*Ga perlu di vote dulu, kritik dan saran yang paling utama agar bisa improve tulisanku yg pertama ini*
Tik.. tik...
Tetesan air hujan mulai masuk ke kamarku. Kulihat jam tua di tembok kayu yang mulai berjamur menunjukkan jam 8 pagi.
"Udah pagi juga ternyata, enak nih nge-teh sambil nonton kartun favorit" pikirku.
Kususuri lorong rumah yang lembab berbau kayu basah hingga akhirnya
plak
kuinjak sedikit genangan air yang ada di dapurku yang memang lebih rendah dibanding tempat ku tidur.
"Masih gerimis loh padahal" ucapku.
Kuambil cangkir biru sekaligus saringan teh dan sedikit kuhirup tehnya, "masih bisa lah" dalam hatiku. Tanganku meraih gagang termos, kugoncang sedikit
"Yak kosong" sambil ku hela nafas dan berharap masih ada gas di komporku.
Kletak.. kletak.. kletak..
suara pematik kompor yang tak kunjung disambut gas.
"Nyeduh pake air dingin lagi nih kayanya" kataku pasrah dan sedikit kesal.
Kubawa teh-ku dengan langkah lesu berharap TV ada siaran pagi ini.
Srrttt sssrtttt
"Hari-hari semut berantam" ucapku kesal memukul kepala TV berharap siarannya muncul. Sedang asik memukul TV dan menggeser antena, seseorang lewat di belakangku.
"Baru balik, Don?" sapaku pada adikku yg usianya dibawah ku 2 tahun.
"Hmm" jawabnya cuek sambil meletakkan sebuah selebaran diatas meja dan kemudian berlalu ke kamar.
Namanya Don, memiliki tubuh besar dan kekar yang berbanding terbalik denganku yang kurus bagai kurang gizi. Bahkan kalau diukur, besar pahaku nyaris sebesar lengannya. Mungkin karena itu juga dia bisa bekerja sebagai penjaga gudang yang jaraknya cukup jauh dari rumah kami dan dari dia lah kami berdua bisa hidup hingga sekarang.
Aku berdiri dan meraih kertas selebaran diatas meja yang diletakkan Don tadi.
"Tantang kami, ubah nasibmu sekarang atau tak selamanya"
Begitulah tertulis di selebaran yang dibawa Don entah darimana, tanpa ada kata-kata lainnya bahkan tak tau ditujukan pada siapa kalau ingin menantang.
"Lagian, siapa lah yang di tantang? Raja? tak mungkin ada yang berani" ucapku pelan sambil kuteguk habis teh ku yang dingin sedari awal.
Aku bangkit dari tempatku duduk menuju belakang rumahku dan melihat tumpukan sampah menyumbat saluran air tepat di sebelah pintu dapurku.
"Pantas aja air udah masuk ke dapur walau cuma gerimis gini" kataku sambil melihat sekitar belakang rumah yang bau sampah di pinggiran kerajaan canggih penuh teknologi yang bahkan ku tak tau namanya dari awal aku disini.
please drop ur comment ;)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Penantang
FantasyTak ada yang dapat dipertaruhkan selain nyawa untuk mengubah nasib yang membelenggu. *** dalam cerita nanti akan ada hal berupa magic, berharap pembaca bisa memainkan imajinasi agar dapat membayangkan kejadian kejadian tertentu