Luzt merasa tercengang ketika dia tidak lagi dapat merasakan tetesan air disekitarnya. Dia melihat kearah belakang dan mencoba meyakinkan dirinya sendiri jika hana akan baik -baik saja dan akan bertahan hidup untuk waktu yang lama, namun sayangnya kata -kata itu tidak pernah cukup untuk hanya sekedar menenangkan kepanikan dan kerisauan yang tengah berkobar di dalam hatinya.
Hana yang masih berada di dalam gendongannya hanya dapat diam tidak berbicara. Dalam hati dia berbisik: apakah dia sudah mencintaiku?
Luzt jelas gemetar, dia terlalu takut untuk hanya sekedar berbicara. satu -satunya hal yang bisa dia harapkan hanyalah kedatangan ambulans dan keselamatan hana. Dia percaya bahwa ini semua akan cepat berlalu dan hana akan kembali tersenyum seperti biasa di keesokan harinya. Dia percaya itu.
Semuanya akan baik -baik saja.
Hana sendiri hanya mampu diam menghela nafas, dia jelas tau bahwa umurnya tidak lama lagi akan segera berakhir. Darah yang tumpah baik dari tusukan di dada, perut maupun kepala telah memperjelas semuanya.
Dia dapat merasakan perasaan gelisah dan ketakutan dari si rambut hitam dan berkata bahwa ini semua bukanlah salahnya melainkan karena kemaunnya sendiri. Tapi, dia tidak mengatakan itu. Sebaliknya, dia hanya bercerita tentang kisah omong kosongnya dari saat awal mula mereka bertemu sampai rasa suka yang masih dirinya pendam ke sedemikian rupa.
Mulai dari betapa cintanya dia terhadapnya dan hujan yang selalu memberikan gunturan semangat kepada dirinya. Dia bercerita tentang dirinya, tentang seberapa kagum dan cintanya dia kepada dirinya, semuanya dia ceritakan dengan nafas yang tersengal-sengal. Meski sedikit miris dia tetap mendengarkannya.
"Aku sudah lama mencintaimu, Luzt"dia berbisik, di dorong oleh rasa bersalah dan keputusasaan dia menyesal ketika mengetahui bahwa tubuhnya sudah tak dapat lagi dirasakan.
Luzt hanya mampu diam, sakit rasanya ketika dia melihat gadis yang disukainya bercerita bahagia dengan nafas yang tersengal-sengal. Dia ingin semuanya baik -baik saja, dia masih ingin melihat senyumnya yang menawan, dia masih ingin hana hidup.
Karena dia tidak yakin dia bisa hidup tanpa tawa dan senyuman dari seorang hanagaki hana.
"Luzt -kun, bolehkan aku meminta satu permintaan?"
"Silahkan"
Air mata terus menumpuk di pelupuk matanya, dengan senyum manis yang dikembangkan dia memohon: tolong jaga takemichi untukku.
Bzzztst!
Tepat ketika hana selesai menyatakan permintaannya, sebuah aliran listrik yang tegang menyambar mereka sampai pingsan tak sadarkan diri tanpa peduli apapun lagi.
Ketika luzt mulai membuka matanya, dia melihat ada banyak orang yang berteriak dari berbagai arah memenuhi ruang teater yang membuat kepalanya pening luar biasa. Dia mulai berdiri dan diikuti oleh beberapa dari yang lain. Memperhatikan ruangan, dia menjadi ketidakhadiran hana.
"Apa -apaan ini?! Kenapa kita bisa kesini!?" Seorang dengan rambut pirang yang diikat kepang dengan tatto naga disamping kepalanya bertanya-tanya.
Semua orang panik dan mencoba untuk mencari jalan keluar, ditengah kesibukan itu, seorang cebol dengan toppoku di kedua lengannya hanya diam menikmati makanannya santai.
"Kenchin, makanan ini enak!" Menolehkan kepalanya kearah pirang yang lebih kecil, orang yang dipanggil kenchin itu hanya menghela nafas dan kemudian berkata.
"Berhentilah bersantai seperti itu Mikey, kita harus tahu dimana kita berada sekarang."
"Tunggu? Apakah ini adalah ruang teater?" Seorang dengan rambut lilac bertanya entah kepada siapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
❛ ━━・❪Watching Tokyo Revengers ❫ ・━━ ❜
Fanfiction❜ ─ Kegagalan adalah kemenangan yang tertunda, jangan menyerah karena dengan menyerah berarti tidak ada kemenangan.─ ❛ Bagian dimana para karakter Tokyo Revengers dibawa masuk kedalam sebuah teater untuk bereaksi terhadap masa depan yang menggunakan...