𝟎𝟐 | 𝐁𝐚𝐥𝐚𝐬 𝐃𝐞𝐧𝐝𝐚𝐦

220 41 12
                                    

- Vasya Pov -

"Kenapa?? Aku buat salah??" Tanya Vino kaget. Woah liat aktingnya kayak beneren ngga mau putus dari aku.

"Aku mau putus pokoknya." Pintaku keukeuh.

Salah satu tahap awal untuk balas dendam ke bajingan ini, yaitu putus dari dia.

"Apa karna kemarin aku ngebatalin kencan kita?? Sayang.. kamu tau aku ada rapat. Gak mungkin aku batalin rapat dengan alasan pribadi."

Aku ngga paham kenapa dia sok-sok an pertahanin hubungan ini?

Aku menghela napas dengan kesal. "Aku udah gaada perasaan ke kamu. Udah jelas kan? Ok, kita putus." Jelasku tak mau dibantah dan langsung berjalan pergi meninggalkannya.

"GRAbb!"

"Tunggu! Kamu bohong kan?" Kaget Vino sambil menahan lenganku.

Haha.. lucu liat dia gini. Harusnya kamu senang Vin, karna sekarang ngga ada yang halangin kamu buat sama Jen. —Eh ngga, aku ngga akan biarin dia dapatin apa yang dia mau.

Aku menarik kasar tanganku yang ditahannya. "Aku serius."

Setelah menatap mata Vasya lama, Vino berjalan mundur dengan sedikit terhuyung. Tidak ada kebohongan dari tatapan Vasya.

"Mustahil.." Gumam Vino.

Ok, tahap pertama selesai. Setelah putus dari Vino, aku harus minta Jen untuk jauhin Vino.

-Di sebuah café

"Hah? Gw aja ga dekat sama dia," Ucap Jen setelah aku minta untuk jauhi Vino.

Jenesta Megantara. Sahabatku sejak SMP. Julid, cengeng, menggemaskan, 3 kata yang cukup untuk menggambarkan sosoknya.

Aku tau Jen tidak dekat dengan Vino, hanya saja bagaimana jika mereka dekat setelah Vino confess perasaannya pada Jen.

"Vasya, tenang. Gw sama sekali ga deket ama pacar lo." Ucap Jen menggenggam kedua tanganku. Aku tau dia takut aku berpikir yang macam-macam..

"Jen.. actually, aku udah putus dari Vino."

"WHAT?!" Kaget Jen berteriak dan berhasil menarik seluruh perhatian di sekeliling kami.

Aku terkekeh pelan. "Iya, baru tadi siang kami putus."

"Kenapa?? Dia putusin lo? Wah anjir, gila! Nyesel pasti! Gw yakin dia nyesel pasti udah putusin lo!"

Lagi-lagi aku terkekeh mendengar ucapan Jen. "Haha, sebenernya aku yang putusin Vino.."

Jen tertegun mendengar ucapanku. "Are you serious?"

Semua orang tau aku tergila-gila dengan Vino, jadi mendengar aku yang putusin Vino pasti aneh bagi mereka.

"Iya.. Aku rasa Vino dan aku ngga cocok." Jawabku beralasan.

Tidak mungkin aku bilang yang sebenarnya seperti Vino akan membunuhku.

Jen terlihat tersenyum dan menahan tawa. Sedetik kemudian dia memelukku sambil kegirangan. "Yeay!"

"Heyy kenapa seneng?" Tanyaku mencubit pipi Jen.

"Hehe, abisnya sejak awal lo jadian sama dia, gw uda ngerasa kalau kalian ngga cocok. Maksudnya, gw punya feeling gabagus soal Vino." Ungkap Jen tercengir.

Iya, feeling Jen ngga salah. Harusnya waktu itu aku mendengarkan saran Jen saat ia ngelarangku untuk tidak pacaran dengan Vino.

My bespren!

Aku langsung memeluk balik Jen. Bersyukur mempunyai sahabat sepertinya walau Jen adalah faktor besar penyebab kematianku. Eh iya bukan salahnya juga.

Baiklah,
Tahap ketiga, aku harus membuat Vino merasakan pengkhianatan seperti yang kurasakan.

Tapi gimana ya..

"Jen, menurut kamu pengkhianatan terbesar bagi cowo apa?"

Terlihat berpikir sebentar kemudian menjawab, "Lo ingat ga mantan gw yang marah-marah waktu gw jadian sama Xio?"

"Mantan kamu yang Khai?" Bingungku karna mantan Jen terlalu banyak, aku sampai lupa namanya.

"Alasan dia marah kan karna dikhianati sahabatnya. Kan Xio ama Khai sahabatan. Jadi waktu Khai ketahuan selingkuh, gw kan langsung putus sama Khai terus jadian sama sahabatnya, si Xio."

Aku paham. Sangat paham.

"Jadi maksud kamu, dikhianati sahabat bisa buat cowo ngerasa dikhianati banget?" Tanyaku yakin.

Jen tersenyum, kemudian mengangguk. "Ya itu menurut gw, tapi gatau juga. Abisnya gw bukan cowo..!" Tawa Jen menatapku.

-Vasya dan Jen berpamitan tak berapa lama setelah itu

Dalam pikiran Vasya hanya ada satu orang yang dapat disebut sebagai sahabat Vino.

Archelo Rashalas.

-

"Bro, gak mungkin kan dia putusin gua dengan alasan itu!" Curhat Vino sambil meneguk segelas alkohol. Ya, sekarang dia sedang berada di sebuah bar exclusive dengan pemiliknya yang tak lain adalah sahabatnya sendiri.

Laki-laki dengan postur tubuh yang tegap tersebut menatap Vino heran. "Jangan ngeluh seakan lu beneren suka sama dia." Ucapnya yang langsung membuat Vino tergelak.

Dia tau, Vino tak punya perasaan pada perempuan tersebut.

"Wahai sahabat kesayang gua, Archelo Rashalas. Kok lu malah kayak setuju sih gua putus sama dia. Ya gua tau gua pacarin dia buat dapetin Jena, tapi tetep aja bro gua ga terima diputusin sepihak gini..!"

"Dia harus mati dulu di tangan gua biar gua tenang dan yakin bisa dapetin Jena.."

Archelo melirik sahabatnya tersebut dengan tak suka. Ia menarik napasnya panjang. "Lu udah mabuk, bicara lu udah gak jelas." Ucapnya sambil menarik gelas berisi alkohol tersebut dari tangan Vino.

Tak buang-buang waktu, Archelo langsung memanggil supir pribadinya untuk mengantar sahabatnya tersebut ke rumahnya.

Vino yang terlihat sudah mulai mabuk berat pun menurut saja.

Hah.. Gua harus bicara sama cewenya— maksud gua mantannya Vino. Setidaknya gua bisa bantu Vino buat cari tau alasan sebenarnya mantannya minta putus. Dan setidaknya cewe itu gak dalam bahaya.

- end chapter 02 -


Kalau ada pertanyaan jangan sungkan buat nanya yaa,

Vote dan Komen kalian berarti banget bagi aku untuk semakin semangat lanjutin cerita 💜

FAKE HUSBAND (Jisoo x Haein)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang