1. Liburan musim panas

6 2 1
                                    

"Mama, Mama!"

Bocah laki-laki berusia 10 tahun berlarian di dalam rumah mencari keberadaan ibunya yang memang sengaja mengabaikannya.

"Mamaa~"

Bocah itu membuka pintu kamar kakak perempuannya dengan paksa, "Kak, lihat mama tidak?"

"tidak" sang Kakak kembali membaca novel favoritnya dengan khidmat mengabaikan adiknya yang terus berteriak memanggil ibunya.

"ck" dia menghembuskan nafas kesal sambil menghentak-hentak kan kakinya berjalan ke kamar mamanya, mengambil dompet lalu kembali ke ruang tengah kemudian berteriak.

"MAH! ANGGA MINTA UANG BUAT BELI MAINAN YA! DIKIT KOK, SERATUS RIBU AJA!"

tidak lama setelah Angga berteriak dari arah halaman belakang terdengar suara gaduh disusul dobrakan pintu yang membuat siapapun yang mendengarnya kaget.

BRAAK

"TIDAK BOLEH! SUDAH MAMA BILANG JANGAN BELI MAINAN, KAMU BARU BELI KEMARIN LUSA!"

"Tidak jadi, habisnya mama dari tadi Angga panggil tidak dengar hmp!"

Angga marah. Kenapa Mamanya malah tertawa setelah mendengar perkataannya, memangnya apa yang lucu?

"Maa~ Angga mau liburan di rumah Kakek"

"boleh sayang, tapi jangan sekarang ya? Papa masih belum pulang dinas"

"Eh Angga..." Angga bingung mencari alasan agar bisa liburan cepat, kebetulan saat mereka berbicara Tya -kakak Angga- turun tangga dari kamarnya menuju dapur yang ada di bawah tangga.

"Angga sama Kak Tya pergi kerumah Kakek duluan aja ya ma?"

Tya yang mendengar perkataan adiknya terkejut namanya diikut sertakan untuk kepentingan pribadi adiknya. Sebenarnya memang sekolah Tya dan Angga sudah libur sejak kemarin jadi jika pergi sekarang pun bukan masalah bagi Tya tapi Ayah belum pulang jadi seharusnya mereka menunggu Ayah pulang dulu tapi entah kenapa Angga ingin cepat-cepat pergi kerumah Kakek.

"Hei Angga, harusnya kamu tanyakan pendapat Kakak dulu baru bicara sama mama"

Angga menoleh sebentar ke arah Tya kemudian kembali menghadap ke mama, "Tidak perlu".

Ahahaha Tya dia adik kecilmu sudahlah, saat dia besar baru kamu pukul

Tya memutar bola matanya kemudian naik lagi ke atas, mencoba menenangkan emosinya.

"Angga, harusnya kamu tanyakan dulu pendapat Kakak kan, Angga tidak boleh mengabaikan perasaan orang lain"

Kemudian mama berlalu ke halaman belakang kembali menjemur pakaian. Angga terdiam di tempatnya menatap lantai dan berfikir, beberapa menit kemudian dia naik ke atas mengetuk kamar Tya lalu masuk.

Di dalam Tya sedang menggambar sketsa di meja belajarnya, Tya memang suka menggambar, menulis dan membaca. Bisa dibilang dia anak seni. Dan suasana kamar yang nyaman, sunyi, dan penerangan yang cukup sangat pas untuk melakukan hobinya. Cat kamarnya berwarna hijau Sage, seprai kasur, karpet, dan gorden berwarna hijau tua, dan sisanya berwarna putih. Ini menambah kesan nyaman bagi Tya.

"Kak, kita kerumah Kakek yuk"

"kenapa?"

"Angga kangen masakan Kakek, sama kue buatan Bi Imah. Kakak juga mau kan nanti Angga minta kan banyak deh"

"Tidak perlu"

Angga tetap mempertahankan senyumannya, bagaimanapun juga dia harus bisa membujuk Kakaknya, "Tapi Kak, Angga dengar saat mengantar buku ke sekolah, guru-guru bicara tentang les untuk kelas 9. Mereka bilang katanya harus dilaksanakan secepatnya dan seharusnya pertengahan liburan musim panas ini sampai saat masuk ke sekolah tiba, tapi karena sebelum pengumuman libur guru-guru lupa memberi tahu, jadilah guru-guru memutuskan les dadakan bagi siswa kelas 9, kecuali kakak sedang liburan di rumah Kakek sebelum pemberitahuan ini mungkin ada pengecualian"

Garden In the Forest Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang