Bab 8
Happy reading 💜
Ayah Aji
|Au, nanti sepulang sekolah jemput Ayah dulu di kafe Melati ya
Aulia membaca pesan masuk dari Ayahnya ketika ia curi-curi kesempatan membuka handphone saat pelajaran matematika masih berlangsung. Untung ia duduk di barisan belakang sehingga Sang guru tak memergokinya.
"Au, pinjem buku les lo dong," ucap Raisa dengan suara yang dikecilkan.
Rahasianya adalah tak ada satu pun dari temen-temen sekolah mereka tau kalo tujuh anak dengan tujuh peringkat paralel yang selalu stabil ternyata les di tempat yang sama.
Aulia meremas handphone nya erat-erat, ia terkejut karena Raisa bicara tepat di telinganya. Melihat keterkejutan sahabat plus saudaranya itu, si Raisa malah terkikik sendiri. "Maaf, Au, kaget ya kikikik."
"Ada di tas."
"Ambilin dong," pinta Raisa.
"Ambil sendiri lah biasanya juga gitu."
Raisa berdecak. "Gak ah, gue tunggu aja sampai lo ngambilin buat gue."
Aulia menatap gadis di sampingnya itu penuh keanehan. Tak mau berpikir macam-macam, lantas Aulia langsung mengambil buku lesnya dan memberikannya ke Raisa. "Nih! Awas kalo pulang-pulang tuh buku jadi lecek," peringat Aulia.
"Hehe... Tau aja. Kali ini gak akan lecek sumpah," cengir Raisa seperti kuda.
"Lagian Sa, lo kemaren gak berangkat les tuh kenapa?"
Raisa mendadak berhenti menulis lalu menoleh ke Aulia. "Kunci motor gue ilang hahaha."
Aulia refleks menoyor kepala Raisa hingga gadis itu mengaduh. "Lo jadi sodara gue kenapa ceroboh banget sih, Sa."
"Lo juga kenapa mau-mau aja jadi sodara gue?" celetuk Raisa.
"Takdir, Sa, takdir. Sebenarnya sih gak mau ya."
"Oh gitu. Okeh!" Raisa menyilangkan tangannya di depan dada sambil membuang muka. Merajuk.
"Aaahh~ Gue becanda, Sa." Aulia menarik-narik tangan Raisa tapi gadis itu tak merespon malah terkesan menjauhinya. Jangan-jangan Raisa marah beneran?
"Saaaa—Maafin gue."
"Sssttttt... Saya minta kalian buat ngerjain soal matematika bukan bikin drama bahasa Indonesia," tegur Sang guru kebesaran yang mendengar rengekan Aulia.
Raisa refleks menertawai Aulia yang kini jadi pusat perhatian. "Kena kan lo."
"Gara-gara lo nih," endus Aulia kesal.
------
Aulia keluar kelas lebih dulu dari Raisa. Gadis itu berjalan sendirian di sepanjang koridor sambil membalasi chat dari Ayahnya. Aulia tiba-tiba celingukan, sekarang masih jam dua siang. Apa masih ada taksi?
Kakinya terus menelusuri koridor hingga sampai di lobi utama sekolahnya. Dzon tiba-tiba muncul di depannya membuat Aulia refleks mundur karena terkejut.
"Kaget ya," ledek Dzon.
Aulia cemberut. "Enggak lo, enggak Raisa, sama aja suka bikin gue kaget."
Dzon malah tertawa mendengar omelan Aulia.
"Mau langsung pulang?" tanya Dzon.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAPTA
TeenfikceSapta artinya tujuh. Alan, Haikal, Aulia, Raisa, Dzon, Narendra, dan Zaki adalah tujuh besar paralel di sekolahnya. Tanpa banyak orang tau, mereka belajar di tempat les yang sama. Di ajar oleh guru les yang sama. Mendapat metode belajar yang sama. D...