BAB 3. CERITA DARI SANG HUJAN

19 1 0
                                    

3. CERITA DARI SANG HUJAN

Semoga Tuhan jaga kita terus, ya? Biar bisa sama-sama selamanya.”

---

Bel istirahat pertama akhirnya bergema di penjuru kelas tepat pukul sembilan. Semua pembelajaran pun dihentikan dan waktu istirahat dimulai dengan riuhnya.

"El, mau ke kantin nggak?" Salwa bertanya pada Eliza yang menjadi teman sebangku nya saat ini. "Sekalian kita keliling sekolah biar lo tau ruangan-ruangan sekolah ini."

Eliza menanggapi dengan ramah. "Boleh, ayo kalau gitu," sanggahnya, kemudian keduanya berjalan ke luar kelas.

Saat perjalanan mereka di lorong kelas, Eliza tiba-tiba menghentikan langkahnya begitu saja membuat Salwa ikut berhenti dengan tatapan bingung.

"Kenapa berhenti, El?"

"Kalau kita nggak lewat sini bisa nggak, Sal?"

Dahi Salwa berkerut. "Nggak lewat sini gimana, ini jalan satu-satunya buat turun ke bawah," terang perempuan itu.

Eliza yang nampak pasrah hanya bisa menghela napas kasar, dan mata lentiknya fokus pada laki-laki yang berdiri tak jauh dari titik berdirinya.

Laki-laki itu berdiri dengan tatapan kosong, matanya menyorot ke atas menatap langit seolah berbicara meminta sesuatu pada langit itu. 

"Ada apa? Lo takut ketemu siapa?" Salwa mengajukan pertanyaannya lagi.

Saat pertanyaan itu terlontarkan mata Eliza masih fokus pada titik yang sama, sebelum akhirnya mata itu sayu, ketika melihat seorang perempuan menghampiri laki-laki tersebut dan mengajaknya pergi. Dadanya seketika sesak, entah kenapa.

"El, lo nggak papa kan? Lo liatin apaan sih?"

Perempuan bermata lentik itu menggelengkan kepalanya pelan seolah menyadarkan dirinya. Kemudian fokusnya beralih pada Salwa yang sejak tadi mengajak bicara.

"Nggak, nggak papa kok," jawab Eliza pelan. "Jadi ke kantin kan?"

"Jadilah, perut gue udah laper banget tadi belum sempat sarapan." Salwa terkekeh pelan, kemudian menarik tangan Eliza agar mengikuti langkahnya menuju kantin.

Sesampainya di tempat tujuan, ternyata kantin telah sesak oleh anak-anak yang mengantri untuk membeli makan atau hanya sekedar berkumpul bersama teman akrabnya.

Kedua manusia itu menempati meja paling belakang yang kebetulan kosong, setelah mendapatkan tempat Salwa pergi untuk memesan makanan untuk mereka berdua.

Karena keadaan kantin saat itu sesak jadi Salwa harus mengantri cukup lama, dan waktu itu mata Eliza memencar, menatap satu per satu manusia di sana. Sampai akhirnya, meja depan menyita perhatiannya.

Perempuan itu menghembuskan napas kasar. "Gue kira kedatangan ke Jakarta ini bakal menyenangkan, ternyata tidak," gumam Eliza pelan.

Tak berselang lama, dua piring nasi goreng mendarat tepat di depan Eliza. "Satu nasi goreng spesial tanpa pedas untuk temen baru gue," ucap Salwa lalu duduk di samping Eliza.

"Makasih banyak, Sal."

"Sama-sama." Salwa menjawabnya dengan senyum ramah.

"Gue boleh tanya sesuatu nggak?"

Salwa mengangguk. "Boleh, mau tanya apa?"

"Cewek disebelah Reigara itu pacarnya?" Kedua mata perempuan itu langsung menengok pada orang yang dituju. Dimeja depan, Reigara dan seorang perempuan sedang menikmati makanannya.

REIGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang