2. Nenek

2 1 0
                                    

Tya menghembuskan nafas perlahan, dia mengusap rambutnya, mencoba mencerna perkataan Angga. Ingin sekali Tya menyimpulkan semua cerita tadi hanya bunga mimpi atau imajinasi anak kecil yang sangat luar biasa. Tapi yang membuat dia tidak bisa menyimpulkannya sesimpel itu adalah fakta bahwa mereka berdua mengalami mimpi yang bisa di bilang ada kaitannya satu sama lain. Bahkan mereka tertidur dan bermimpi di waktu yang bersamaan.

"Jadi, sekarang katakan tujuanmu mengajak -bukan, menyeret ku kesini lalu mengatakan semua hal yang sulit diterima akal sehat ini, Angga."

"Begini, Kakek punya tanah yang sangat luas disini bahkan bisa dibilang Kakek orang yang sangat mampu membeli tanah untuk bercocok tanam plus membuat rumah bak orang kaya di kota-kota besar. Tapi kenapa Kakek hanya membuat rumah sederhana seperti ini? Bahkan jika di bilang sisa tanahnya untuk bercocok tanam pun, Kakek punya ladang terpisah dengan tanah disini, lumayan jauh jika berjalan dari sini. Jadi untuk apa tanah sebegitu luasnya tapi rumah Kakek sederhana seperti ini. Apa Kakak tidak berpikir sampai ke situ? Jawabannya adalah, Kakak hanya tidak peduli dengan keanehan yang menurut Kakak tidak memiliki pengaruh apapun."

Itu benar. Tya memang sudah tidak habis fikir, kenapa Kakeknya membeli tanah seluas ini tapi hanya untuk di buat rumah sederhana bahkan tidak ada bedanya dengan rumah di desa lainnya. Tapi Tya hanya mengesampingkan hal itu dan memilih untuk menikmati pemandangan persawahan hijau di seberang rumah kakeknya.

"Seperti yang aku bilang sebelumnya, aku pernah ke tanah di belakang rumah Kakek sebelumnya. Dan Kakak tahu apa? Aku menemukan taman yang ada di album Nenek tadi."

"Apa taman di foto tadi punya danau yang tidak terlalu besar?"

"Ya."

"Dan punya air mancur Indah seperti di foto tadi?"

"Yap"

"Tidak ada taman bermain atau sejenisnya, hanya hamparan rumput hijau, air mancur, kursi, dan gazebo seperti di abad pertengahan eropa."

"Sepertinya Kakak mulai mengerti maksudku."

Tya terdiam. Jika itu benar maka apa arti semua ini? Tya menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Kemudian mengambil cangkirnya dan minum. Setelah menghabiskan setengah air di cangkir dia kembali bersandar lalu melipat kedua tangannya di depan dada, lantas memejamkan matanya.

"Lanjutkan." Tya tahu persis, pasti Angga sedang ingin menelusuri sesuatu makanya itu dia buru-buru ingin kesini.

"Tapi sekarang taman itu tak seindah di foto ataupun di dalam mimpi Kakak. Tempat itu terbengkalai sekarang, tapi ada satu yang mengganjal fikiranku.”

Angga mengambil album yang ada di atas meja lalu membukanya. Di tunjuknya foto Nenek yg sedang menatap pohon di depannya.

Tya mengamati foto itu dengan seksama. Pohon? Tya tidak menemukan sesuatu yang spesial di pohon itu, kemudian di beralih menatap Nenek yang ada di foto itu. Raut wajahnya sangat sedih dan juga beberapa emosi yang sulit di jelaskan terlihat jelas di foto itu. Setelah selesai mengamati dan menarik kesimpulan Tya menyerahkan kembali album itu, meminta Angga melanjutkan penjelasannya.

Tya tahu maksud Angga sekarang. Di pohon itu, menyimpan rahasia yang disembunyikan Kakek dan Nenek.

“Ini alasan aku cepat-cepat ingin kesini. Satu tahun yang lalu aku tidak sengaja menemukan taman ini saat bermain di belakang, sangat kotor dan kuno. Tapi aku tidak melihat pohon itu sebelumnya. Jika perkiraan ku tidak salah pohon itu berarti besar bagi Kakek dan Nenek yang artinya pohon itu menyimpan rahasia.”

Bingo.

“Tepat seperti dugaanku juga. Tapi jika perkiraanku yang lain tidak salah, kita perlu mencari sesuatu sebelum ke taman itu yang aku yakin ada kaitannya dengan semua ini.” sahut Tya.

Garden In the Forest Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang