Penebusan

342 24 0
                                    

Sinar matahari menerobos masuk melewati kaca jendela, melalui gorden yang terbuka lebar. Tenji membuka kedua kelopak matanya secara perlahan.

Tenji memegangi dahinya. Kepalanya terasa pusing sekali. Remaja laki-laki itu terkejut mendapati ia sedang berbaring di sebuah futon dan tertutupi selimut.

"Kacamataku!" Tenji mencari-cari kacamatanya dan ia menemukan kacamatanya disamping futon.

Ia segera mengenakan kacamatanya dan mengedarkan pandangan ke sekelilingnya.

"Bukankah ini apartemen Yuichi!?"

Begitu menyadarinya, ia langsung beranjak bangun dengan cepat.

"Bagaimana aku bisa dibawa kesini olehnya?!" Tenji mengibas-ngibas kausnya.

Tenji memegangi kepalanya lagi sembari berusaha menyeimbangkan tubuhnya untuk berdiri tegak.

Ia tak sengaja melirik ke arah meja. Ada selembar kertas diatasnya. Tenji mendekati meja itu perlahan dengan mengalami rasa pusing yang mendera kepalanya karena efek mabuk semalam. Ternyata selembar kertas diatas meja itu adalah surat dari Yuichi.

Yuichi sudah pergi pagi-pagi sekali.

Dibacanya selembar kertas diatas meja itu:

Untuk Tenji yang ceroboh,

Aku menulis ini sebelum pergi. Tidurmu pulas sekali aku jadi iri. Aku ini tipe orang susah tidur.

Kamu nekat sekali minum di izakaya tempatku bekerja. Akhirnya aku dipecat. Aku bisa saja memukulmu tapi kau temanku.

Yasudahlah, aku bisa cari pekerjaan lain.

PS: Maaf tak ada sarapan. Hoodiemu ada di gantungan dinding.

Temanmu,
Yuichi =)

Tenji yang sudah membaca surat itu sampai selesai langsung merasa bersalah.

"Astaga, apa aku membuat Yuichi semakin benci padaku???"

Tenji lekas meraih hoodie hitamnya di gantungan dinding dan segera memakainya.








Tenji kembali ke rumahnya. Ibu Tenji yang khawatir menanti kepulangannya.

"Tenji-kun! Darimana saja kau semalaman kemarin?! Ibu cemas kamu tidak mau pulang!"

"Gomen, mama. Aku semalam main ke apartemen teman dan ketiduran." Lirih Tenji.

"Pantas saja. Shiho-chan 1 jam lalu datang kesini. Dia mencarimu! Dia bilang dia sudah menelponmu berkali kali tapi tak diangkat!"

"Eh? Shiho?"

"Dia juga bilang kalau semalam kau tak datang ke rumahnya!"

"...Sorewa..."

"Hmm yasudahlah. Ayo sarapan dulu."

Tenji langsung mengangguk dan segera menuju ruang makan.








"Tolong maafkan saya, Midori-san. Saya juga tidak tahu teman saya yang ceroboh itu kebablasan minum di tempatmu semalam." Yuichi membungkuk di hadapan Takeshi Midori pemilik Izakaya.

"Sudah kumaafkan tapi maaf itu sudah terlanjur melanggar peraturan. Maaf, nak." Pria paruh baya itu menolak halus. Pria paruh baya kemudian melangkah meninggalkan Yuichi hendak masuk izakaya.

Yuichi mengepalkan tangan kirinya kuat-kuat sementara tangan kanannya mengenggam sebuah pisau dapur.

Yuichi membacok bahu Takeshi Midori dari belakang. Darah segar menyiprati kaus serta jaket baseball lusuh-nya. Takeshi Midori nampak meraung kesakitan dan segera terbaring tergeletak ke atas tanah.








Love Or Money? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang