Gone : Rosè - Lisa

520 92 21
                                    

A/N : pembaca yang baik adalah pembaca yang meninggalkan jejak. Entah itu komen, vote dan follow. Thanks_

.

.

Dengan langkah gontai, gadis bertubuh kurus itu perlahan melangkah menaiki anak tangga di gang sempit menuju rumah kontrakannya yang berada di ujung sana. Tak lupa membawa beberapa kantong makanan.
Sudah pukul 2 pagi. Dan Ia baru kembali dari pekerjaannya dengan luka lebam yang Ia dapat di setiap harinya. Mengeluh? Untuk apa? Semua tidak akan berubah jika hanya mengeluh apalagi meratapi nasibnya yang terlahir miskin. Yang Ia butuhkan saat ini adalah mengumpulkan uang demi bisa bertahan hidup. Terlebih kini ada seseorang yang harus Ia jaga akibat kesalahannya beberapa bulan lalu.

Orang tua? Ia sendiri bahkan tidak tahu siapa orang tuanya. Setelah kabur dari panti asuhan beberapa tahun lalu, gadis berusia 18 tahun itu tak ingin mencari tahu dari mana Ia berasal. Yang Ia ingat adalah dirinya sebatang kara karena sudah lama hidup di panti asuhan. Atau memang orang tuanya sengaja membuangnya karena bisa saja Ia anak yang tak diharapkan keberadaannya. Lisa sudah tak mempedulikan hal itu.

Meski Lisa menganggap hidupnya tak berguna, setidaknya kehadirannya kini cukup dibutuhkan oleh satu orang. Ada seseorang yang kini sangat mengkhawatirkannya saat terlambat pulang. Seperti saat ini.

"Aku pulang."

"Kenapa lama sekali? Kau tahu ini sudah larut, Lisa-ya?"

"Aku tahu. Maafkan aku. Sudah ya, jangan cerewet."

"Yak!"

"Baik'lah, maaf karena selalu meninggalkanmu sendirian. Aku janji, jika pekerjaanku selesai awal, aku akan segera pulang dan menemanimu seharian."

"Bukan begitu. Maksudku kenapa kau selalu pulang larut. Kau kerja apa memangnya sampai lupa waktu seperti itu?"

Gadis berwajah pucat itu memang selalu menceramahinya jika Ia pulang larut. Khawatir? Tentu saja, terlebih Ia dan Lisa termasuk masih remaja. Usia yang sangat rentan jika keluyuran malam. Namun, Lisa menegaskan berkali-kali jika Ia bisa melindungi dirinya. Jadi Ia tak perlu khawatir. Tetapi gadis itu tak percaya. Karena ucapan Lisa sungguh berbalik dengan kenyataan.

"Aku bilang aku baik-baik saja. Jangan khawatir."

Arghh....

"Apa yang kau lakukan?!" Lisa berteriak kesakitan tanpa sadar saat dadanya sedikit ditekan olehnya. Hal itu untuk meyakinkan jika Lisa tengah berbohong.

"Pembohong. Besok kita ke Dokter ya. Pasti ada sesuatu dengan tubuhmu."

"Tidak perlu. Buang-buang waktu dan tenaga saja. Lagi pula besok aku sibuk."

"Kau_tidak mau mendengarkanku lagi?"

"Bisa kau abaikan saja tidak hal ini?! Kenapa kau cerewet sekali! Sebaiknya kembali tidur karena ini sudah larut."

"Jika aku cerewet, kenapa saat itu kau mambawaku pulang yang tak ingat apapun ini? Kenapa tak kau biarkan saja aku terkapar dijalanan?"

Sejenak Lisa terdiam. Sejujurnya Lisa sangat bosan saat gadis itu merajuk atau menceramahinya. Tapi Lisa juga tak ingin gadis itu bersedih. Membuatnya terpaksa melunak agar perasaannya kembali tenang.

"Baik'lah jika itu yang kau mau. Puas'kan?"

Gadis itu kembali tersenyum. Ia tidak suka di bantah. Ia meraba wajah manis milik Lisa. Ia tak mau seseorang yang sudah menyelamatkan hidupnya itu terluka. Baginya Lisa adalah seseorang yang paling berarti dalam hidupnya karena mau merawatnya yang tak ingat apapun. Lisa menggenggam tangannya agar sedikit tenang. Ada sedikit rasa penyesalan dan bersalah dihatinya. Lisa hanya berharap suatu hari nanti Ia mau memafkan perbuatannya saat ingatan itu kembali.

[ Short Story ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang