"Bye Mommy!" Seorang bocah kecil memeluk ibunya erat.
"Jangan lupa makan dengan baik, sayang."
"Why you look so sad, Mom?"
"No baby." Ibunya mencium puncak kepala sang anak, lalu tersenyum. "Bawakan Mom Pizza dari Prancis. Okey?" Lanjutnya mencoba mencairkan suasana. Ia tidak mau egois dengan menahan kepergiannya. Pria kecilnya sangat ingin berlibur ke negara lain. Salah satu hal yang tidak bisa ia penuhi.
"I love you mom!" Anak itu kembali memeluk ibunya.
Devina menyerahkan sang anak kepada mantan suami bersama istri barunya. Sangat sakit sebenarnya harus melihat pemandangan itu. Apalagi istri barunya itu adalah sahabatnya sendiri.
Setelah perceraiannya setahun lalu, mereka bahkan langsung menikah tanpa memikirkan perasaannya. Tapi sudahlah, semua sudah terjadi.
"Dev... "
"Jaga Axel, jangan abaikan asupan makannya. Dia punya maag." Potong Devina sebelum mantan suaminya berbicara.
Loius memandangi mantan istrinya dengan seksama. Wanita itu memakai gaun pendek slim fit berwarna hitam yang merupakan seragam sebuah housekeeping hotel, dengan rambut yang tercepol rapi. Terlihat sangat manis dan menarik.
Biasanya Devina tidak pernah berdandan sekalipun. Ia selalu memakai baju kasual dan terlihat berantakan. Tetapi setelah bercerai, Devina nampak merubah penampilannya. Membuat hatinya terkoyak dan sedikit merasa menyesal karena telah menceraikannya.
"Louis, ayo!" Agatha menarik lengan suaminya, dan memandang rendah mantan sahabatnya itu. "By the way, kamu cocok memakai seragam housekeeping." Sindirnya yang terkesan merendahkan.
Devina tersenyum sambil menatapnya. "Kamu juga cocok memakai gaun itu. Gaun yang dibeli dari hasil merebut kebahagiaan orang. Murahan!"
"Dev!" Louis memperingatinya.
"Aku benar kan, Louis?"
"Masih bagus kami mau membantu merawat anakmu!" Agatha membentaknya.
"Aku tidak pernah meminta. Aku sanggup membiayai apapun yang dia butuhkan."
"Liburan ke Prancis? Seperti sekarang? Kamu sanggup? Seorang housekeeping? Lagipula kamu harusnya mengaca kenapa suamimu berpaling kepada sahabatmu!" Agatha mengacungkan jari telunjuknya kepada Devina.
Melihat ibunya dimaki, Axel langsung beranjak memeluknya. Anak berumur enam tahun itu cukup paham apa yang mereka bicarakan.
"Aku tidak jadi ikut liburan!" Putus anak itu.
"Sayang.... " Louis mencoba menyentuh putranya, namun Axel menepis.
"Mom, ayo pulang! Nanti malam kita makan Pizza berdua saja! Pizza di California juga cukup enak!"
"Yakin?"
"Nanti kalau Axel dewasa, Axel akan membawa Mom berkeliling dunia. Sekarang kita berhemat dulu, seperti yang Mom katakan!" Axel tersenyum, lalu menyeka wajah ibunya yang penuh linangan air mata.
"Kamu denger apa yang anakmu katakan? Dia akan pulang kembali bersamaku."
"Axel... " Louis berkata lirih.
"Aku tidak mau bertemu mereka lagi Mom. Aku tidak mau bersama dengan orang yang membuat Mom menangis."
Devina lalu segera menggendong putranya, dan menghujaninya dengan ciuman yang bertubi-tubi. Devina sangat bangga memilikinya. Axel adalah kekuatannya.
"Kamu dengar?" Devina kembali berkata-kata, lalu pergi meninggalkan mereka. Ada perasaan yang sedikit lega Axel tidak jadi ikut. Devina khawatir anaknya tidak dijaga dengan baik.
"Axel tidak menyesal?" Goda Devina dengan senyumannya.
"Aku sudah bilang kan Mom, Axel akan menjaga Mom dengan baik." Ujar anak itu sambil mencium ibunya.
"Baik-baik dirumah ya? Mama harus segera bekerja setelah mengantarmu pulang. Nanti jika Mom mendapat bonus yang banyak, kita pergi liburan."
"Siap! Mom harus semangat! Axel akan mengirim ciuman dari jauh supaya Mom tidak lelah!"
"Anak mommy sangat tampan dan baik hati!" Devina mencium anaknya seraya, menggelitikinya disepanjang jalan. Keduanya tertawa dan bersendagurau.
****
Devina berjalan sambil mendorong troli housekeeping yang berisikan pesanan makanan tamu hotel tempatnya bekerja. Kabarnya si pemesan makanan ini sangat berkuasa di bidang bisnis. Dia adalah tamu besar dan special.
"Astaga aku sangat gugup. Jangan sampai aku membuat kesalahan, Axel butuh uang banyak untuk masuk sekolah dasar tahun ini." Devina menarik nafas panjang.
Devina lalu mengetuk pintu, dan masuk ke dalam kamar setelah menempelkan kartu kerjanya, disensor pintu kamar tersebut.
"Housekeeping!" Serunya sambil mendorong troli itu menuju sebuah meja makan, lalu menata pesanan pria itu dengan baik.
Suara gemricik air membuat Devina lega. Pria bernama Kenneth itu pasti sedang mandi. Dengan segera ia pun melakukan pekerjaanya, agar bisa cepat meninggalkan kamar. Namun sayang rencananya gagal, karena pria setengah telanjang itu lebih dulu keluar dari kamar mandi.
Oh Tuhan lihatlah tubuh kekarnya yang begitu sexy bagai Zeus.
"Siapa yang menyuruhmu masuk?" Pria itu berujar dingin.
"Aku.... "
"Kamu mau mencuri?" Tuduhnya.
****
Cerita-Cerita pendek ini bisa di beli di Google Play yah!
Judul Hottest Secret Volume 1
Hanya 15 rb dapat 4 part dengan cerita berbeda!