0.4

423 34 4
                                    

Setelah kejadian kemarin, Jaemin sedikit menjaga jarak dari boss-nya yang gila itu.

Mengingat kejadian kemarin membuat semburat merah muncul di kedua pipi lelaki bermarga Na, meski belum sepenuhnya pulih namun dirinya tetap masuk ke kantor daripada diamuk oleh boss-nya yang gila.

Jaemin sudah berada diruangannya sedari tadi, membuka berkas-berkas yang akan diserahkan pada Jeno untuk ditanda tangani. Ada banyak sekali berkas dalam mejanya, mungkin karena dirinya tidak masuk kemarin alhasil banyak sekali tugasnya hari ini. Mungkin akan membuat dirinya lembur.

"Na Jaemin?"

Jaemin yang sedang berkutat pada berkas pun mendongakkan wajahnya, terlihat Jungwoo dari sana dengan senyuman hangatnya.

"Kak Jungwoo, selamat pagi."

"Pagi Jaemin, kamu sudah sehat?"

Jaemin hanya tersenyum kaku sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Belum sepenuhnya, tapi aku usahakan untuk masuk supaya tidak banyak yang akan dikerjakan keesokannya."

Jungwoo mengangguk paham, ia memberikan teh hangat pada Jaemin dan meletakkan cangkir itu diatas meja Jaemin.

"Minumlah teh ini, kelak tubuhmu akan menghangat dan membaik."

Jungwoo adalah senior Jaemin yang paling ramah, menurutnya. Jaemin suka itu, dan Jaemin sudah menganggap Jungwoo sebagai kakak kandungnya sendiri.

"Terima kasih kak."

"Sama-sama Jaemin, kalau begitu aku kembali ke ruanganku dan silahkan kembali bekerja. Jangan lupa istirahat kalau lelah, jangan dipaksakan." Jungwoo berpesan kepada Jaemin sebelum benar-benar meninggalkan ruangan Jaemin.

Jaemin tersenyum senang, Jungwoo sangat perhatian padanya. Setidaknya ada satu orang di kantor ini yang memperhatikan kesehatannya, tidak seperti boss-nya yang gila itu.

Jaemin menyeruput teh hangat yang diberikan Jungwoo, "Ahh kenapa enak sekali."

Tak lama telepon kantor yang tersedia di ruangannya pun berdering, menegapkan badan dan mengangkat telepon itu.

"Halo."

"Na Jaemin, karena kamu sudah pulih lekas ke ruangan saya dengan berkas yang akan ditanda tangani. Bukannya malah berduaan dengan senior dalam ruangan!"

"Baik boss, tap-"

Tut.

Panggilan terputus begitu saja, Jaemin mendengus. Menurutnya bossnya ini sangat gila, bahkan mungkin saja dalam ruangannya ada sebuah kamera pengawas yang dapat Jeno pantau.



































Tok Tok Tok

"Masuk."

Jeno sudah dapat menduga siapa yang datang ke ruangannya, kemudian melipat kedua tangannya di dada dan bersandar ke kursinya.

Terlihat sosok lelaki mungil dengan paras cantik dan ganteng yang menjadi satu, namun tetaplah cantik menurut Jeno. Siapa lagi kalau bukan sekretarisnya, Na Jaemin.

"Permisi pak, ini berkas yang akan bapak tanda tangani."

Jaemin meletakkan beberapa berkas, kemudian menunggu Jeno menanda tanganinya dengan kedua tangan yang dia posisikan istirahat ditempat.

Jeno menanda tangani berkas itu sembari meneliti setiap tulisan yang ada di berkas tersebut, setelah selesai menanda tangani berkas. Jaemin hendak kembali ke ruangannya, namun niatnya gagal karena Jeno yang memanggilnya.

"Ada apa pak?"

"Apa kau tau berduaan dengan senior dikantor itu sangatlah tidak efisien?" Tanya Jeno masih dengan tatapan datarnya, dengan kedua tangan yang ia letakkan diatas mejanya.

Jaemin memejamkan matanya sebentar, "Maaf pak. Kejadian tadi pagi tidak seperti yang anda pikirkan, Kak Jungwoo hanya memberi saya secangkir teh. Tidak ada yang lainnya, begitu saja."

"Kalau tidak ada apa-apa, kenapa kau tersenyum terus huh?"

Jaemin merotasikan bola matanya malas, kemudian memicingkan matanya menatap bossnya itu dengan sinis.

"Bagaimana kau bisa tau apa saja yang aku lakukan pagi ini? Pasti kau menaruh kamera pengawas dalam ruanganku kan?" Tanya Jaemin dengan tidak santai.

Jeno yang mendengar Jaemin bicara tidak formal pun menginterupsi lelaki itu, "Bahasamu Jaemin. Kita berada dikantor, bukan dirumahmu."

"Jawab saja apa susahnya!"

Jeno menghela nafasnya, kemudian menatap Jaemin dengan sedikit senyuman. "Bagaimana jika saya katakan iya? Saya menaruh kamera pengawas didalam ruanganmu supaya saya dapat memantau apa yang sedang dilakukan oleh kelinci manis."

"Cih, dasar boss gila!"

"Iya gila, karena kau Na Jaemin."

Jaemin benar-benar meninggalkan ruangan Jeno dengan hentakan kakinya, kemudian menutup pintu ruangan Jeno sedikit kencang. Sementara Jeno hanya terkekeh gemas melihat tingkah laku sekretarisnya.

"Semakin hari, semakin gemas, semakin ingin dilahap habis-habis."








































"Apa yang kau lakukan diruanganku?"

Haechan yang sedang memainkan ponselnya karena pekerjaannya sudah selesai, namun masih enggan meninggalkan ruangan karena dirinya malas.

Haechan adalah salah satu pegawai yang berada di divisi ringan, dimana tidak terlalu memiliki banyak pekerjaan sehingga banyak sekali waktu luangnya.

"Hanya ingin mencari angin, aku sangat suntuk berada disana." Jawab Jaemin sembari menduduki sofa yang ada diruangan Haechan.

Haechan yang memakai turtle neck hitam dilapisi oleh jas kerjanya pun melanjutkan permainan yang ada diponselnya.

Mata Jaemin memicing begitu melihat tanda kemerahan yang berada di leher temannya itu membuat dirinya bertanya kepada Haechan.

"Apa yang kau lakukan kemarin? Sepertinya aku melihat kissmark dilehermu, siapa yang membuatnya?"

Haechan tersenyum sambil mengelus lehernya dimana terdapat rona merah, "Hmm.. kemarin aku habis bersenang-senang dengan saudara kandungnya pak Jeno."

Jaemin mengernyit, "Huh? Siapa? Kok aku tidak tau boss kita punya saudara kandung?"

"Namanya Mark, dia baru saja pulang dari kanada karena ada perjalanan bisnis, dan mampir kesini karena Jeno tidak ada dikantor. Dia mendapat amanah dari Jeno untuk mengawasi apa saja yang berada dikantor kemarin, ketika aku hendak memberi dokumen laporan namun manik mataku dengan jelas melihat jika Mark sedang mengocok kejantanannya sembari menonton adegan dewasa." Jelas Haechan masih membayangkan adegan yang kemarin ia lakukan dengan saudara kandung Jeno yang tak kalah tampan itu.

"Apa kau tau Na? Mark sangat tampan dan sexy disana, bahkan akupun kelabakan. Ingin keluar dari sana, tapi Mark memintaku menemaninya yang berujung kita bercinta bersama." Lanjut Haechan lagi.

"Yak bodoh, apa kau bercinta diatas meja pak jeno?!" Hardik Jaemin yang sedikit terkejut setelah mendengar cerita Haechan.

Haechan menggeleng, "Tenanglah Jaemin sayang. Aku tidak akan mengambil tempat kalian bercinta nantinya, aku bercinta dengan Mark di kamar mandi pribadi ruangan pak Jeno."

Jaemin melotot mendengar jawaban Haechan yang sempat membawa namanya, "Apa maksudmu tempat bercintaku? Tidak, aku tidak akan melakukan hal seperti itu!"

Jaemin melengos, kemudian keluar dari ruangan Haechan dengan kesal juga. Entah mengapa dirinya sangatlah sensitif hari ini.

"Belum saja Jaemin, belum."
































to be continued.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 09, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Secretary NaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang