Cahaya di Kelamnya Grimmauld Place II

24 2 0
                                    

Annabeth tidak pernah merasa sehidup itu sebelumnya. Tidak ada hari tanpa kesibukan. Ia mencintai dunia barunya. Rasanya seperti menyimpan rahasia kecil yang ajaib. Tuan Lupin berkata bahwa para muggle tidak mengetahui dunia mereka untuk menjaga keamanan dan kestabilan di dua dunia.

Tuan Lupin sering mengajak Annabeth untuk berkeliling di dunia muggle. Annabeth menyukai setiap detik yang ia habiskan dengan Tuan Lupin di dunia muggle. Terkadang Tuan Lupin juga membawa Harry Potter. Seorang anak baptis dari Tuan Black. Harry Potter itu menyenangkan! Ia ceria seperti bunga matahari yang mekar di pekarangan belakang rumah Tuan Black di musim semi. Hari ini Tuan Lupin ingin mengajak Annabeth ke perpustakaan kota. Katanya perpustakaan itu merupakan perpustakaan terlengkap disekitar sini. Sebenarnya Tuan Black yang menyuruh Tuan Lupin agar Annabeth tidak mengurung dirinya di perpustakaan rumah terus-terusan.

Sebenarnya Harry Potter ditugaskan Tuan Lupin untuk mempelajari mantra sederhana untuk memunculkan cahaya. Namun, ia dengan hebatnya melakukannya dalam tiga kali percobaan. Jadi Tuan Lupin mengajaknya untuk ikut berkeliling di dunia muggle.

Cuaca hari ini tidak terlalu terik. Mereka menelusuri jalanan dengan jalan kaki karena Tuan Lupin berkata 'terkadang kita melewati hal-hal yang menyenangkan karena terburu-buru'. Annabeth tidak mempermasalahkan hal itu karena Tuan Lupin selalu membuat perjalanannya menyenangkan dan Harry akan selalu berceloteh tentang hal-hal yang baru ia pelajari atau tentang teman-temannya.

"Disana ada kedai es krim, aku akan membelikan kalian satu. Kalian mau varian rasa apa?" Tuan Lupin menunjuk kedai di seberang jalan.

"Aku vanilla saja!" Harry tertawa saat rambut hitamnya diacak oleh Tuan Lupin.

"Baik. Annabeth karamel seperti biasa?" Annabeth menjawab dengan anggukan. Karamel adalah yang terbaik.

Harry mengangguk setelah Tuan Lupin menyuruhnya menjaga Annabeth selagi Tuan Lupin mengantre untuk es krim. Mereka duduk di kursi panjang dekat taman kota. Perhatian Annabeth teralihkan dari Harry saat ia mendengar suara indah di sebrang jalan.

Harry menyadari Annabeth yang senyap lalu menatap ke arah anak lelaki yang sedang mengamen dengan gitar akustik, "Dia mempunyai suara yang bagus, ya?"

Annabeth mengangguk. Lelaki itu juga memiliki wajah yang khas, sepertinya bukan dari daerah sini.

"Hey, pups. Ice cream is here!" Annabeth merasa girang saat karamel meleleh di lidahnya.

Satu setengah kilometer kemudian mata Annabeth berbinar. Perpustakaannya lumayan besar dengan dinding batu yang sudah mulai menguning dan ditumbuhi lumut di beberapa tempat.

"Aku akan mencari beberapa buku yang aku perlukan dan aku akan menunggu di meja sekitar sini. Jika kallian sudah mendapatkan buku yang kalian mau temui aku disini, ya?" Tuan Lupin menepuk kedua kepala anak muda tersebut dengan hangat lalu menuju ke lorong buku.

"Aku akan berkeliling, apa kau mau ikut?" Harry menunjuk ke arah lorong buku cerita anak-anak.

Annabeth berdehem, "Ayo!"

Tangan Harry dipenuhi buku-buku yang menurut Annabeth menarik, sedangkan Harry hanya senang karena ia terbebas dari tugas rumahnya lebih awal dari biasanya. Tanpa sadar mereka telah melewati rak sejarah. Mata Annabeth menangkap judul yang menarik. Tangannya menjangkau buku tersebut lalu menyimpannya ke tumpukan yang berada di tangan Harry. "The Crucible? Untuk apa kau juga membaca sejarah?"

Annabeth hanya mengangkat bahunya, "Penasaran. Sepertinya buku bacaanku sudah cukup, kau tidak mengambil apa-apa, Harry?"

Harry menggeleng. "Mari ke Moony kalau begitu."

oOo

"Ann! Kau sudah pulang?" Tuan Black menyapanya dengan segelas kopi hitam dalam genggaman.

"Matahari mulai terbenam, Tuan Black, dan kau masih meminum kopi pekat. Apa itu tidak mengganggu tidurmu?" Annabeth meletakkan tas belanjaannya di sofa ruang tengah sembari berjalan ke dapur.

Annabeth tidak menyadari suasana sedikit berubah menjadi tegang karena ia sibuk mengabsen makanan di atas meja. Di meja sudah tersedia berbagai makanan. Kreacher melakukan tugasnya dengan baik, Annabeth merasa harus berterima kasih secara langsung karena matanya menangkap puding karamel yang menggiurkan.

"Uh, tentang panggilanmu-" Suara Tuan Black tertahan saat kalimatnya dipotong oleh Tuan Lupin.

"Bagaimana kita bicarakan setelah makan malam?" ia tersenyum hangat. Annabeth menyadari udara yang berubah. Semua orang terlihat cemas. Mengapa begitu?

"Wah, pudingnya memang betulan enak! Kreacher sangat pandai dalam memasak!"

Tuan Black tertawa lepas, "Ia akan sangat senang mendengarnya, Ann, sayang."

Saat Tuan Lupin selesai menenggak teh di cangkirnya, ia berdehem. "Ann, sayang."

Annabeth melihat Tuan Lupin dan ia sadar bahwa semua mata sekarang fokus ke arahnya.

Tuan Lupin melanjutkan, "Kau tahu bahwa aku sudah mengadopsimu dari panti. Namun, ada hal yang harus dibincangkan sebelum kamu akan pergi ke sekolah nantinya, Pups."

Tenggorokan Annabeth gatal. Ia baru menyadari kenapa udara sekitar berubah menjadi tegang karena dirinya juga ikut merasa takut.

Harry menggenggam tangannya. "Moony tidak akan meninggalkanmu, kok. Padfoot juga."

Annabeth berterima kasih pada Harry sebab ia rasanya dapat bernapas dengan normal kembali.

Tuan Black mengeluarkan tawa canggung, "Ann, Sayangku. Kami tidak mungkin meninggalkanmu. Namun kamu juga berhak tahu tentang silsilah keluarga angkatmu ini. Apalagi kamu masih awam tentang dunia sihir. Itu yang ingin kami bahas disini, Sayang."

Mata Annabeth melembut. Ia mengangguk tanda ia mengizinkan kedua orang dewasa melanjutkan obrolannya.

Tuan Lupin menarik napas dalam, "Sayangku, kamu tahu bahwa aku telah mengadopsimu secara sah dengan aturan muggle dan kamu tercatat sebagai anakku. Sebenarnya, nama Sirius juga tercatat sebagai orang tua legalmu."

Annabeth menatap wajah Tuan Black yang gugup. Ia sudah mendapatkan keberanian karena ternyata hal yang didiskusikan bukan merupakan hal yang ia takutkan. "Aku tidak masalah, Tuan Lupin. Aku menyukai kalian berdua. Mau aku anakmu ataupun anak Tuan Black, aku tetap berterima kasih pada kalian."

Dada Sirius Black terasa hangat. Ia bersuara, "Jika begitu, bolehkah kamu memanggil aku dan Moony sebagai ayahmu? Karena rasanya seperti jauh sekali saat kamu memanggil kami dengan panggilan Tuan."

Annabeth tertawa. Ia turun dari kursinya lalu memeluk Tuan- ayahnya. "Baiklah, Ayah. Aku akan memanggilmu ayah dan memanggil Remus Dad, bagaimana?"

Sirius mengangkat alisnya, "Bagaimana bisa kamu memberi Moony panggilan yang lebih keren?!"

Annabeth diangkat untuk duduk di pangkuan Sirius. "Kalau begitu tinggal aku tukar saja! Bagaimana kalau begitu, Dad?"

Sirius menjentikkan jarinya, "Begitu baru adil!"

Remus menatap dengan tawa yang halus, "Lalu, Sayangku. Kami ingin mengangkat kamu agar sah di mata sihir, juga. Aku dan Sirius akan melakukan ritual untuk mengangkatmu sebagai anak secara darah. Tidak akan menyakitkan, kok. Harry pernah melakukannya."

Tatapan Annabeth berpindah ke Harry dan dibalas anggukan olehnya. "Aku juga anak Ayah Moony dan Dad Padfoot, loh!"

Senyum Annabeth terkembang lebih besar. Dadanya terasa hangat sekali sehingga tanpa ia sadar matanya sudah buram karena air mata.

"Eh! Maaf, maaf! Kamu sedih karena aku, ya?" Harry gelagapan menatap adiknya yang sibuk menghapus linangan air mata.

Annabeth menggeleng, "Tidak, tidak! Bagaimana bisa? Aku bahagia sekali! Sangat sangat bahagia! Aku punya keluarga baru yang begitu keren! Aku bahagia, Harry. Terima kasih telah menjadi saudaraku yang begitu keren."

Harry mengeluarkan desahan lega. Senyuman Remus seakan tak luntur. "Syukurlah. Apakah kau bersedia melakukan ritualnya, Sayang?"

Annabeth mengangguk semangat. "Kapan ritualnya diadakan, Ayah?"

Sebuah tangan yang dari tadi diam memeluknya beralih mengusap rambutnya. "Secepatnya."

to be continued.

Retrouvaille Sérendipiteuse [REVISED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang