2

155 18 3
                                    


Hembusan angin begitu terasa kuat ketika Millo menginjakan kakinya di taman belakang. Rumput di tanah yang terawat dan berbagai macam bunga tumbuh dengan indah disekitarnya sehingga ketika memasuki taman bau nya tercium sangat harum.

Taman belakang sekolah memang tempat yang paling cocok untuk dijadikan tempat menyendiri karena taman itu jarang dikunjungi,alasannya tentu saja karna jaraknya yang jauh dari gedung sekolah.

"Ya Tuhan, pengen ngilang bentar dong, bisa gak?"

Langkah Millo terhenti ketika mendengar suara wanita yang entah dari mana.

Millo mengedarkan pandangannya, tak ada seorangpun disana kecuali dirinya. Apakah benar rumor yang belakangan ini sedang ramai dibicarakan, jika di taman belakang itu ada penghuninya?

Orang yang mungkin datang ke taman adalah tukang kebun, dan itu juga hanya pada hari sabtu ketika murid-murid sedang ekstrakulikuler.

"Cape banget deh serius gak boong."

Suara itu lagi-lagi terdengar membuat bulu kuduk Millo meremang sesaat sebelum suara itu kembali terdengar.

"Bisa kan?"

"Kek kenal" Batin Millo bersuara, sebelah alisnya terangkat, suara yang makin lama terasa tak asing membuatnya kembali melangkahkan kakinya masuk lebih dalam ke taman.

Walaupun ada sedikit rasa takut pada dirinya, Millo terus melangkah karna rasa penasarannya lebih besar dibanding rasa takutnya.

Srekk!!

Suara daun yang terinjak membuat Millo kembali menghentikan langkahnya dan betapa terkejutnya ketika melihat seseorang menyembulkan kepalanya di balik pohon mangga.

"Siapa?"

Millo mengerjapkan kedua matanya berkali-kali, ternyata dia manusia dan Millo mengenal orang itu. "Clarissa?"

Gadis yang dipanggil namanya itu menampakkan seluruh tubuhnya, ia menatap Millo dari ujung kaki hingga ujung rambut.

"Lo anak yang tadi pagi debat sama pak Bomo kan? Ngapain di sini?"

Ya, gadis yang hampir membuat jantung Millo meloncat keluar adalah Clarissa.

"Gue kesini-"

Ucapan Millo terhenti kala kedua matanya tak sengaja melihat luka lebam di sudut bibir dan sebelah tangan Clarissa yang di perban.

"Lo abis tawuran?" Tanya Millo polos, sekarang cowok itu paham alasan Clarissa memakai Hoodie tadi pagi, mungkin untuk menyembunyikan luka lebamnya.

Tapi jujur, luka di sudut bibirnya tak terlihat sama sekali ketika ia bertemu pagi tadi. Apa mungkin karena tadi tertutup oleh bedak? Ah Millo tidak tahu juga.

"Hah?!!" Kepala Clarissa meneleng, pertanyaan bodoh macam apa yang baru saja ia dengar.

Millo berjalan mendekat, tanpa sadar meraih tangan Clarissa yang di penuhi lebam biru keunguan itu.
"Lo beneran abis tawuran, Cla?"

Ah, Clarissa mengerti sekarang, ia menarik tangannya dari Millo kemudian menyembunyikannya dibalik punggung.

"Kalo iya kenapa? kalo enggak kenapa?" Bukannya menjawab, gadis itu malah balik bertanya hingga membuat Millo terdiam, bingung harus menjawab apa?

Millo tersadar. Pemuda itu terkejut, sejak kapan dirinya bisa bicara santai seperti ini.

"Yaelah malah bengong, sini lu duduk," Clarissa yang entah sejak kapan sudah terduduk di bawah pohon menepuk-nepuk tanah yang diatasnya diselimuti rumput menyuruh Millo duduk disampingnya.

You Are My Happiness Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang