7.Cerita ke Tujuh

8 8 0
                                    

[Maaf kalau terdapat Typo.]

Maya POV 🌙

Aku masih melihat perempuan itu berdiri di depan aku sambil melihat ke arah dinding yang di situ terdapat foto dia bersama Pak Doni.

"Kenapa Ibu?"

Aku beranikan tanya ke Ibu Sulastri. Aku ingin bicara ke dia. Ibu Sulastri langsung berbalik menghadap aku.

"Oh iya, tolong buatkan aku minum dulu. Maaf, bukan maksud aku untuk jadikan kamu pembantu di sini!" kata Ibu Sulastri padaku.

Aku masih tidak tau apa yang akan terjadi nanti.

"Tidak masalah Ibu. Itu sudah kewajiban aku!" kataku menjawab.

Aku lalu meninggalkan Ibu Sulastri untuk pergi ke dapur sambil membuatkan segelas teh untuk dia. Sudah ada gula pasir dan teh Sariwangi yang ada di lemari dapur. Itu semua Aldi yang belanja. Aku tidak tau apa-apa masalah urusan dapur. Aku hanya bisa bekerja di rumah besar itu.

Itu saja. Selainnya aku tidak tau.

"Maya.. cepat aku haus..!!" teriak Ibu Sulastri dari arah ruang tamu itu!

Tuhan, aku masih belum menghangatkan air panas untuk dia. Aku lalu pergi ke arah kulkas untuk membawakan dia minuman dingin. Kau buatkan dia air jeruk manis. Tidak tau apakah itu cocok untuk perempuan sekelas Ibu Sulastri.

Aku langsung bawakan perempuan itu minum. "Ini ibu minumnya. Maaf kalau minimnya dingin."

"Tidak masalah. Kamu bagus sekali kerjanya. Meski agak sedikit lelet." kataku padaku sambil mengambil air minum dingin itu di atas meja.

Ibu Sulastri meminumnya tanpa permisi dulu.

"Ah, enak sekali minuman buatan kamu. Tapi aku sudah terbiasa buat sendiri. Tapi kalau dulu, Doni yang biasa buatkan aku minum. Dia sabar sekali orangnya.

"Tapi masalahnya sekarang, hubungan aku dengan dia tidak baik. Aku akan pergi sebentar lagi. Takutnya dia datang dan marah - marah padaku."

"Kenapa bisa begitu Ibu? Apakah hubungan Ibu dengan Pak Doni tidak harmonis..?"

"Bukan begitu Maya, aku telah menjalin hubungan dengan orang lain. Aku akan kasih tau foto laki-laki itu."

Ibu Sulastri lalu memperlihatkan layar hp nya ke aku. Di situ terdapat foto seorang laki-laki yang tampan dan berkulit putih.

"Kamu tidak perlu kenal dia dulu, nanti aku akan cerita kalau aku sudah siap. Tapi tidak di sini, aku takut sama Doni. Kalau dia marah, aku bisa di sekap dan di pukuli."

"Doni berani sekali memukuli perempuan khususnya aku. Aku sering di pukuli dulu, makanya aku pilih laki-laki itu."

"Oh. Tapi, kekayaan Ibu Sulastri bagaimana..? Bukan kah Pak Doni orang kaya yang bisa buat Ibu Sulastri bahagia..?"

Hahaha. Ibu Sulastri menertawai aku di atas kursi tamu itu. Aku tidak mengerti kenapa dia menertawai aku seperti itu.

"Kenapa Ibu tertawa seperti itu? Maaf, aku tidak mengerti Ibu. Bisa tolong Ibu jelaskan?"

Aku sedikit takut ke Ibu Sulastri, takutnya dia merasa terganggu dengan kalimat aku barusan.

"Bukan begitu Maya. Aku tau kalau Doni orang kaya. Kekayaan dia banyak sampai dia mau mengambil kamu sebagai pengganti aku di sini. Tapi aku tau kalau Doni masih sayang padaku. Takutnya Doni punya rencana lain."

"Maksud Ibu?"

"Kamu bodoh Maya! Ada Aldi di rumah ini dan kamu masih saja bersikap bodoh. Kamu itu perempuan, tolong kamu peka sedikit. Banyak perempuan bodoh seperti kamu yang suka mengincar harta orang. Maaf!"

Pertaruhan Cinta [ Tamat ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang