" Shayla... Shayla... Shayla "
Teriak wanita paruh baya yang sedang menggunakan apron dari arah dapur.
" kemana anak itu, kenapa lama sekali dipanggil ?" batin wanita paruh baya itu dengan sedikit kesal.
Sedangkan di dalam sebuah kamar yang bernuansa monokrom itu ada seorang gadis berambut sebahu yang dibiarkan terurai sedang fokus sekali menulis pada selembar kertas dengan diiringi lagu Breath dari salah satu idol kpop terkenal. Namun, saat ia sedang asik menulis terdengar samar-samar suara di indra pendengaranya yang membuat ia cepat-cepat menyelesaikan kegiatanya, terakhir ia melipat kertas tersebut dan membungkusnya dengan sebuah amplop lalu menempelinya dengan stiker lucu yang ia dapatkan saat membeli permen di sebuah mini market langgananya.
"iya Ma, sebentar". Teriak gadis itu dari dalam kamarnya. Ia pun segera berjalan tergesa menuju dapur.
"ada apa ma ?". Tanya gadis itu saat ia sudah sampai dapur dan berdiri disamping wanita paruh baya yang ia panggil dengan sebutan " Ma ".
"ada apa, ada apa ? kamu lagi apa dari tadi mama panggil ngga nyaut ? kesal wanita paruh baya itu.
"maaf Ma tadi Ayla habis mengerjakan tugas di kamar sembari mendengarkan musik jadi suara Mama tidak terlalu terdengar" jawab Shayla dengan menundukkan wajahnya karena takut akan dimarahi lebih panjang lagi.
"Alasan !!! Tugas apa yang kamu kerjakan, sekarang kan hari minggu. Bilang saja itu hanya alasan mu untuk bisa bermalas-malasan di hari minggu kan ?". Sarkas wanita itu dengan kesal tanpa memikirkan perasaan sang anak.
Shayla mendongakkan wajahnya ke arah sang Mama dengan tatapan nanar dan memandang ibunya seolah tidak percaya kalimat tersebut terlontar dari bibir indahnya.
Karena kalimat yang dilontarkan Mamanya tidaklah benar maka dengan cepat Shayla menyangkalnya.
"Tidak Ma, shyala tadi mengerjakan tugas fisika untuk hari senin besok nanti malam Shayla cukup mengulas kembali saja untuk ulangan di hari senin." Jelas Shayla kepada sang Mama. Karena memang seperti itu kenyataanya tadi sebelumnya ia mengerjakan tugas fisika lalu setelah selesai ia menulis sesuatu diselembar kertas sebelum terdengar suara Mamanya.
"Sudahlah !!! Cepat bantu Mama , cuci sayur-sayuran di keranjang itu lalu potong-potong." Wanita paruh baya itu masih tidak percaya dengan penjelasan Shayla dan ia pun segera menyuruh Shayla untuk membantunya memasak.
Setelah perdebatan kecil itu, kedua orang berbeda usia yang ada di dapur tersebut mengerjakan kegiatanya masing-masing dengan keadaan hening tanpa adanya percakapan sedikitpun, hanya dentingan peralatan dapur saja yang terdengar di ruangan itu. Setelah beberapa saat ditengah keadaan yang begitu hening tiba-tiba wanita paruh baya yang menyandang gelar Mama tersebut memulai obrolanya.
"Bulan depan sudah mulai ulangan tengah semester bukan ?" Tanya sang Mama
"Iya Ma." Jawab Shayla seadanya
"Tanggal berapa mulai ujianya ?" Mama Shayla mulai keppo tentang ulangan tengah semesternya
"Ujianya dimulai tanggal 28 April dan selesai 11 Mei Ma."
"Oh gitu, kamu harus belajar lebih rajin lagi nanti Mama akan memberitahu guru les privat mu untuk menambah jam mengajarnya, karena Mama mau kamu mendapatkan peringkat 1 di UTS mu kali ini."
"Tapi Ma ..." belum selesai mengucapkan kalimatnya sang Mama sudah memotongnya terlebih dahulu
"Gak ada tapi-tapian Shayla !!! Apa kamu tidak bosan selalu menjadi peringkat 2 huh ? kenapa kamu tidak berusaha belajar lebih keras lagi untuk bisa menyaingi sepupu kamu yang selalu menjadi peringkat pertama ?
"Iya Ma."
Jawab Shayla dengan suara yang sangat pelan menahan nyeri di ulu hatinya. Padahal Shayla selalu belajar dan selalu mengikuti beberapa les yang telah didaftarkan oleh sang mama. Dan hampir 24 jam waktunya Shayla habiskan untuk belajar agar bisa memenuhi ambisi mamanya yang menginginkan Shayla menjadi peringkat pertama mengalahkan sepupunya.
Namun, kemampuan setiap orang berbeda-beda seperti Shayla walaupun ia rajin mengikuti les dan belajar mandiri kemampuanya hanya sampai di peringkat ke-2 akan tetapi mama dan papanya selalu menekan Shayla untuk selalu sempurna disegala bidang termasuk mendapatkan peringkat pertama. Padahal peringkat pertama bukanlah segalanya tapi kedua orangtuanya tidak pernah mau memahami itu Shayla pun hanya diam mengiyakan dan berusaha semaksimal mungkin walaupun dalam hatinya ia sangat membenci itu dan enggan melakukanya.
"Contohlah itu sepupu kamu dia selalu berusaha keras dengan belajar tak kenal waktu makanya dia selalu menjadi peringkat pertama, gak kaya kamu belajarnya malas-malasan makanya kamu hanya mendapatkan peringkat 2 terus."
Shayla hanya diam mendengarkan ucapan ibunya dan tidak menjawabnya karena kalau dia menjawab atau menyanggah perkataan mamanya itu hanya akan menambah kekesalan mamanya saja.
Setelah percakapan yang cukup panjang dan menguras emosi Shayla akhirnya bahan makanan yang diolah olehnya dan mamanya pun sudah matang. Mamanya mengambil beberapa sendok sayur dan lauk pauk yang telah matang tersebut kedalam sebuah wadah dan menyuruh Shayla untuk mengantarkan makanan tersebut ke tetangga barunya yang jaraknya selisih 4 rumah dari rumahnya.
"Ini makanan sama brownis kamu antarkan ke tetangga baru kita sebagai ucapan selamat datang di kompleks ini."
"iya ma Shayla ganti baju dulu." Shayla pun bergegas menuju kamarnya untuk mengganti bajunya namun, saat beberapa langkah Shayla teringat ia ingin pergi ke suatu tempat. Ia pun berbalik dan dengan ragu ia meminta izin kepada sang mama untuk pergi sebentar setelah mengantarkan makanan tersebut.
"Euuumm... Ma setelah mengantarkan makanan ini Ayla ingin pergi sebentar ke toko buku soalnya ada beberapa peralatan tulis yang harus Ayla beli, boleh ?
Mama Shayla menoleh sebentar lalu melanjutkan aktifitasnya
"Ya sudah tapi setelah selesai langsung pulang jangan keluyuran kemana-mana." Peringat sang mama
"baik ma. Terima kasih." Jawab Shayla dengan perasaan sedikit senang dia pun langsung melanjutkan langkahnya untuk menuju ke kamar yang tadi sempat tertunda.
YOU ARE READING
S H A Y L A
Teen FictionCerita ini hanyalah cerita remaja pada umumnya cerita seorang gadis perempuan dengan sejuta permasalahannya permasalahan keluarga, pertemanan, dan juga permasalahan sosialnya. Gadis ini dipaksa sempurna oleh kelarga dan sosialnya, padahal gadis ini...