Bab 4

4 0 0
                                    

Hasna berjalan beriringan dengan Abidzar. Mereka bertemu secara kebetulan di jalan. Hasna awalnya ingin mencari udara segar dengan berjalan-jalan ringan saja tapi dia malah bertemu dengan Abidzar yang katanya baru pulang dari minimarket di ujung jalan. Langkah Hasna gontai karena masih tak percaya dua hari lagi dia akan pergi ke pesantren. Padahal tak ada alasan kenapa dia harus kesana.

Abidzar di sisinya melirik ekspresi muram gadis itu. "Lo kenapa? Jelek amat muka lo."

"Ish,"desis Hasna menatap kesal Abidzar.

Cowok itu tertawa. "Lah. Perasaan di sekolah lo ceria-ceria aja. Kok sekarang gini?"

Hasna membuang napas kasar. Dia melihat taman lalu mengajak Abidzar kesana. Cowok itu menurut saja. Mereka duduk di kursi taman sambil memandangi danau yang lumayan luas dengan air jernih. Rumput hijau terhampar di taman ini dengan bunga-bunga segar terawat.

"Apa pendapat lo tentang pesantren?" tanya Hasna tiba-tiba.

Abidzar memberikan es krim rasa coklat pada Hasna dan diterima gadis itu dengan senang hati. "Pesantren? Kok tiba-tiba?"

"Ada lah. Jadi gimana?" tanya Hasna sambil membuka kemasan es krim dan mulai memakannya.

Abidzar memiringkan kepalanya. "Ya,pesantren tempat belajar ilmu agama. Gue juga pernah di pesantren,"cowok itu tertawa kecil. "Setahun sih,"tambahnya.

Hasna menoleh cepat. "Lo pernah jadi santriwati?"

Abidzar menempelkan botol minuman yang dingin ke pipi gadis itu. "Santriwan,anjir. Santriwati buat cewek,"ucap cowok itu kesal.

Hasna meringis saat pipinya terasa dingin. Dia kemudian tertawa. "Ya maaf. Kan gue gak tahu."

"Hadeh,udah gede masih gak tau,"keluh cowok itu.

Abidzar meminum minuman soda itu dengan kepala sedikit menengadah membuat jakunnya naik turun saat minuman itu masuk ke tenggorokkannya. Dia lalu menutup botol itu dan melemparkan botol kosong itu ke tempat sampah. Botol itu masuk tepat ke tong sampah.

"Lo mau coba ke pesantren?" tanya Abidzar. "Katanya si Ghea juga mau masuk seminggu sebelum semester baru. Lo ikut dia aja."

Hasna menatap datar tangkai bunga mawar yang bergoyang terkena angin. Justru sekarang adalah dia tidak mau ke pesantren. Disana juga dia tak kenal siapapun. Bagaimana kalau masuk ke pesantren yang Ghea tuju juga?

Hasna segera menyingkirkan pemikiran itu. Aisyah,tantenya sudah menentukan kemana dia akan pergi. Mana mungkin jika dia ikut Ghea. Apalagi dia sudah berkali-kali menolak ajakan Ghea. Mana mungkin sekarang dia bilang ingin ikut. Ghea akan senang tapi Hasna yang malu. Dia bisa disebut plin-plan nanti.

Abidzar menjentikan jari di depan wajah Hasna membuat tubuh gadis itu tersentak. Mata gadis itu mengerjap beberapa kali.

"Lo mikirin apa? Cowok pasti,"tebak Abidzar yang 100% salah.

Hasna menggeleng. "Bukan lah,"bantahnya.

"Lo kali yang sering mikirin cewek,"tuduh Hasna.

Abidzar menggelengkan kepala. Dia tertawa,"Cewek yang gue suka gak mungkin mau nerima gue,"curhat cowok itu. Tawanya berubah menjadi senyum pasrah.

"Lah,kok lo jadi curhat," Hasna tertawa. "Kasian,pasti kena friendzone."

"Bukan friendzone," bantah Abidzar.

"Terus apa?"

"Agamazone. Islam gak ajarin kita pacaran,"ucap Abidzar membuat tawa Hasna memelan.

"Gue juga gak mau pacaran dulu. Mending langsung nikah aja,haha,"tambah Abidzar.

Hasna menggigit es krimnya. "Iya sih. Gue juga gak mau pacaran dulu."

"Karena takut dosa?"

"Gue lebih cinta uang."

***

Hasna mendengar suara Aisyah sedang membaca al-qur'an di mushola kecil rumah ini. Dia diam sejenak mendengarkan suara merdu dari Aisyah yang melantunkan ayat-ayat dalam al-quran dengan indah. Hati Hasna terasa sejuk dan tenang. Dia akui bahwa kemampuan membaca al quran nya masih kurang. Bahkan terkadang dia membaca dengan terbata-bata.

Sedangkan tantenya,Aisyah,adalah perempuan paling sholehah yang ia temui di sepanjang hidupnya. Saat dulu Raga mengenalkan Aisyah padanya pun dia langsung menyukainya. Terpancar aura kebaikan dari wajah dan senyum dari perempuan itu.

"Hasna,kok berdiri di situ?"

Hasna mengatupkan bibir. Dia tertawa kecil. "Kok tau?"

"Ya tau lah," ucap Aisyah sembari menolehkan kepalanya. Perempuan dengan mukena berwarna putih itu tersenyum lalu menepuk karpet di sebelahnya menyuruh Hasna duduk disana.

Hasna masuk lalu duduk. Aisyah,menunjuk al-quran dengan matanya. "Kamu udah baca al-quran hari ini?"

Hasna menggeleng. "Belum,nanti aja pas udah sholat isya."

"Kamu kenapa gak mau ke pesantren? Kan bagus,belajar ilmu agama,"ucap tenang Aisyah.

Hasna menatap karpet dibawah. "Aku juga gak tahu. Aku kan udah sholat lima waktu,puasa aku juga jalan,aku juga jadi pelajar yang baik di sekolah. Kenapa masih harus ke pesantren,aku kurang baik?"

Aisyah tersenyum lembut. "Hasna,menurut kamu tugas seorang muslim itu hanya sholat dan puasa?"

Hasna diam mendengarkan.

Aisyah menggeleng. Dia mengambil al quran lalu memperlihatkan halaman itu ke Hasna. "Lihat ayat al-baqarah ayat ke 177,"perintah Aisyah.

Mata Hasna meneliti isi halaman itu. Matanya berbinar menemukan ayat yang dimaksud oleh Aisyah. "Aku baca ini?" tanya Hasna.

Aisyah mengangguk.

لَيْسَ الْبِرَّ اَنْ تُوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَ الْمَغْرِبِ وَلٰـكِنَّ الْبِرَّ مَنْ اٰمَنَ بِا للّٰهِ وَا لْيَوْمِ الْاٰ خِرِ وَا لْمَلٰٓئِکَةِ وَا لْكِتٰبِ وَا لنَّبِيّٖنَ ۚ وَاٰ تَى الْمَا لَ عَلٰى حُبِّهٖ ذَوِى الْقُرْبٰى وَا لْيَتٰمٰى وَا لْمَسٰكِيْنَ وَا بْنَ السَّبِيْلِ ۙ وَا لسَّآئِلِيْنَ وَفِى الرِّقَا بِ ۚ وَاَ قَا مَ الصَّلٰوةَ وَاٰ تَى الزَّکٰوةَ ۚ وَا لْمُوْفُوْنَ بِعَهْدِهِمْ اِذَا عٰهَدُوْا ۚ وَا لصّٰبِرِيْنَ فِى الْبَأْسَآءِ وَا لضَّرَّآءِ وَحِيْنَ الْبَأْسِ ۗ اُولٰٓئِكَ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا ۗ وَاُ ولٰٓئِكَ هُمُ الْمُتَّقُوْنَ

Selesai membaca itu Hasna menatap Aisyah. "Terus?"

"Kamu tahu gak arti ayat yang barusan kamu baca?" tanya Aisyah.

Hasna menggeleng.

"Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari Akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan sholat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan, dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa,"ucap Aisyah dengan lancar menyebutkan arti dari ayat itu.

Hasna melongo. "Aku tau tante hafal al-qur'an. Tapi aku gak sangka tante juga hafal artinya,"ucap Hasna kagum.

"Yang lebih penting,sekarang kamu ngerti kan apa saja tugas seorang muslim?" tanya Aisyah merendah.

Hasna mengangguk. "Tapi kan-"

"Tapi,tapi. Hasna,kamu orang baik di mata manusia. Jujur,tante yakin gak ada yang gak suka kamu disekolah. Tapi..."

Tapi mama sama kakek benci aku tuh,batin Hasna. Dia hanya bisa bicara dalam diam saja.

"Tapi apa kamu yakin kamu sudah cukup baik di depan pencipta kamu?"

With AmiinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang