Bab 5

2 0 0
                                    

"Dari satu sampai seratus semangat kamu ada diangka berapa?"

"Minus seribu,"jawab Hasna untuk pertanyaan Raga. Mereka saat ini sedang sarapan. Raga mengambil satu sendok sayur lalu menambahkannya ke pirinh Hasna.

Dengan kesal Raga berkata,"Awas aja kalau nanti kamu bicara blak-blakkan gini di pesantren."

"Gak lah. Yakali,"ucap Hasna mengambil sayuran di piringnya lalu memindahkannya ke piring Raga.

"Walaupun aku gak suka aku masih bisa senyum,"ucap Hasna memakan ayam goreng.

Raga kemudian menambahkan satu cukil nasi ke piring Hasna. Hasna menatap kesal Raga lalu berdiri memilih duduk di kursi paling jauh dari Raga.

"Om kenapa sih?" kesal gadis itu.

"Kamu yang kenapa. Oh,iya. Katanya nanti siang tante mau ajak kamu pergi beli baju," ucap Raga memberitahu.

Alis Hasna terangkat. "Baju? Bajuku kan udah banyak."

"Baju gamis. Kamu pikir kamu bisa tinggal di sana pake celana sama kaos pendek?" tanya Raga.

Hasna menggeleng.

"Makanya," ucap Raga lalu meneguk air putih.

"Sekarang tante Aisyah kemana?"

"Di kamar mama kamu tuh. Lagi bujuk buat minum obat," ucap Raga.

Hasna menganggul lemah. Padahal dia ingin bicara sekali lagi dengan Aisyah. Mungkin saja kan,perempuan itu akan mengerti dan mengurungkan niatnya mengirim Hasna ke pesantren.

"Om,kerja dulu. Kasih tau om udah berangkat ke tante," ucap Raga mengambil tasnya.

Hasna mencium punggung tangan Raga,berpamitan. Raga mengelus kepala Hasna lembut lalu melenggang pergi.

'Udah lah,mending ke pesantren. Daripada disini.'

'Tapi mending nge kos kalau mau pergi dari sini,'

Oh,sial. Otaknya mulai berbicara lagi.

"Udah,udah. Diem," ucap Hasna sendiri.

"Diem?" celetuk seseorang.

Hasna menoleh dan mendapati Aisyah menatapnya penuh keheranan.

"Kamu bicara sama siapa?"

Hasna menggeleng. Dia kembali menghadap ke depan lalu melanjutkan makannya. "Gak sama siapa-siapa. Eh,om Raga udah berangkat barusan."

Aisyah mengangguk. Dia kemudian membereskan piring kotor di meja.

"Tante,aku harus banget ya ke pesantren?" tanya Hasna hati-hati.

"Loh,kan udah tante bilang. HARUS,"ucap Aisyah tegas.

Bahu Hasna merosot. Kelihatannya dia benar-benar harus menyerah untuk membujuk. Nyatanya tak ada yang berubah.

***

Hasna melihat dari celah pintu kamarnya. Di ruangan keluarga terdapat kakek dan neneknya sedang berbicara pada Aisyah dan juga Vanan. Ibunya itu juga mengobrol. Terlihat sangat nyaman ketika bicara dengan merekabtidak seperti saat bicara dengannya.

Hasna merasa bingung bagaimana dia bisa hidup satu atap selama tiga tahun terakhir dengan ibunya sejak saat kejadian itu. Ibunya itu hanya menyayanginya sampai usia 13 tahun,sisanya sampai sekarang dia berusia 16 tahun sama sekali tidak.

Dia kemudian melihat Aisyah membawa koper dari kamar Vanan. Mereka lalu berpelukan-mama dan tantenya- dengan erat.

Satu alis Hasna terangkat. "Mereka mau kemana?" gumannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 06, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

With AmiinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang