Malam ini semuanya sudah bersiap-siap untuk menjamu keluarga sang calon. Humayra sempat tak menerima dengan adanya perjodohan ini karena alasan ia masih sekolah dan ia tak mau meninggalkan kedua orang tuanya. Namun dengan bujuk rayu yang terus menerus dikeluarkan oleh ayah dan bundanya, akhirnya Humayra pun berusaha menerima perjodohan ini.
Dengan sedikit polesan diwajah Humayra yang terpantul dari cermin ia terlihat cantik sekali. Sangat terlihat bahwa gadis itu sedang berusaha mengatur nafasnya yang tak karuan.
Tokk tokk tokk
"May sudah selesai dandannya. Kalau sudah segera turun ya nak." Ujar ayah.
"Iya ayah." Detak jantung Humayra sangat perpacu kencang sekali. Jari-jari tangannya bergetar.
Dengan penuh keyakinan ia pun segera turun untuk menemui tamu yang menjadikannya sebagai tujuan.
🌞🌞🌞
Seorang lelaki itu melihat gadis cantik menuruni tangga dengan wajah yang menunduk. Hingga akhirnya gadis itu duduk disamping sang ayah namun dengan wajah yang terus menunduk.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh" Suara abi Lukman mulai membuka pembicaraan.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh."
"Bismillahirahmanirahim. Sebelumnya saya ingin berterimakasih kepada kamu Rochman, karena kesepakatan kita diwaktu itu kini menjadi kenyataan. Tujuan saya dan anak istri saya kemari adalah untuk perjodohan. Maaf sebelumnya jika kalian merasa ini terlalu cepat, tapi biarlah anak saya yang mengucapkannya sendiri." Ujar abi Lukman.
"Bismillah. Assalamualaikum saya Nazeem anak dari abi Lukman, ‘asyhadu an la ilaha illallah wahdahu la syarika lah wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuluh. Kedatangan saya dan keluarga saya kepada keluarga bapak untuk melamar putri bapak. Apakah putri bapak bersedia menerima lamaran saya?"
Ya, lelaki itu adalah Nazeem. Lelaki yang pernah gadis itu temui di gramedia beberapa hari lalu.
Ayah Rochman tersenyum mendengar ajakan dari Nazeem.
"Alhamdulillah, jadi jawabannya gimana nak?" Ayah Rochman menggenggam tangan Humayra, gadis itu mendongakkan kepalanya. Betapa terkejutnya saat melihat sekilas wajah Nazeem. Ia adalah lelaki yang 2 kali pernah ia temui secara tidak sengaja.
"Tapi saya masih menjalani pendidikan sekolah." Jawab Humayra.
"Saya bersedia menunggu kamu hingga lulus sekolah dan saya tidak keberatan apabila nanti kamu ingin melanjutkan pendidikan lebih tinggi." Ujar Nazeem.
"Itu nak Nazeem udah mau nunggu kamu sampai lulus, jadi gimana jawabannya?"
Jujur dalam hati Humayra ia sangat senang ternyata lelaki yang akan dijodohkan dengannya adalah lelaki yang pernah ia ceritakan kepada sang pencipta dan pernah ia lambungkan namanya disepertiga malamnya. Kini Allah menjawabnya melalui perjodohan ini.
Detak jantung Nazeem kini berdetak dua kali lebih kencang ia takut dengan jawaban yang akan Humayra katakan.
"Saya menerima lamaran kamu."
Empat kata yang mampu membuat semua berucap 'Alhamdulillah'. Hati Nazeem lega mendengarnya, ia tersenyum puas.
"Jadi karena Humayra sudah menerima lamaran Nazeem. Ummi boleh pasangkan cincinnya, Nazeem?" Goda ummi Khadijah membuat Nazeem tersipu malu.
"Silahkan ummi."
Cincin emas kini telah tersemat dijari manis tangan kirinya. Ia tak menyangka bahwa ia akan di ikat dalam suatu hubungan yang serius dengan lelaki yang tak pernah ia duga. Ia juga menerima beberapa hantaran yang diberikan oleh keluarga Nazeem. Lelaki itu selalu menundukkan kepalanya.
"Jadi kapan pernikahannya dilaksanakan?" Tanya ummi Khadijah.
"Apa sekolahmu sudah melaksanakan ujian nak Humayra?"
"Dua hari lagi akan dilaksanakan ummi."
"Bagaimana jika 3 minggu lagi. Apa kamu keberatan Nazeem?" Pertanyaan ayah Rochman membuat lelaki itu menggeleng.
🌞🌞🌞
Hari ini, Senin dimulainya ujian. Dari awal hingga ujian selesai Humayra merasa bahwa Allah mempermudah soal-soalnya. Namun tidak dengan Tiara, iamerasa bahwa soal ujian kali ini sulit sekali.
"Soalnya susah ya May." Kata Tiara sembari menghela nafas kasar.
Humayra terkekeh. "Perbanyak doa, Tiara."
"Udah do'a tapi ya emang soalnya aja yang susah."
"Bulan depan berangkat ke Yaman harusnya mulai sekarang perbanyak sabar, bersyukur, lebih lapang dada Ti."
Tiara tersenyum lebar, ia memeluk sabahatnya erat-erat. Pelukan itu terlepas ketika Zulfariq datang menghampiri mereka dan memanggil nama Humayra.
Humayra mendongak menatap seseorang yang memanggilnya. Cahaya matahari yang begitu terik menyelinap masuk ke lensa mata gadis itu sehingga ia mengerjapkan mata berkali-kali. Seperti mengerti hal itu, Zulfariq berdiri menghalangi cahaya itu.
"Humey."
"Iya Zul?"
Zulfariq menggaruk tengkuknya. "Hari sabtu dirumah kan?"
"I-iiya kenapa emangnya?"
"Aku mau ke rumahmu."
Humayra terkekeh. "Halah minta izin segala, biasanya juga langsung dateng." Sahut Tiara membuat lelaki di sampingnya itu menoyor kepalanya kasar.
"Zulfa lo bener-bener ye!" Hardik Tiara kesal. Merasa gadis itu tersulut emosi ia pun meminta maaf atas perilakunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nazeem
Подростковая литератураBertemu denganmu adalah zina yang tak sengaja ku perbuat. Melihatmu untuk pertama kalinya dan berbicara bersamamu untuk pertama kalinya ialah dosa yang ku ciptakan secara tak sengaja. Pertemuan tak terduga dihari itu mampu membuatku merasakan hal a...