Real Punishment (2)

2.1K 48 2
                                    

"A-Anghh Oppa!"

Ia menjerit.

Menjerit nikmat sambil menggenggam rambutku.

Tubuhnya mengejang, membusung kedepan bagaikan panah.

Merasakan lidahku melingkar-lingkar menjilati tonjolan kecil di bagian atas area sensitifnya yang disebut klitoris.

Aku mengangkat bagian bawah dressnya yang menutupi, menahannya dengan tangan sehingga aku bisa melihat keindahan ''si merah muda' yang sedang aku jilati ini.

Kutarik kedua pahanya ke arah bawah sehingga ia menduduki bagian bawah mulutku.

Itu sengaja kulakukan agar aku bisa meraih daerah tersensitifnya sepenuhnya dengan mulutku, tidak hanya dengan lidahku.

 Kudekatkan mulutku untuk meraih tonjolan kecil itu.

Dengan perlahan aku menempelkan bibirku ke tonjolan itu, mengecupnya berkali-kali. Membuat badannya lagi-lagi melengkuk ke depan. Kurasakan tangannya mencengkram kuat-kuat rambutku.

"F—F*cckkk Oppaaa arghhhh "

Jeritannya menggema ke seluruh ruang tamu setelah aku membuka mulutku dan meraup rakus klitorisnya sambil terus mengulum-ngulumnya.

Kuberanikan diri meremas kedua belah bokongnya yang berisi, menambah sensasi yang mulutku berikan pada 'mulut bawah'nya.

Shinye membungkukkan tubuhnya. Menginginkan service yang lebih di bagian klitorisnya yang mulai membengkak dan memerah.

Kali ini klitorisnya sepenuhnya terbenam di dalam mulutku.  Perlahan aku menghisap klitorisnya, kemudian mengemutnya secara beraturan.

"Hmmm.." Kugumamkan suaraku saat mengemut klitorisnya, memberi kesan aku menikmatinya.

Kukecap-kecap rasa asam dan pahit dari tonjolan kecil itu.

"Nghh oppa stophhh aku mau pipis oppa...jebalhh.."

"Ya, itu namanya orgasme , Chagi. Bukan pipis" Aku ingin berkata hal tersebut padanya, tetapi apa daya. Mulutku masih sibuk menghisapi klitorisnya yang semakin berwarna pink kemerahan.

Aku berpura-pura tidak mendengar perkataannya. Tidak mungkin di saat-saat penting seperti ini aku berhenti mengerjainya, dan berkata 'Iya, silakan pipis dulu' Dan ia pun berjalan ke kamar mandi dengan polosnya. Tidak, itu tidak akan terjadi.

Aku memperkuat hisapan, seperti menghisap permen supaya cepat habis dan meleleh di dalam mulutku.

 Kugoyang-goyangkan kepalaku secara memutar dengan klitoris masih di dalam mulut.

Membuatnya semakin meracau tidak karuan, menjambak-jambak kepalaku, sambil menggerak-gerakkan pinggulnya ke depan dan kebelakang karena tidak tahan atas perlakuan nakalku terhadap bagian vitalnya.

"NGHH MIANEEE OPPA AKU PIPISSSHH.. A-ANGHH!! "

*BLUR*

Kurasakan sesuatu yang lengket dan basah mengalir cukup banyak dari lubang vitalnya, membasahi mulutku membuat bibirku belepotan cairan cintanya.

"Hmmhh.." aku menggumam lagi, memberi kesan aku menikmati cairan cintanya yang dia keluarkan.

Ia menyingkirkan tubuhnya dari mulutku, dan tergeletak lemas di sofa. Tepat di depanku.

Aku mengambil tissu, mengelap mulutku yang terasa asin dan pahit.

"Ngh..oppa...aku mau tanya.."

Shinhye berkata dengan lemas, bisa kulihat dari ekspresi wajahnya yang sangat sayu.

"Ne Chagi?"

"Aku yang menghukum oppa, tetapi kenapa aku yang merasa terhukum?"

Aku tertawa, tidak percaya terhadap pertanyaan polosnya yang barusan ia tanyakan.

Aku tidak menjawab, kudekatkan tubuhku ke tubuhnya dengan cara merangkak ke atasnya yang sedang terbaring lemas di sofa.

"Kau mau tahu jawabannya?" tanyaku, wajahnya berada beberapa senti di depan wajahnya, sehingga aku bisa merasakan nafas hangatnya terhembus ke mulutku.

"Iya Oppa.."

Bisa kulihat wajahnya yang polos dan penasaran akan jawabanku.

"Biarkan aku duduk di wajahmu dulu" jawabku sambil tertawa kecil.

"YAAKK OPPAA!"

Ia mengerucutkan bibirnya yang akhirnya kukecup dengan lembut.

END OF POV

Sinar bulan malam itu semakin terang menyeruak masuk melalu celah jendela rumah itu.

Seakan penasaran ingin mengetahui  bagaimana kelanjutan malam percintaan mereka yang semakin diluar batas.

Punishment (YongShin Fanfic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang