.
.
.
"Aku lelah, tapi aku masih cinta. Aku bodoh, karena masih berharap. Aku kembali sakit, dan semuanya disebabkan oleh diriku sendiri."
-Alatera Andhira-
....
Tera mendongak agar air matanya tak jatuh membasahi wajahnya. Ia tak ingin menunjukkan betapa hancurnya ia saat ini melihat Alfa yang begitu pasrah di gandeng oleh cewek bernama Mela itu. Cewek yang mengaku pacar dari Alfa. Ia melambai-lambai telapak tangannya ke wajahnya agar berhenti menangis. "Jangan nangis, Ra!" Ia menghela nafas. "Lo kuat!"
Tanpa disadari oleh Tera, Alfa sebenarnya risih dan muak dengan tingkah Mela padanya. Namun ia tak bisa begitu saja mengusir Mela karena Mela adalah orang yang lebih gila dan nekat dari pada Tera. "Lepasin gue," perintah Alfa dengan wajah tanpa ekspresi.
"Kenapa? "
"Lepas!"
"Gak mau, Alfa."
"Lo lepas sekarang, atau gue yang lepas secara paksa?"
Mela mendengus kesal. Ia langsung melepaskan gandengannya pada Alfa dengan wajah cemberut. Padahal hari ini adalah hari pertamanya bersekolah di SMA Nawasena. Dan semua ini ia lakukan agar bisa lebih dekat dengan Alfa.
Sedangkan Tera yang sudah tak sanggup melihat Alfa dan Mela berjalan pergi menuju kelasnya dengan lesu. Mata Tera memandangi Lea dengan sendu. Ia berjalan ke arah cewek itu yang kini sudah duduk di bangkunya. Lea yang melihat Tera berjalan ke arahnya dengan wajah muram memeluk cewek itu setelah Tera duduk di sampingnya. Ia penasaran namun tak tega melihat Tera yang biasanya ceria berubah muram seperti ini.
"Lo kenapa?"
"Lea, " panggil Tera dengan lirih.
"Hmm. "
Tera tertawa pahit. Cewek itu mendongak menatap Lea dengan mata berkaca-kaca. "Sekeras apapun gue berusaha buat Alfa bisa nerima gue dan berusaha buat dia supaya gak benci cewek lagi. Gue kagak akan pernah bisa bersatu ama dia, Lea. "
Tera meletakkan kepalanya ke bahu Lea. Saat ini, ia benar-benar hancur. Ia butuh sandaran dari Lea. Meskipun Le atak bisa menyembuhkan hatinya yang sakit dan sesak itu.
"Apa yang lebih sakit dari ini Lea? " tanya Tera dengan lirih.
Lea hanya terdiam sembari mengelus punggung Tera yang bergetar. Ia tidak tau harus mengatakan apa.
"Semua perjuangan gue, terasa sia-sia. "
"Tera ..."
"Gue kagak tau siapa yang salah dan bener ..." Tera mencengkeram erat seragam Lea. Melampiaskan semua perasaannya. "Tapi gue cuma nyesalin satu hal, seharusnya dari awal gue nyerah. Kalo Alfa gak akan pernah bisa gue milikin. Gue terlalu bodoh, karena bisa-bisanya gue cinta ama dia terlalu dalem. Sampai gue lupa bahwa semuanya mungkin bakal sia-sia. "
"Kalo gitu, mulai sekarang buang semua rasa suka lo ke Alfa. "
Tera hanya terdiam.
"Lo udah lelah, Ra! Jadi ayo nyerah aja," tutur Lea.
Tera masih terdiam.
Helaan nafas keluar dari bibir Lea. "Jangan ngasih sakit yang lebih sakit dari ini, Ra. Lo gak sekuat itu buat nahan semuanya."
***
Tera menyodorkan amplop putih yang cukup tebal itu ke arah Gavin yang hanya terdiam. Gavin mengernyitkan dahinya. Semalam, Tera mengirimkannya pesan untuk bertemu besok di atap sekolah. Bukannya berbicara, cewek itu malah memberikannya amplop yang ia tak ketahui apa isi amplop itu.
"Itu apa?" Gavin bertanya tanpa berniat mengambil amplop yang disodorkan ke arahnya.
"Buat Alfa," balas Tera sambil tersenyum.
"Gue tanya, itu apa?! Bukan nanya, itu buat siapa?!"
"Gaji gue," jawab Tera.
Mata Gavin melotot menatap kaget Tera. "Lo kerja? Dimana? Kerja apa lo?"
Tera tak membalas pertanyaan Gavin. Ia hanya tersenyum. Tangannya meraih sebelah tangan Gavin dan meletakkan amplop itu ke telapak tangan Gavin. "Kasih ke Alfa, ya? Jangan bilang dari gue."
Gavin hanya terdiam. Ia merasa tak menyangka bahwa Tera akan berkerja hanya demi membantu Alfa yang padahal Alfa hanyalah orang asing di hidup Tera. Gavin semakin penasaran, seberapa cinta cewek itu ke sepupunya?!
"Ah iya Vin, kayaknya gue udah mau nyerah aja deh!"
Gavin yang sempat menunduk menatap amplop ditangannya, mendongak menatap Tera dengan alis mengernyit. "Maksud lo?"
"Gue udah lelah Vin, gue ..."
Gavin terdiam menunggumu lanjutan perkataan Tera yang menggantung.
"Gue capek!"
"Lo capek karena Alfa belum juga nunjukin perasaannya ke lo? Atau karena kedatangan Mela?" tebak Gavin.
Tera tersenyum. "Dua-duanya!"
"Kalo gue nyuruh lo jangan nyerah dulu, apa lo bisa?"
"Gue juga pengen gak nyerah, tapi gue udah bener-bener capek. Capek berharap, capek mengejar dan segalanya. "
Gavin terdiam sesaat. Cowok itu tersenyum tipis. "Yaudah kalo lo mau nyerah, itu hak lo."
"Tapi satu hal yang perlu lo tau, Mela bukan pacar Alfa. Dia cuma orang gila yang selalu ngaku-ngaku jadi pacar Alfa." Gavin melanjutkan.
Tera hanya terdiam.
----------
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
ILY Alfarel [END]
Teen FictionWARNING!! DILARANG PLAGIAT! DAN DIHARAPKAN BAGI PEMBACA UNTUK VOTE DAN KOMEN SEBAGAI TANDA PERNAH SINGGAH!! SAYA SEBAGAI PENULIS SANGAT AMAT BERTERIMA KASIH😘❤️❤️❤️ . . . Bagaimana jadinya jika seseorang yang sudah ditolak masih saja mengejar cinta...