18.Cerita ke delapan belas

8 7 1
                                    

Maya POV 🌙

Kinan bekerja di kelab malam itu. Dia masuk malam. Kebetulan aku mengajak Pak Also untuk mengantar aku ke kelab itu. Aku pergi ke kelab itu bersama Pak Aldi.

Aku dan Pak Doni masuk ke kelab itu dengan santai. Perasaan aku tidak enak awalnya tapi aku terima. Teman Pak Aldi datang menemui dia. Kami berdiri saling berhadapan.

Pak Aldi bicara soal kerjaan di kantor. Pak Yanto, temannya itu berpikir kalau aku istri keduanya Pak Aldi. Aku senyum sendiri. Pak Doni bilang jujur ke Pak Yanto.

Pak Doni bilang kalau aku karyawannya di kantor. Minuman datang dari pelayan, tak salah lagi, pelayan itu adalah Kinan. Kinan memberikan minuman itu ke kami bertiga.

Kinan langsung pergi setelah mengantarkan minuman. Aku permisi ke Pak Doni dan Pak Yanto. Aku mengejar Kinan dari belakang.

"Kinan! Tunggu!"

Kinan berbalik arah melihat aku. "Aku lagi kerja gak bisa di ganggu!" Kinan berbalik melihat aku lalu balik kerja. Aku tidak bisa pergi tanpa melihat Kinan terlebih dulu. Kinan adalah harapan aku selain Aldi. Kalau Pak Doni aku cuma manfaatin dia saja meski aku di tanggung hidup oleh dia.

Kesal sekali harus bareng Pak Doni. Aku harus bersama dua orang tua yang tidak aku sukai. Aku balik ke Pak Doni dan ikut menemani Pak Yanto sebentar, Pak Yanto si pemilik kelab.

Selesai acara aku langsung pulang bersama Pak Doni dan kembali masuk kamar. Aku tidak melihat Aldi di rumah itu.

Malam masih terasa olehku. Kinan paling masih kerja, ucapku dalam hati. Aku masih kepikiran sama anak itu. Untunglah Kinan masih bisa kerja.

Aku melihat Aldi masuk, dia masuk rumah dan balik ke kamar. Musik itu kembali terdengar olehku. Aldi keluar dan menyapa aku.

"Maaf tadi aku keluar saat kamu pergi sama Ayah. Kalau boleh tau pergi ke mana..?"

"Aku pergi ke kelab. Maaf aku tidak kasih tau kamu. Kamu tidak tanya sama Ayahmu?"

"Tidak, aku kan baru datang." kata Aldi padaku. Aku menghembuskan napas lesu. "Aldi bisakah kamu duduk sebentar di sini..?"

"Maaf, aku harus pergi ke kamar. Kamu bukan muhrim. Oh iya, nanti kalau kamu sudah bisa bekerja dan punya uang, kamu bisa tinggalkan rumah ini. Bisa kan...?"

"Kamu tidak suka kamu tinggal di sini..?"

"Suka, tapi aku tidak mau kamu lama-lama di sini. Bosan liatnya." katanya kepadaku. Aku tau aku adalah orang yang tidak tau malu suka tinggal di rumah orang. Tapi meski begitu Pak Doni masih mengijinkan aku tinggal di sini.

Meski Aldi tidak suka aku ada di sini aku masih harus tetap bertahan karena Pak Doni mengijinkan aku untuk tinggal di sini.

Aku lalu membuka menyapu di rumah itu pura-pura rajin. Aku lihat Aldi pergi mandi, tapi aku telah ke dia. Pak Doni lalu mendatangi aku dan bilang ke aku kalau aku boleh masuk ke kantor besok.

Akhirnya aku boleh kerja. Meski sedikit berat hati tapi aku masih merasa senang karena aku masih bisa hidup di sini. Yang pasti, aku masih bingung apa tetap di sini atau pindah ke tempat lain.

Aku akan bilang ke Pak Doni kalau Aldi tidak suka aku ada di rumah ini. Aku lalu tidur di dalam kamar aku. Aku ingin menghilang dulu.

Pagi menjelang. Aku solat subuh dan segera masak di dapur. Aldi datang padaku. "Kamu tidak perlu masak sekarang, biar aku saja yang masak."

"Aku tau kamu tidak suka padaku tapi aku mohon biarkan aku masak."

"Aku bisa masak sendiri." kata Aldi padaku.

Pertaruhan Cinta [ Tamat ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang