Part 22 - Adnan Dewasa dan Alice

5.5K 624 92
                                    

Bilang lalala yeyeye yang mampir di lapak ini 👉

Tes semangat dulu. Spam Aaaaaa 👉

Spam nama kamu 👉

Spam nama Shopia 👉

Tandai typo 🤗

Happy reading ♥️

Jangan paksakan genggamanmu.
____

Adnan menatap nanar pintu aula yang baru saja Shopia lalui. Perempuan itu keluar dari sana dengan mata berkaca-kaca. Membuat Adnan merasa jahat.

"Adnan." Alice menyadarkan Adnan dari lamunannya.

"Aku udah buat Shopia nangis lagi," kata Adnan tanpa sadar.

"Dia nggak apa-apa kok. Ini lebih baik dari pada kamu bersikap pura-pura peduli dan buat Shopia berharap banyak. Itu bakal buat dia semakin sakit hati," jelas Alice dengan nada sabar.

Adnan menghela napas kuat. Coba membuang semua gundah yang bersarang di hatinya.

"Kamu nggak ada rasa apa-apa lagi sama dia, kan?" tanya Alice.

"Seharusnya enggak." Adnan bingung membaca hatinya. Entah apa yang dia harapkan saat ini.

"Adnan, aku mau mengakui ini secara langsung sama kamu. Mungkin selama ini kamu tahu perasaan aku tanpa aku bilang sekalipun. Tapi sekarang aku mau buat ini jelas." Alice meraih telapak tangan Adnan. Ia usap pelan.

Adnan diam menantikan kalimat Alice selanjutnya. Sejujurnya Adnan tahu ke mana arah pembicaraan Alice ini.

"Aku suka sama kamu," tandas Alice dengan nada yakin.

Mata Adnan mengunci kedua bola mata bening milik Alice. Mencari kebohongan di sana, sayangnya yang ia temukan hanya ketulusan.

"Aku nggak mau kehilangan kamu untuk kedua kalinya. Aku akan buat kamu lupa sama Shopia. Benar-benar lupa. Seratus persen lupa." Alice tersenyum lembut.

Tanpa sadar Adnan membalas senyuman itu. Ia acak puncak kepala Alice.

"Aku juga senang bisa dekat sama kamu."

Efek dari perkataan saling suka ini membuat Adnan dewasa yang jauh di sana dan sedang mengawasi Shopia menjadi kesakitan.

*****

"Woi, pohon tumbang!" panggil Iren iseng.

Jo yang merasa dirinya adalah seorang pohon langsung menoleh. Ia tatap Iren dengan beringas.

"Kalau nggak salah lo dapat peran bunga bangke di drama sekolah, kan?" Jo memasang wajah sok berpikir keras.

Iren berdecak sebal. "Bunga matahari, ya! Bukan bunga bangke."

"Tapi gue liat tadi lo pakai kostum mirip bunga bangke! Wajah lo juga mendukung, sih."

"Ketek lo tuh bau bangke!" semprot Iren sebal.

"Muka lo kayak bunga bangke."

"Dasar pohon tumbang!"

"Bangke!"

"Pohon tumbang!"

Dan mereka lanjut saling menghina. Padahal keduanya sama-sama seorang kapiten, maksudnya seorang tumbuhan.

"Ya udah, sesama tumbuh-tumbuhan jangan saling menghina," sinis Jo.

"Gue nggak bisa untuk bersikap biasa aja sama komplotan Adnan. Dia udah buat sahabat gue sedih. Patah hati. Menderita. Hilang semangat hidup. Bibir kering. Mulut pecah-pecah," cerocos Iren.

Kisah Sedih Di Hari MingguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang