangannya dari aspal yang dipijaknya.

"Alhamdulilah, seperti yang kamu lihat?" Ning Izza mengangguk-anggukkan kepalanya.

Tidak ada obrolan lagi selanjutnya sampai mereka tiba di warung sate Madura yang tak jauh dari pondok. Dari kecil Ning Izza sangat menyukai sate di sana. Padahal di tempatnya juga banyak yang menjual, tapi rasanya tidak sama seperti yang di tempat Gus Alfatih.

"Mau berapa tusuk, Ning?"

"Mau 20 tusuk, Gus," jawab Ning Izza dengan mata berbinar saat melihat sate yang dipanggang oleh penjualnya. Gus Alfatih pun memesankan sesuai keinginan Ning Izza.

"Kamu semua yang makan?"

Ning Izza tertawa pelan. "Bukan, Gus. Umi  mau juga. Gus kira aku sapi makannya banyak."

Gus Alfatih tersenyum menanggapinya. "Memangnya kenapa kalau makannya banyak?"

"Takut sakit perut."

"Kok bisa?"

Ning Izza mengangkat bahunya lalu tertawa. "Gak tahu juga. Gus tidak pesan?"

"Ngga, Ning sudah kenyang."

"Kenyang karena liat crush sudah kenyang apa gimana?" canda Ning Izza yang berhasil membangkitkan tawa Gus Alfatih.

"Saya gak punya crush, Ning."

"Masa?"

Gus Alfatih menggaruk tengkuknya salah tingkah. "Iya, serius."

"Alhamdulillah, dong." Tersadar dengan apa yang diucapkannya, Ning Izza menepuk bibirnya dan memejamkan matanya malu.

Sedang Gus Alfatih, pemuda bersorban di depannya terlihat mengernyit bingung. "Alhamdulillah, kenapa?"

"Pesanannya sudah selesai, Gus," ujar si bapak penjual sambil menyodorkan pesanan Ning Izza.

Ning Izza menghela napas lega. Dalam hati ia berterima pada bapak penjual karena secara tidak langsung telah menyelematkannya dari menjawab pertanyaan Gus Alfatih.

Ning Izza merogoh dompet di dalam saku ghmisnya untuk membayar satenya. Tapi pada saat ia akan membayar, Gus Alfatih sudah membayarkannya terlebih dahulu.

Aisfa Cinta dalam Doa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang