Dari Hijau Menjadi Sejuk

158 21 27
                                    

Didedikasikan kepada si kambing sadistik nan maso Theta_Shi smangad kerjanya. Kasian deh HP disita pak bos awoakoak.

Ini fluff ya. Serius. Beneran. Percayalah.

Kalo belok ke angst, pukul Shia aja.

***

Dia sudah mati.

Kim Rok Soo yakin sekali bahwa dirinya sudah mati.

Namun ketika dia membuka mata, dia justru mendapati dirinya terbaring di suatu tempat empuk dengan jeruji kayu rendah mengelilingi tempatnya berbaring. Ada benda bersinar raksasa di langit-langit ruangan. Penglihatannya kabur. Kim Rok Soo hendak mengusap matanya, ketika dia justru melihat sepasang tangan mungil nan gemuk. Otot-ototnya terasa terbatas, dia pun tak dapat bergerak sesuai kehendaknya.

"Ue?"

Kim Rok Soo tidak tahu dia harus terkejut karena dia tiba-tiba berada di tempat asing, tangannya yang menyusut, ataupun suaranya yang berubah aneh. Tidak, mungkin dia sudah dikejutkan oleh semua hal aneh ini.

Kriiieeet.

Suara pintu yang terbuka tak pernah terdengar begitu memekakkan di telinga Kim Rok Soo. Bahkan telinganya dapat menangkap dengan jelas setiap suara langkah kaki yang menuju ke arahnya. Seseorang berhenti tepat di sisi kirinya, menundukkan kepala ke arahnya.

Penglihatan Kim Rok Soo masih buram. Namun, jika dilihat dari posturnya, dia dapat menerka bahwa sosok ini adalah laki-laki.

"Barrow." Pria itu membuka suara. "Barrow Henituse."

Kim Rok Soo memicingkan matanya, berusaha memfokuskan penglihatan, meski usahanya sia-sia. Dia tetap tidak dapat melihat wajah pria itu dengan jelas. Dia juga tak tahu ekspresi macam apa yang tengah dibuat oleh pria itu. Hanya rambut semerah darah dan mata secokelat batang pohon ek yang berhasil ditangkap oleh indra penglihatannya.

Hanya itu. Hanya mengucapkan dua kata, kemudian pria itu pergi.

Akan tetapi, Kim Rok Soo tahu.

Mulai saat ini, itulah nama barunya.

Barrow Henituse.

Kim Rok Soo, tidak, Barrow sudah mendapat firasat bahwa mungkin saja dirinya tereinkarnasi. Itu alasan paling logis untuk menjelaskan mengapa seluruh hal di sekitarnya berukuran besar—karena pada mulanya dialah yang menyusut menjadi bayi.

Menghabiskan waktu sepanjang hari di atas ranjang tidur bayi, menatap lampu hias yang bertengger di langit ruangan. Setiap beberapa waktu sekali akan datang seseorang untuk memberinya susu dan mengecek keadaannya. Pada titik ini, Barrow tengah menghidupi mimpinya, yakni menjadi seorang pemalas.

Namun, bukan kehidupan pemalas macam ini yang dia inginkan! Terlalu banyak tidur juga membosankan. Punggungnya terasa kebas karena rebahan terlalu lama. Pergerakannya juga sangat terbatas, karena ranjang bayi yang dia tempati terdapat jeruji kayu yang mengurungnya.

Seorang pria berambut oranye datang memasuki ruangan dengan senyum lebar. Kini, Barrow sudah dapat melihat dengan jelas. Mungkin karena indranya telah terbiasa dengan pencahayaan sekitar beberapa hari ini.

Pria berambut jeruk itu menghampirinya membawa sesuatu yang dibungkus dengan kain putih. Ekspresi Barrow berubah datar begitu si pria memasang mainan dekorasi burung yang menggantung tepat di atas ranjangnya.

"Hish!" Barrow mengulurkan tangannya, hendak menepis mainan-mainan burung itu menjauh, tapi tangannya yang pendek tidak berhasil menggapainya. Di sisi lain, si kepala jeruk justru tertawa, mengucapkan kata-kata riang dalam bahasa yang tidak Barrow mengerti.

Teruntuk Dirimu [TCF Drabbles]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang