0.2

581 50 1
                                    

Setelah dua jam keluar dari area kantor bersama Haechan, Jaemin kembali memasukki ruangannya, sebenarnya lelaki ini deg-degan setengah mati karena Renjun bilang bahwa Jeno murka karena tidak menemukkan sekretarisnya dikantor.

Setelah merapihkan berkas, Jaemin membawa berkas itu ke ruangan Jeno. Diketuknya pelan hingga terdengar sautan Jeno, "Masuk."

Jaemin memasukki ruangan Jeno dengan langkah pelan, meski ia gugup dan takut untuk bertatapan dengan Jeno. Tapi sebisa mungkin ia tetap mempertahankan wajah datarnya.

Jeno yang melihat sekretarisnya masuk hanya diam sebelum bertanya, "Darimana saja, Na Jaemin?"

Jaemin menaruh berkas itu dimeja sembari menatap Jeno dengan tatapan kikuk, "Ee.."

"Mendapat perintah dari siapa untuk meninggalkan kantor?"

Jaemin terdiam begitu mendengar pertanyaan Jeno yang terdengar menyeramkan, "Tidak bisa menjawabnya huh?"

Jeno bangkit dari kursi, lalu berjalan menuju Jaemin. Lebih tepatnya dibelakang Jaemin, lalu mendekatkan wajahnya pada telinga Jaemin.

"Dasar anak nakal."

Suara berat Jeno mampu membuat bulu kuduk Jaemin berdiri, belum lagi jilatan kecil didaun telinganya. Membuat Jaemin mengepalkan tangannya, kalau bukan boss-nya sudah pasti Jaemin tonjok wajahnya.

Jeno menjauhkan wajahnya setelah melihat telinga kanan Jaemin yang sudah memerah nan basah akibat ulahnya, "Taruh berkas itu dimeja. Nanti akan saya tanda tangani, saya ingin mencari angin terlebih dahulu."

Sebelum Jeno benar-benar keluar dari ruangannya, Jaemin memberanikan dirinya untuk membalikkan badannya menghadap Jeno.

"Eum, Boss. Bolehkah aku meminta jadwal libur?" Cicit Jaemin pelan.

Sejak kapan seorang Na Jaemin menjadi menciut dihadapan Lee Jeno?!

"Kamu gak akan berpikir saya ngasih libur setelah kamu ninggalin kantor tadi kan?" Ujar Jeno dingin sebelum benar-benar meninggalkan Jaemin sendirian diruangannya.

"Sial."

Jaemin keluar dari ruangan Jeno dengan raut malas, kembali memasukki ruangannya.

Menangkup kedua pipinya sembari menghembuskan nafas pelan, "Oh ayolah aku hanya ingin tidur seharian penuh saja tidak bisa?"


























Langit telah berganti warna menjadi senja, menunjukkan sore hari. Waktunya Jaemin pulang.

Setelah berpamitan dengan rekan-rekan dikantornya, Jaemin mencari makanan disekeliling jalan untuk dia makan bersama adiknya nanti.

"Permisi bu, saya mau pesan chicken katsunya dua ya dibungkus."

Sembari menunggu pesanannya, Jaemin memainkan ponselnya. Hingga sebuah suara bariton mengalihkan pandangannya.

"Sendirian saja manis?"

Jaemin mendongakkan kepalanya, dapat dilihatnya Jeno yang berdiri dihadapannya dengan Jas yang sudah dilepas, kini hanya tersisa kemeja putih dan dasi kupu-kupu berwarna biru.

"Aku tau aku tampan jangan dilihat seperti itu."

Jaemin berdecak malas, ia merotasikan bola matanya. Kemudian fokus kembali pada ponselnya, hingga ia merasa sebuah tangan meraba pahanya.

Tidak sopan!

"Jangan diamkan aku sayang."

Jeno yang memanggil Jaemin dengan sebutan 'sayang' itu sukses membuat Jaemin melayangkan pukulan pada perut Jeno.

"Pertama, berhenti memanggilku dengan panggilan kadalmu itu."

Jaemin berdiri dari kursi, lalu mengambil pesanan dan membayarnya.

"Kedua, jangan menyentuhku terlebih ditempat umum atau milikmu akan ku gigit."

Ancaman Jaemin terdengar menyeramkan bagi Jeno, namun wajah marahnya itu justru membuat Jaemin terlihat mungil dihadapan Jeno sekarang.

"Berarti ditempat pribadi boleh kan menyentuhmu?"

Jaemin berdecih dan menabrak lengan Jeno, "Cih jangan harap!"

Seolah Jaemin lupa siapa itu Jeno dikantor, persetan dengan gelarnya. Jaemin sudah emosi dengan tingkah laku boss-nya itu.






























"Na Minhee, ayo kesini kita makan."

Jaemin telah tiba dirumahnya, ia melepas setelan kerjanya dan mengganti dengan pakaian kaos putih oblong.

"Kakak beli apa?" Minhee dengan wajah bahagia pun menghampiri kakaknya yang duduk dimeja makan.

"Ayo sini, kakak beli chicken katsu. Kamu suka kan?"

Minhee menganggukkan kepalanya, kemudian menyantap makanannya. Saat sedang makan bersama, Minhee melihat wajah sang kakak yang terlihat lelah dengan bibir yang pucat.

"Kakak, apa kakak tidak apa-apa?"

Pertanyaan Minhee membuat Jaemin linglung, "Eh. Oh iya gak papa, emangnya kakak keliatan kenapa?"

"Kakak terlihat sakit, bagaimana bila besok kakak libur kerja dulu."

Ucapan Minhee membuat Jaemin terdiam. Pasalnya Boss gilanya itu belum memberinya libur, jika ia mengambil libur esok. Pasti Jeno akan murka lagi.

"Tidak apa-apa Minhee, kakak sudah selesai makan. Kakak langsung tidur ya."

Jaemin memasukki kamar dan merebahkan dirinya dikasur, kepalanya sudah benar-benar tidak sanggup menahan sakit.












































"Kak?"

"Eung?"

"Kakak demam, kakak libur dulu ya? Tadi boss kakak menelpon dan aku bilang kalau kakak sakit jadi tidak bisa masuk."

Ucapan Minhee tidak begitu terdengar jelas bagi Jaemin, karena lelaki ini masih ingin bergelud dengan kasurnya.

"Dan dia bilang jika dia ingin kemari, gak apa-apa ya kak?"

Jaemin menganggukkan kepalanya, kemudian kembali menarik selimutnya dan membenarkan posisi tidur, tidak memikirkan apa yang adiknya bilang tadi.























































"Hey, Na Jaemin."






















"Heum, seben - YAK APA YANG KAU LAKUKAN DIKAMARKU BODOH!"






















Kini, Jaemin memukul wajah Jeno. Sayangnya karena lelaki itu terlalu lemas, malah jatuh ke dalam pelukan Jeno yang berada di bawah ranjangnya.



















tbc.

Secretary NaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang