0.2 YOUR VOICE

26 5 2
                                    

Ruangan itu berwarna putih tulang berkombinasi dengan hitam. Bergaya italia dengan interior sederhana dan terlihat elegan dengan lampu-lampu yang berjejer di langit-langit. Suasananya menyejukkan. Beberapa terlihat sangat menikmati makanan membuat Bintang sedikit meneguk salivanya.

Setelah mengatakan nama, Juyeong dan Bintang dituntun oleh pelayan ke suatu ruangan tertutup di lantai atas. Suasananya lebih sepi – hanya terdengar suara musik klasik – dibanding di bawah. Lantai atas dibagi menjadi beberapa ruangan tertutup.

Memasuki satu ruangan, seorang lelaki sedang menurunkan jasnya untuk digantung di tempat yang telah disediakan. Itu Kim Taehyung. Menggunakan kemeja hitam yang digulung ke atas sampai siku menyapa setelah melihat kedatangan mereka berdua.

Juyeong mengenalkan Bintang pada Taehyung dan sebaliknya. Duduk tertib setelah yang tertua duduk, dilanjut Taehyung dan Bintang.

"Maaf menganggu pertemuan kalian." Ucap Bintang sedikit tidak enak.

"Tidak apa-apa." Sanggah Taehyung. "Kau Bintang, 'kan? Berasal dari mana?" tanya Taehyung membuka percakapan "Ah! Itu hanya... kau tidak terlihat seperti orang Korea asli." Lanjutnya mengoreksi takut menyinggung.

"Dia orang Indonesia. Kau sudah pesan?" Juyeong yang menjawab lalu memberikan menu pada Bintang setelah Taehyung mengangguk. "Seorang mahasiswi Hannam University. Keren, 'kan?" Tambahnya bangga.

Yang dibanggakan hanya tersenyum malu. Memberikan buku menu pada pelayan setelah memesan dengan sedikit senyuman canggung.

"Wah, kudengar sulit masuk ke sana." Taehyung membulatkan matanya, merasa takjub. "Sudah semester berapa? Sepertinya kau terlihat lebih muda dariku."

"Tentu saja! Dia masih awal dua puluhan." Juyeong kembali menjawab dengan antusias. "Kalian dari line berbeda. Berapa? dua tahun?"

"Tiga tahun." Bintang mengoreksi.

"Ah, iya! Tiga tahun."

Taehyung mengangguk pelan, "bisa minum alkohol?"

"Eiii... Jangan coba-coba." Juyeong menimpali cepat. "Dia adalah yang terburuk untuk dijadikan teman minum." Lanjutnya dengan wajah serius, setengah berbisik walau yang dibicarakan masih bisa mendengar dengan jelas.

"Mwoya. (Apa ini?) Oppa, aku masih punya mulut." Tegur Bintang merasa kesal diambil alih haknya untuk menjawab.

Yang ditegur hanya tertawa canggung lalu meminta maaf. Tanpa beban, tanpa rasa bersalah, Juyeong lalu mengambil alih percakapan dan bermain pada hal yang tidak Bintang mengerti. Tentang klub golf yang baru mereka masuki. Dan pertandingan bola tadi malam.

Rasanya seperti dikucilkan.

Sebenarnya itu lebih baik bagi Bintang daripada harus dipotong setiap ingin berkata sesuatu. Hanya saja kasihan Taehyung, tidak sempat mengatakan apapun selain 'ya' dan 'tidak'.

Di tengah alunan musik dan timpaan suara Juyeong, manik Bintang tidak sengaja menemukan milik Taehyung. Sama-sama terlihat jenuh dengan suasana itu.

Bintang memberikan kode bahwa dirinya jemu mendengarkan suara Ju Yeong yang untungnya disetujui dengan pasti oleh Taehyung. Tanpa disadari pencerita, Bintang dan Taehyung saling melempar ekspresi, memutar bola mata, memainkan bentuk bibir, mengangguk-anggukan kepala atau menggeleng-gelengkannya dengan melebih-lebihkan sebagai deskripsi perasaan yang tidak dapat dikatakan seiring mendominasinya suara Juyeong.

Sebuah pesan masuk menghentikan suara yang menggema. Suasana terasa aneh untuk sesaat karena langsung terasa sepi dan damai. Taehyung dan Bintang memiliki permikiran yang sama dan ekspresi lega yang mengatakan, 'akhirnya...'

LIFE - doesn't work that wayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang