3. Kesulitan.

44 11 0
                                    

Bell sekolah telah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu, sebagai pertanda bahwa kegiatan belajar mengajar telah usai. Namun, Edward bukannya cepat - cepat membereskan alat tulisnya, tetapi ia malah termenung di kursinya.

"Kak Ed, dia baik kan?"

Pertanyaan Jorell saat berada di ruang kesehatan terputar beberapa kali di pikirannya. Entahlah, ia juga tidak tahu, kalau Sakala itu baik atau tidak. Tapi mengingat kilasan memori yang ia dapat saat ia di tarik, dapat di simpulkan kalau Sakala adalah orang yang jahat. Tetapi, bisa saja tidak kan?

Memikirkan orang yang baru saja menjadi temannya beberapa jam lalu itu, membuat kepalanya pusing. Dengan segera Edward merapikan alat tulisnya serta bukunya untuk segera pulang.

TingTing TingTing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ting
Ting
Ting
Ting

Edward yang sedang memakan mie goreng hanya menggerutu, ia sedang menikmati makanan favoritnya tapi ada saja yang mengganggu.

"Ck, siapa yang mengirim pesan kepadaku sebanyak ini sih?" Dengan segera Edward bangkit untuk mengambil handphonenya yang berada di kasur.

Unknown
Hey!
Lagi apa?
Udah makan?
Kalo blm, temenin gue cari makan.

Edward yang melihat rentetan pesan yang dikirim oleh nomor asing tersebut hanya mengernyitkan dahinya, "ini siapa? Kok bisa tau nomorku sih?"

Hai juga, kamu siapa ya kalo boleh tau?

Ah, gue lupa blg ya, gue Sakala. Udah makan blm Ed? Btw svb ya.

Oh Sakala, iya udah di save ya..

Ok, btw udah makan blm? Gue udah nanya 3x nih.

Udah kok, sorry ya :)

Oh gpp, makan apaan Ed?

Melihat pesan terakhir yang Sakala kirim, membuat Edward menatap handphonenya penuh kebingungan. "Tunggu, emang Sakala orangnya suka nanya ya? Bukannya dia pendiem? Aneh banget."

Bener bukan pendapatnya? Walau baru berteman beberapa jam saja, dia juga tau kalau Sakala itu orangnya irit bicara, mengingat saat Sakala menolongnya pada jam makan siang tadi.

Edward memutuskan hanya membaca pesan dari Sakala dan menonaktifkan handphonenya, setelahnya ia bergegas untuk merapikan bekas makanannya.

Edward memutuskan hanya membaca pesan dari Sakala dan menonaktifkan handphonenya, setelahnya ia bergegas untuk merapikan bekas makanannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sopan emangnya cuma ngeread pesan?"

Suara yang tiba - tiba datang dari balik punggungnya membuat Edward terkejut, dengan cepat ia menoleh untuk melihat siapa yang berbicara di belakangnya.

Dapat ia lihat, muka Sakala yang datar menatap lurus arah matanya. "Handphonenya mati," Sakala yang mendengarnya hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. "Mau sarapan?"

Mendengar tawaran dari Sakala, tentu Edward akan menolak ajakkan tersebut dengan dalih mau berterima kasih kepada orang yang menolongnya kemarin.

Sakala merasa, kalau Edward kini sedang menjauhinya. Sejak kapan? Sejak awal berkenalan? Karena hal apa Edward menjauhi dirinya? Apa Edward mengetahui sesuatu tentang dirinya? Apakah memiliki teman sesulit itu? Entahlah memikirkan hal tersebut hanya membuat kepalanya pening.

Selepas kepergian Edward, Sakala mengusakkan  rambutnya secara acak yang membuat rambutnya berantakan serta di pandang aneh oleh teman sekelas Edward. Sakala yang di pandang seperti itu hanya menggendikkan bahunya dan berjalan ke arah luar kelas. Ia harus memikirkan bagaimana mendekati Edward supaya mau berteman dengannya.

Indigo - Kim SunooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang