Jadi kembar itu susah.
Satu suka, satunya juga suka.
Satu tidak suka,
satunya juga tidak suka.—BUBAR; Bukan Kembar
◇
"Mama sama Papa antar Oma ke rumah sakit dulu, kamu jangan ke mana-mana ya, di rumah aja." Itu pesan Mama sebelum mobil meninggalkan kami berdua di rumah.
Pagi tadi Oma merasa sesak napas, dia pikir cuma sebentar, eh ternyata berkelanjutan. Syukur. Astaga, Ya Tuhan! Gue emang solimi!
Jadi akhirnya Mama dan Papa inisatif ajak beliau ke rumah sakit. Sekarang sisa gue dan Angeli, kayaknya sengaja berangkat pas gue baru sampai rumah pulang dari sekolah.
"Udah makan? Tadi Mama masak banyak, tapi habis," tanya Angeli.
Gue hanya mengangguk dan tersenyum, lalu berjalan ke arah meja makan dan mendapati segala sesuatunya masih berantakan. Astaga, apa enggak bisa gitu satu hari saja gue tanpa cuci piring? Bahkan pas ditinggal gini aja, mereka menyisakan sesuatu yang harus gue kerjakan.
"Angeli main di luar, mau nangkap capung."
"Ya."
Di saat dia bisa bermain-main, tetap jadi anak manja yang disayangi, gue harus menahan diri untuk terus melakukan pergerakan ini dan itu di rumah. Sesekali gue makan sisa yang ada di beberapa piring, soal bilang sudah makan sama Angeli tadi, ya iyalah gue bohong, anjay.
Sampai suatu ketika pas gue nyuci piring. Hujan turun lagi. Ayolah! Gue tuh enggak suka kondisi ini, sumpah!
Ctar! Apalagi guntur dan petirnya. Gue kayak bakal dikasih kutukan jadi batu, soalnya badan gue bakal runtuh dan diam tanpa bisa gerak ke mana-mana. Angeli juga sama. Kami punya ketakutan yang persis kalau lagi hujan kayak gini. Gue yakin dia juga bakal ngelakuin hal sama, duduk enggak berdaya di ... tunggu!
ANGELI DI PEKARANGAN WOI LAH!
Untuk pertama kalinya gue punya kekuatan super melawan cuaca buruk, gue lari, laju banget. Itu kayak misal lambat, Angeli bakal kenapa-kenapa di luar sana. Kayak Naruto bukan jadi ninja, kayak Dora tanpa peta, kayak SpongeBob tanpa Krabby Patty!
Gue bahkan gak punya waktu buat mikir harus pakai apa keluar, intinya buka pintu, dan cari letak kembaran gue buat diselamatin, atau gue bisa dipanggang oleh Oma sama daging sapi.
"Ange ...." Pas pintu kebuka, tebakan gue enggak salah. Angeli di sana, nangis kayaknya, dia kelihatan lemah banget. Bahkan gue yang udah sering dalam kondisi ini bakal tetap dapat rasa ketakutan yang sama. Cuma sayangnya, kaki gue gak bisa bergerak dekatin dia meski di dalam sana minta lari lagi.
Gue membeku, dan bingung mau berbuat apa.
Sebab Revano memeluknya di sana.
***
"Udah? Udah ngerasa mendingan."
"Hm."
"Gue tadi mau nitip tas karena tau bakal hujan, eh ternyata lu bertapa di bawah air. Angel... Angel..."
"Maaf, hee."
"Kalo gitu gue pulang. Lu harus jaga kesehatan, Angel. Minum vitamin, gue gak mau dapat kabar lu sakit karena hujan-hujanan tadi ya! Besok tas gue bawain, jangan lupa. Yah... Walau basah dikit, bisa aja kan lu atur-atur?"
"He'em."
"Anak pintar!"
"Hihi, makasih."
Mereka selesai. Gue yakin Revano pulang setelah tahu keadaan kembaran gue (yang dia kira adalah gue) udah baik-baik aja, mana Angeli enggak perhatian banget, dia biarin pacar gue kedinginan tanpa dikasih handuk.
MANA INI MASIH HUJAN WOI!
REVANO PULANG HUJAN-HUJAN.
TANPA DIKASIH JAS HUJAN ATAU APA KEK.
IYA, PACAR GUE.
Tapi... Ada hal lain yang harus gue selesaikan juga. Buru-buru gue keluar dari persembunyian dan mengecek tubuh Angeli, enggak ada lecet, aman. Hanya aja suhu tubuhnya rendah, enggak! Gue harus bikin minuman jahe yang hangat, dan dia harus keringin rambut dengan cepat atau Mama dan Papa pulang lihat keadaan dia kayak gini.
Persetan tentang Revano. Gue bisa urus dia belakangan.
"Selimutan! Nih, pakai! Sambil nonton TV, vitamin minum! Bentar lagi minum wedang jahe ...."
"Angela!" Dia menahan tangan gue pas semua harus gue kerjain dengan cepat. "Dia siapa?" tanyanya.
"Aduh Angeli! Turutin apa kata Angela tadi! Duduk dan ...."
"Kasih tau dulu siapa cowok tadi?"
Gue menghela napas, lalu menatapnya. "Revano."
Dia tersenyum. "Nama yang bagus," katanya lalu duduk di sofa setelah memencet tombol aktif pada TV.
Gue enggak punya waktu buat mikir, jadi langsung gerak lagi. "Angeli suka Revano." Tapi langkah gue terhenti pas dengar kejujuran itu.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
BUBAR | Bukan Kembar✔️
Short Story"Angela Jahat!" Gue? Iya. Dia bilang gue jahat dengan raut wajahnya yang ketakutan. Tanpa dia sadari, bahwa segala sesuatu yang gue punya, berada di tangannya semua. @Mi2022