Part 12 - Sakit Sendirian

5.3K 679 272
                                    

Jangan menyesali proses yang sulit
Untuk hasil yang baik.
_____

Shopia duduk di halte seorang diri. Ibu Shopia sudah pergi dan hanya bisa mengacau saja. Tidak peduli rasa malu yang Shopia tanggung karena kejadian Alice.

Mata Shopia menatap lurus dan tanpa minat pada jalanan yang ramai. Langit mulai mendung, dan sebentar lagi sepertinya akan turun hujan.

Diam-diam Shopia berharap Adnan dewasa tiba-tiba muncul.

"Sayang."

Shopia menarik satu ujung bibirnya ketika mendengar bisikan dari sisi kiri. Yang dia cari sejak tadi akhrinya datang, Adnan dewasa yang hanya jadi miliknya.

"Nggak masalah kalau kamu mau nangis."

Air mata Shopia sudah diujung mata. Dia tahan mati-matian.

"Tapi saya tidak punya tisu. Jadi jangan nangis!"

Shopia menutup wajah dengan kedua telapak tangannya. Menangis pilu dengan isakan pelan. Ia terlalu berat.

"Saya mau peluk kamu, tapi saya ini hanya bayangan."

Isakan Shopia semakin keras. Dia butuh seseorang. Demi Tuhan, dadanya sesak sekali.

Hujan turun bersamaan dengan bayangan Adnan dewasa yang pergi. Adnan dewasa tidak sanggup melihat Shopia terluka hebat karena dirinya. Lebih baik dia menjauh.

Rintik hujan menjadi saksi bagaimana Shopia berjuang untuk baik-baik saja.

*******

Pagi ini Alice pergi sekolah dengan kaki sedikit pincang karena efek keserempet motor kemarin. Tidak ada luka serius hanya cidera ringan di kaki kiri Alice. Kemarin dia pingsan karena kaget.

"Hati-hati," Adnan membantu Alice berjalan. Keduanya menelusuri koridor barisan kelas 12.

"Cepat sembuh, Alice."

"Alice, cepat sembuh."

Banyak orang-orang yang memberikan doa pada Alice sepanjang perjalanan menuju kelas.

"Tuh, banyak orang yang peduli sama kamu," kata Adnan.

Alice tersenyum penuh. "Padahal dulu banyak yang nggak suka sama aku karena main bareng kamu, Jo, Chai dan Renjun. Syukurnya sekarang banyak yang mulai suka sama aku."

"Makanya jangan pesimis jadi orang. Harus semangat terus." Adnan mengeratkan rangkulannya pada Alice.

"Makasih banyak kamu selalu ada buat aku," ungkap Alice.

"Woi di belakang ada orang." Jo benci melihat kemesraan ini.

Alice tertawa ringan. Dia berbalik ke belakang. Menatap Jo, Renjun dan Chai secara bergantian. "Makasih juga buat kalian yang selalu sigap jagain gue. Ngelindungi gue. Memperlakukan gue kayak ratu. Gue ngerasa spesial."

"Ah, jangan gitu dong! Kita jadi malu nih bok." Jo menepuk bahu Alice dengan gaya gemulai. "Iya kan, cyn?" tanya Jo pada Renjun dan Chai.

"Eh, Banci, yang gagah dikit dong!" respons Chai jijik.

"Siap!" Jo langsung menegakkan badan. Berujar dengan suara berat ala-ala tentara.

"Lo nggak mau laporin Shopia ke guru BK karena udah buat lo celaka?" tanya Renjun.

Alice menggeleng dengan wajah lugu. "Gue nggak mau memperpanjang masalah ini."

"Kalau gitu biar kita yang kasih pelajaran sama Shopia," deklarasi Renjun dengan senyuman licik. "Pelajaran matematika?"

Kisah Sedih Di Hari MingguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang