"Jaga anak kita baik-baik Julio, maaf aku tidak bisa menemani kamu untuk merawatnya." Seorang wanita dengan wajah pucat dan penuh airmata memeluk Julio dengan erat. Ia juga mengusap wajahnya dengan kelembutan.
"Anya... please..."
"Jadilah ayah yang baik untuk Valentino." Anya tersenyum dengan nafas yang terasa semakin sesak. Wanita yang barusaja melahirkan itu terlihat semakin lemah.
"Namai dia Valentino Jourell. Kamu tahu kan, aku penggemar berat Valentino Rossi? Dia baru saja pensiun. Aku sedih sekali." Anya mendesah seraya mengeratkan pelukannya.
"Sayang, kita akan merawatnya bersama. Jangan bicara yang tidak-tidak."
"Tetap bahagia bersama Valentino walau tanpa aku. Carikan dia ibu baru yang baik. Yang sayang kamu dan mau merawat Valen seperti anaknya sendiri." Anya mengusap punggung sang suami yang kini mulai terisak.
"Sayang... "
Julio terisak semakin histeris ketika merasakan nafas Anya mulai berhenti. Ia hanya tidak mengerti kenapa Tuhan mengambil belahan hatinya, setelah mereka barusaja menikah dan memiliki anak. Kenapa Tuhan memberinya penyakit kanker otak stadium akhir, disaat mereka barusaja merencanakan berbagai planning indah masa depan mereka?
"Anya bangun! Bangun! Kamu nggak bisa tinggalin aku kaya gini!"
"Huh!" Julio bangun dari tidurnya setelah mimpi buruk kematian istrinya hari itu kembali menghantuinya. Sudah dua tahun lebih, bahkan anaknya akan segera berulang tahun yang ke tiga sebentar lagi. Tapi rasanya masih sangat berat untuk melupakannya.
Ia bahkan hanya tertidur beberapa menit, tapi mimpi itu sudah menyerangnya dengan brutal. Untuk mengalihkan moodnya yang memburuk, Julio pun menghampiri sang putra yang tengah bermain.
"Valen sudah memakan makanan yang papa siapkan?"
"Sudah papa!"
"Sudah minum susu?"
"Sudah!"
"Coba lihat giginya, coba baunya! Bohong nggak yaaa?" Julio meraih anak itu lalu mencium bibir mungilnya. Mencium pipi dan keningnya karena terlalu gemas.
"Papa mencium bau susu kan?" Tanya anak itu seraya menyemburkan nafasnya di wajah sang ayah.
"Makasih sudah jujur sama Papa. Anak papa memang sangat pintar!"
"Tapi papa.... "
"Iya?"
"Valen ingin punya mama. Papa tahu jika semua tetangga kita punya mama kan?"
"Oh astaga! Apa papa saja kurang?"
"Bolehkan, papa carikan mama untuk Valen?"
****
"Carikan mama untuk Valen.... " Julio mendesiskan kalimat putranya terus menerus disepanjang malam.
Ia sebenarnya juga tidak tega meninggalkan Valen bekerja, dan membiarkannya sendirian dirumah. Anaknya pasti kurang kasih sayang. Tapi ia harus bagaimana? Istrinya meninggal karena kanker otak setelah melahirkan Valen. Julio tidak punya orangtua, begitupun istrinya yang dulu seorang yatim-piatu dari panti asuhan. Sehingga sosok nenek pun Valen tidak memilikinya.
Ibu Julio seorang pelacur dan pecandu narkoba. Julio mempunyai 2 saudara laki-laki yang bahkan tidak sedarah. Ayah mereka berbeda satu sama lain. Namun meski begitu, dari dulu ia selalu berjuang untuk merawat adik-adiknya hingga dewasa. Jadi sekarang ketika ia harus merawat Valen seorang diri, Julio sudah sangat berpengalaman dan tak lagi terkejut.
Karena kepintaran berbisnislah yang membuat Julio bisa mempunyai Bar mewah paling populer di New York. Bar itu seolah tempat untuk perkumpulan orang-orang kaya dan terpandang. Orang-orang yang membuatnya mampu memiliki tabungan jutaan dollar di bank. Sungguh luar biasa!
Dua adik Julio bekerja sebagai dokter dan polisi. Meski ia harus berkorban tidak melanjutkan kuliah demi mereka, tapi tak apa. Untuk Julio bisa melihat adik-adiknya sukses itu merupakan hal yang luar biasa.
Usai Julio meninjau stok minuman di gudang, ia beranjak berjalan - jalan mengintari bar miliknya. Mengamati beberapa tamu dan menyapa mereka bila ada yang mengenalinya sebagai pemilik. Namun secara tiba-tiba, fokusnya dialihkan kepada wanita muda yang sedang mengamuk dengan badan sempoyongan. Pegawainya saja sepertinya kewalahan menghadapinya.
"Ada apa?" Julio bertanya dengan ketus.
"Wanita ini tidak bisa membayar uang minuman, dan terus membuat keributan, Boss." Ujar wanita dengan balutan celemek warna hitam tersebut.
"Dengar, minta saja sama papaku! Salah siapa dia menyita semua kartuku! Uangku! Dan suruh papa berhenti menjodohkanku dengan pria hanya demi uang! Aku bukan pelacur!" Teriak wanita itu sambil menghampiri Julio, lalu memukuli dada tegapnya. "Kamu dengar aku apa tidak?" Lanjutnya seraya memukuli Julio lebih brutal.
"Boss...." Nadin mengalihkan pandangan karena takut boss dinginnya itu akan naik pitam. Julio tidak pernah bicara selain hanya menatap orang dengan sinis. Nadin tidak bisa membayangkan betapa seramnya saat Julio marah.
"Kembali bekerja saja, biar aku yang tangani wanita ini." Desah Julio malas, lalu memapah wanita itu keluar dari Bar miliknya. Ia membawanya menuju mobil sembari terus bertanya dimana alamat rumahnya.
"Dia tidak membawa tas, dompet, uang, ponsel, tapi berani datang ke bar milikku. Benar-benar tidak tahu malu!" Ujarya setelah berhasil melempar wanita itu ke kursi penumpang mobilnya.
"Beritahu papakuuu....!!!" Wanita itu kembali berteriak kencang setelah Julio juga duduk di kursi kemudinya.
"Dimana rumahmu?"
"Nggak mau pulang! Nggak mauuu...!!!"
"Lalu kamu mau kemana?"
"Ikut kerumahmu..." Wanita itu memeluk lengan Julio.
Pada akhirnya Julio menyerah dan membawa wanita itu pulang. Julio berharap putranya sudah tidur supaya tidak banyak bertanya. Valen akan mengoceh jika melihatnya membawa wanita. Dia akan terus mendesaknya menjadikan semua wanita yang ia bawa untuk menjadi ibunya.
******
Cerita ini bisa di beli di googleplay hanya dengan 5 rb rupiah ya!
Judul : Cool Duda For Aggresivve Woman