17.Cerita ke tujuh belas

12 7 1
                                    

Maya POV 🌙

Aku tidak mengerti kenapa perasaan Aldi ke aku berubah. Aku tidak mau jadi akal - akal - an Aldi. Aku tau kalau itu nafsu sesaat.

Aku lalu ada kabar baik, aku terima chat dari Pak Slamet kalau aku sudah bisa keluar dan bebas dari hukuman. Awalnya aku tidak percaya.

Aku lalu telepon Pak Slamet.

Maya
Pak, apa benar kabar itu Pak?

Slamet
Iya, benar. Kamu sudah bebas sekarang. Hukuman kamu di kurangi sebulan. Itu keputusan yang akurat. Selamat ya!

Maya
Makasih Pak! Aku senang sekali.

Aku senang bukan main, aku langsung sujud sukur dan bahagia. Aku seperti terbebas dari hukuman berat yang mendera aku. Aku akan beri tau Aldi kabar ini.

Seperti biasa aku mendengar suara musik di kamar Aldi. Aku lalu mengetok pintu kamar Aldi. Dia membuka pintu kamar.

"Iya, ada apa? Kebakaran lagi?"

"Tidak Aldi. Aku dapat kabar baik dari Pak Slamet. Coba lihat ini."

Aku kasih liat Aldi chat dari Pak Slamet. Aldi tersenyum. "Selamat ya!" Aldi balik ke kamarnya dan kembali menutup pintunya. Aku terdiam dan masih merasa sedih.

Hanya itu yang aku dapat dari Aldi. Tidak ada komentar lagi dari dia. Aldi orangnya cuek memang kalau di depan aku. Biar itu jadi catatan buat aku.

Aku memutuskan untuk keluar sebentar. Tapi aku kesulitan untuk pinjam motor ke Aldi. Dia memberikan kontak motonya. Aku pergi tanpa isi bensin karena tidak pegang uang.

Besok aku akan bekerja lagi di kantor Aliyas dan akan tasyakuran kecil-kecilan. Aku akan mengaji sebentar di makam Berta dan kasih tau dia kabar gembira ini.

Jari menjelang sore, aku sampai di makam Berta. Aku duduk sambil baca surat alfatihah untuk Berta. Aku lalu pergi setelah bercakap-cakap dengan Berta di makam. Sebenarnya aku ingin tasyakuran atas bebasnya hukuman aku ini tapi aku tidak punya uang.

Aku buatkan saja tidak usah pakai tasyakuran. Aku balik ke rumah Aldi dengan perasan tidak enak. Karena niat aku sebelumnya adalah tinggal di kost atau kontrakan.

Aldi menyapa aku saat aku datang.

"Maya, sudah pulang?"

"Iya."

"Pergi ke mana saja? Cepat banget."

"Aku cuma pergi ke makam Berta saja. Habis dari sana aku langsung pulang."

"Kamu tidak mau makan..?"

"Aku belum masak nasi. Aku takut kompornya terbakar lagi."

"Namanya juga kompor, ya pasti terbakar lah."

"Bukan begitu."

"Sudah, aku mengerti kok." Aldi pergi setelah berkata seperti itu di depan aku. Aku ingin berteriak tapi tidak bisa. Aku masih bersyukur atas apa yang aku dapat, semua ini berkat pak Slamet dan semua orang yang ada di rumah ini.

Aku akan menunggu Pak Doni yang masih belum pulang dari luar kota. Sekarang aku sudah berani untuk menyetel televisi. Aku melihat Aldi keluar dari arah kamarnya.

"Maya, siapa yang menyuruh kamu nonton televisi..?"

"Tidak ada." aku langsung mematikan televisi itu karena takut ke Aldi.

"Kok di matikan? Nyalakan saja! Aku suka kok." Aldi lalu menyalakan televisi itu lagi sambil meninggalkan aku ke dalam kamarnya. Aldi lalu menyetel musik dari arah kamarnya.

Pertaruhan Cinta [ Tamat ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang