"Siapa anda sebenarnya?" tanya Tya dengan serius.
"Apa maksudmu?"
Tya mengangkat tangannya menunjuk seisi ruangan, "Semua ini. Dan juga globe ini, aku yakin struktur daratan disini berbeda dengan di duniaku, tapi kenapa benda ini memiliki bentuk daratan yang sama dengan di duniaku? Siapa kalian, penjelajah dimensi? Dan bangsa apa kalian? Kenapa hanya anda yang mengerti dan bisa bahasaku?"
Ratu mengangkat tangan kirinya kemudian semua orang yang ada disana keluar dari ruangan, menyisakan mereka berdua. Ratu menghela nafas, kemudian berjalan ke sisi lain ruangan ada sebuah ruangan kecil di balik rak buku yang berjejer, rak itu bergeser setelah Ratu mengucapkan sesuatu. Ratu berjalan masuk, di susul Tya di belakangnya.
Di dalam sana terlihat berantakan. Sebuah papan dengan bermacam kertas bergambar tertempel disana. Lalu ada pula bermacam buku yang bahasanya Tya kenal, itu berbahasa Inggris kuno dan ada pula yang berbahasa latin. Lalu di meja berserakan kertas yang di ikat menjadi beberapa kelompok ada yang kertasnya berwarna biru, ada yang emas, ada yang putih, dan juga ungu. Di sana juga ada beberapa gulungan peta yang di letakkan begitu saja di lantai.
Ratu itu mengambil beberapa kertas yang tertempel di papan lalu membawanya ke meja kertas yang ada di sudut ruangan.
"Kamu mengenal tempat ini?"
Jika di tanya kenal atau tidak, tentu Tya mengenalnya. Gambar itu digambar dengan terburu-buru walau begitu dia masih bisa mengenalinya. Itu adalah gambar pemandangan kota dengan kendaraan dan mobil yang berlalu-lalang, ada juga papan iklan besar dan bangunan tinggi di sekelilingnya. Struktur bangunan di dunianya.
Kenapa dia menanyakan itu? Apa dia ingin mengintrogasi ku yang makhluk asing?
Tya terus saja memikirkan apa motif dari sang Ratu, tapi dia tidak bisa menebaknya sama sekali. Hingga akhirnya Ratu berbicara.
"Siapa namamu?"
Tya mengerutkan alisnya, dia merasa sedang di selidiki. "Aku bertanya lebih dulu." ujarnya lantang. Masa bodo dengan sopan santun.
"Ada banyak hal yang harus ku ceritakan, asal kau tahu. Dan tidak bisa semuanya aku jabarkan kepadamu..."
Ratu berjalan keluar ruangan sempit itu, dia berjalan ke dekat meja yang ada di tengah ruangan perpustakaan. Di sana ada alat tulis dan perkakas lainnya. Ratu mengeluarkan sesuatu dari dalam laci, sebuah buku tebal dan besar yang sudah usang itu terlihat, Ratu meletakkannya di meja dengan hati-hati, seperti itu adalah benda yang sangat rapuh.
"...tapi semua jawaban itu ada di sini, dia akan menjawabnya. Tanyakan saja padanya."
"A-apa?". Dia menyuruhku bertanya pada benda mati? Yang benar saja.
"Letakkan tanganmu di atasnya, lalu bertanya lah lewat batinmu."
Dengan penuh keraguan Tya meletakkan tangannya di atas buku, lalu dia mengulang pertanyaan yang dia tanyakan, semua tanpa terkecuali. Sekejap semua hening seperti berada di sebuah ruang kedap suara, tidak ada suara sama sekali bahkan angin sekalipun. Lalu buku itu bercahaya terang berwarna biru pekat kemudian berubah menjadi warna putih yang menyilaukan. Tya memejamkan matanya tiba-tiba sebuah hembusan angin kuat menerpa sekujur tubuhnya, dia membuka matanya.
Seakan masuk ke dalam sebuah cerita, di depannya beterbangan serbuk emas yang berkumpul membentuk perwujudan menjadi sebuah ruangan yang gelap dan sepi. Mendadak tempat yang semula putih kini berubah menjadi ruangan entah dimana tempat ini.
Apa ini semacam ruang bawah Tanah? Tapi kenapa aku ada disini?
BRAKK
Pintu dibuka dengan tergesa-gesa. Beberapa orang masuk kedalam ruangan sempit ini, membuat Tya panik dan kebingungan harus mencari tempat persembunyian, tapi terlambat mereka semua sudah memenuhi ruangan. Tya menepi, dan berusaha memahami situasi yang terjadi di depannya. Semua ruangan berwarna abu-abu dan sebagian orang juga sama, hanya beberapa orang saja yang terlihat memiliki warna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garden In the Forest
FantasyTya dan Angga menemukan hal aneh di dalam album foto Nenek mereka. Foto-foto itu seperti membawa mereka ke dunia yang berbeda dan Kakek mereka seperti menghindari pertanyaan apapun yang menyangkut isterinya. Angga yang menemukan keanehan itu tidak m...